Jangan lupa vote ya, kakak ^^
Pertarungan batin di antara Alicia dan Reinhard pun terhenti saat Selina mengajukan pertanyaan kepada menantunya lagi dengan suara yang terdengar bingung, “Anya, ada apa?”Pandangan Alicia pun beralih pada layar ponsel di tangannya dan memperlihatkan wajah Reinhard di sampingnya kepada ibu mertuanya tersebut. Sembari tertawa ringan untuk menutupi ketegangan yang terjadi, Alicia menjawab, “Tidak ada apa-apa kok, Ma. Dia sangat baik padaku.”“Syukurlah kalau begitu,” sahut Selina.Sebelum Alicia sempat menarik napas lega, wanita paruh baya itu kembali menginterogasinya, “Tapi, kalian benaran sudah proses pernikahan di kantor catatan sipil tadi?”“Sudah kok, Ma. Kami sudah dapat dokumen resminya,” jawab Alicia dengan sigap.“Benarkah?” Selina pun terdengar sangat bahagia dan lega.Alicia merogoh isi tasnya dan memperlihatkan dokumen pernikahan mereka yang baru didapatkannya
“Kamu pasti sudah tahu kalau aku bekerja di belakang layar untuk Mirage selama ini, bukan?” lanjut Alicia dengan penuh keyakinan.Ia menerka jika Reinhard telah menyelidiki latar belakang Mirage dan mengetahui ada keanehan dari perkembangan perusahaan tersebut. Jika tidak, Reinhard tidak mungkin akan tiba-tiba mencari “Venus” dan memberikan tawaran kerja sama apabila tidak mengetahui tentang hal tersebut.“Sejak awal aku tidak pernah tahu kalau pada akhirnya aku akan sangat menyesal telah memberikan kontribusi untuk mereka,” gumam Alicia dengan seulas senyuman sinis yang mengukir bibirnya.Reinhard dapat memahami alasan Alicia mengatakan hal tersebut. Namun, ia mengira kebencian Alicia adalah karena pengkhianatan dan perselingkuhan Edwin Stein. Ia tidak mengetahui bahwa hal yang dialami istrinya tersebut jauh lebih menyakitkan dibandingkan hal tersebut!“Selama ini keluarga Stein dan pihak Mirage tidak pernah tahu seperti apa sosok Venus. Jadi, aku terpaksa menutupi sementara identita
Alicia mencoba untuk mengendalikan degup jantungnya yang masih berpacu cepat. Dengan sikap yang dibuat sesantai mungkin, ia menjawab, “Aku sudah mengatakan kalau aku akan memberikan formula produk terbaru untuk Divine, bukan? Dalam waktu satu bulan, Mirage akan mendapatkan masalah yang cukup besar dan solusi dari masalah itu ada pada formula yang akan kuberikan nanti.”Reinhard terdiam sejenak. Sebelumnya wanita itu memang sudah menjanjikan kepadanya bahwa saat mereka bertemu nanti, ia akan memberikan formula produk yang dapat menggebrak di pasaran dan membantu Divine meningkatkan keuntungan berlipat ganda.Itulah sebabnya Reinhard masih mempertahankan perjanjian awal dari kerja sama mereka meski ia memiliki ketidakpastian mengenai identitas asli Venus. Namun, dengan penjelasan wanita itu, Reinhard mulai memahami betapa dalam dan penuh perhitungan rencana istrinya tersebut."Jadi, kamu ingin menggunakan Divine sebagai alat untuk membalas dendammu kepada keluarga Stein?" Reinhard menye
“Owen, masuklah,” titah Reinhard kepada asistennya melalui interkomnya. Tidak perlu menunggu lama, Owen langsung memasuki ruangan Reinhard dengan sigap. “Ada yang bisa saya lakukan, Tuan Muda?” tanyanya dengan penuh hormat. Reinhard menatapnya sejenak, lalu ia kembali memandang dokumen uji pra klinis yang diberikan istrinya tadi. Sudut bibirnya terangkat samar. Kekagumannya terhadap keberanian wanita itu masih tersisa di dalam hatinya, tetapi ia tidak dapat memungkiri jika masih ada terselip keraguan di dalam benaknya. "Owen," Reinhard memulai dengan nada serius, "Utus seseorang untuk memantau gerak-gerik wanita itu selama bekerja di perusahaan ini dan laporkan kepada saya apabila ada sesuatu hal yang mencurigakan.” “Baik, Tuan Muda,” sahut Owen dengan sigap. “Satu lagi,” lanjut Reinhard dengan nada tegas, “Saya ingin kamu menyelidiki apakah Mirage sudah mengeluarkan produk baru akhir-akhir ini.” “Mengenai hal ini, minggu lalu Mirage baru meluncurkan produk mineral powder bernama
“Apa kamu tidak bisa bekerja lebih lama? Direktur Hernandez meminta laporan uji klinis selesai dalam waktu dua minggu. Kamu tahu kan kalau hal seperti ini sangat membebani divisi kita?” Pernyataan Clara terdengar seolah menyalahkan Alicia yang telah memberikannya tambahan pekerjaan. Namun, Alicia berusaha menahan diri karena ia tidak ingin memperburuk situasi. Apalagi mereka harus berada dalam satu divisi dalam jangka waktu yang lama. Sebagai karyawan baru, Alicia hanya bisa menuruti perintah dan menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan. Ia tahu bahwa mengeluh atau menunjukkan ketidakpuasan tidak akan membantu dan justru bisa memperburuk hubungannya dengan Clara. "Saya mengerti, Manajer Lewis. Tapi, hari ini kebetulan saya ada acara keluarga. Tapi, selanjutnya saya akan pastikan pekerjaan ini selesai tepat waktu," jawab Alicia dengan wajah penuh kerendahan hati dan sopan. Melihat keberanian bawahan barunya tersebut, Clara cukup takjub. Namun, ia juga tidak bisa menghalangi hak k
“Ada apa? Apa kamu mau membeli sesuatu?” selidik Reinhard. Alicia tersenyum. “Ya, aku rasa kita tidak bisa pergi dengan tangan kosong, Suamiku,” jawabnya seraya memperlihatkan telapak tangan kirinya. Reinhard hanya menatap sekilas tangan wanita itu dan tidak memahami maksudnya. “Kamu mau membelikan buah tangan untuk orang tuaku?” terkanya. Alicia memutar bola matanya dengan malas. “Kenapa kamu tidak pernah peka?” gerutunya dengan suara yang terdengar pelan. “Apa kamu bilang?” Kening Reinhard mengernyit. “Tidak, maksudku … kita kan sudah menikah. Apa tidak aneh kalau kita tidak memakai cincin nikah?” timpal Alicia yang berusaha mengalihkan perhatian Reinhard atas ucapan sebelumnya. Pria itu pun terdiam sejenak, mencerna penjelasan dari Alicia sembari melirik sekilas jari manisnya sendiri. “Kamu benar. Tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya,” ujarnya dengan nada datar, tetapi terdengar jujur. Helaan napas pelan meluncur dari bibir Alicia. Ia sudah menduga kalau Reinhard
Mobil yang dikemudikan Reinhard akhirnya tiba di depan gerbang besar dengan motif kepala serigala yang terbuat dari besi tempa, sebuah simbol kebesaran dan kekuatan organisasi yang berada di bawah naungan keluarga Hernandez─Dark Wolf!Pintu gerbang yang menjulang tinggi tersebut terbuka perlahan-lahan ketika para penjaga melihat kedatangan putra dari pemilik mansion megah yang memiliki nama Raffles tersebut. Mansion yang dikelilingi dengan tembok besar dan penjagaan yang ketat tersebut memiliki halaman yang sangat luas dengan berbagai pepohonan rindang yang tertata rapi.Alicia tidak dapat membayangkan berapa banyak pekerja taman yang harus dikerahkan untuk merapikan area pekarangan luas tersebut. Netranya terus menyusuri setiap detail memukau yang dilaluinya.Mobil yang dikemudikan Reinhard menyusuri pekarangan indah tersebut. Pencahayaan yang cukup terang dari lampu-lampu taman memancarkan cahaya lembut di sekitar pekarangan, menambah keindahan malam dan menyoroti detail-detail arsi
“Se-Senang bisa mengenal Anda, Nyonya Palmer,” sahut Alicia, membalas dengan penuh hormat. Mendengar posisi wanita paruh baya itu sebagai pelayan pribadi ibu mertuanya, Alicia berpikir jika ia tidak boleh meremehkannya. Bisa menjadi orang kepercayaan majikan bukanlah hal yang mudah dan Alicia tidak ingin memberikan kesan pertama yang buruk. Di satu sisi, Kate malah tersenyum saat melihat ketegangan Alicia dalam berinteraksi dengannya. Ia pun mencairkan suasana di antara mereka dengan berkata, “Panggil saya Kate saja, Nyonya Muda.” Alicia pun mengangguk kikuk. “Baik, Kate.” Perhatian Kate kembali tertuju pada Reinhard. “Saya sudah lama sekali tidak bertemu Anda, Tuan Muda. Ternyata Anda semakin mirip dengan Tuan Besar saat masih muda dulu,” ucapnya. Memang sudah lama Reinhard tidak bertemu dengan wanita paruh baya itu. Sejak ia memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemennya, Reinhard sangat jarang menginjakkan kaki di mansion tersebut. Sosok Reinhard saat ini memang mengi
Alicia memandang kakaknya dan Reinhard secara bergantian, lalu suara tawa Regis yang terdengar sinis mengalihkan kembali fokus Alicia padanya.“Dia memberitahuku? Kalau dia memberitahuku, apa aku masih harus mencari masalah dengannya sekarang?” cetus Regis dengan suara yang terdengar dingin.Reinhard memang tidak memberitahu Regis mengenai keberadaan Alicia. Meskipun beberapa waktu lalu Regis menghubunginya dan memberitahu kedatangannya ke kota tersebut, Reinhard juga tidak mengatakan apa pun terkait Alicia kepadanyaNamun, mereka telah sepakat untuk bertemu malam ini. Reinhard bermaksud untuk menceritakan tentang Alicia kepada Regis saat mereka bertemu nanti dengan mempertemukan mereka secara langsung.Hanya saja, secara tidak terduga, Regis tiba-tiba saja muncul di tengah acara tadi dan hal itu tentunya cukup mengejutkan Reinhard.Namun, Reinhard sangat bersyukur Regis dapat menyesuaikan skenario mereka saat menjatuhkan keluarga Stein, padahal mereka tidak pernah berdiskusi apa pun
“Mau ke mana? Urusan kita belum selesai, Alicia,” ucap Regis seraya menyeringai dingin. Sorot matanya terlihat tajam, membuat jantung Alicia berdegup semakin cepat karena merasa terintimidasi.“Me-memangnya ada urusan apa, Kak?” Alicia mengalihkan pandangannya dengan gugup.Netra Regis menyipit tajam. “Kamu mau berpura-pura bodoh, huh?”“Aku … aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Sekarang aku sangat lelah dan mau pulang,” sahut Alicia, berusaha menghindari pembicaraan dengan kakaknya.Meskipun sebelumnya Regis telah menerimanya kembali sebagai adik, tetapi Alicia tahu bahwa ada banyak hal yang harus dijelaskannya kepada kakaknya tersebut. Tatapan tajam Regis saat ini seakan menuntut penebusan dosa darinya.Alicia teringat kembali kejadian tiga tahun lalu di mana Regis sudah memperingatkannya untuk tidak lagi melakukan hal bodoh dengan menemui Reinhard.Regis merasa malu dengan perbuatan Alicia yang terus mengejar pria itu, meski sudah ditolak berkali-kali. Karena itu, Regis memblo
Bisik-bisik tamu undangan perlahan memudar ketika satu per satu dari mereka memutuskan untuk meninggalkan acara yang telah berubah menjadi mimpi buruk. Beberapa melirik Miranda dengan simpati, tetapi tidak ada yang ingin mengulurkan tangan mereka untuk membantunya.Namun, langkah para tamu terhenti di depan pintu keluar aula saat melihat para pengawal Lorenzo dan Hernandez memblokir jalan mereka.“Apa yang kalian lakukan? Kenapa menghalangi jalan kami?” protes salah seorang tamu.Salah seorang pengawal Lorenzo pun menjawab, “Kami hanya ingin memeriksa ponsel Anda semua. Setelah itu kalian sudah boleh pergi.”Kegelisahan mulai menyelimuti para tamu undangan. Beberapa dari mereka saling berbisik, mencoba mempertimbangkan apakah harus menuruti permintaan tersebut.Namun, ada salah seorang tamu yang kembali mengajukan protesnya. “Apa maksudnya ponsel kami diperiksa? Ini melanggar privasi!”Meski menghadapi pen
Mendengar pengakuan Thalia terkait janin di dalam rahimnya tersebut, Miranda sangat syok. Wanita paruh baya itu menatap putranya dengan tak percaya. “Ini … ini tidak benar, kan, Ed?”Alih-alih menjawab, Edwin malah memalingkan wajahnya.“Kenapa kamu melakukannya, Ed?” Miranda mendesak putranya lebih lanjut. Namun, pria itu masih tertunduk dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.Pandangan Miranda pun tertuju kepada Thalia. Ia meraih kedua tangan wanita itu dan bertanya dengan wajah yang masih terlihat syok, “Thalia, kamu … kamu pasti berbohong, kan? Kamu sengaja mengatakan ini hanya untuk menyudutkan Edwin, bukan? Tolong katakan kalau ini tidak benar!”Miranda memohon dengan suara bergetar, seolah masih berharap menemukan celah untuk menyelamatkan nama baik putranya.Selama ini Miranda selalu memperlakukan Thalia dengan baik karena mengira wanita itu mengandung penerus keluarga Stein. Namun, ia tidak
Miranda terperangah. Ia pun bergegas menghampiri John dan memohon, “Tu-tuan Vale, Anda tidak boleh menggugurkannya. Dia … dia adalah penerus keluarga Stein.” John mendengus sinis. “Saya tidak mau punya keturunan dari darah daging seperti kalian!” cetusnya. Pandangan John beralih kepada cucunya yang tengah berdiri seperti mayat hidup. Wajahnya terlihat sangat kacau dengan air mata bercucuran di wajahnya.Kebenaran yang diterimanya mengenai Edwin sudah memberikan pukulan yang sangat besar bagi Thalia. Melihat kondisi cucunya tersebut, John hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan ekspresi kecewa yang dalam.“Kamu telah mempermalukan keluarga kita dengan laki-laki pilihanmu ini, Thalia,” ucap John seraya mendengus kasar.Thalia tersenyum pahit. Ia tidak berusaha membela diri. Saat ini tatapannya terlihat kosong seolah semua harapan hidupnya sudah lenyap tak berbekas. Selama ini Thalia mengira Edwin benar-benar mencintainya sepenuh hati hingga ia sangat membenci Alicia yang diangga
“Keputusan yang sangat bagus, Tuan Vale.” Suara Alicia membuat perhatian John tertuju padanya.Pria tua itu menatapnya dengan bingung. Sebelum John bertanya lebih jauh, Alicia pun berkata, “Kebetulan saya masih ada kejutan lain yang harus Anda dan semuanya nikmati.”Mendengar hal tersebut, Edwin semakin panik dan berkata dengan murka, “Apa lagi yang kamu inginkan? Apa kamu belum puas menjebakku, Anya?!”Alicia hanya mendengus sinis, sama sekali tidak mengindahkan ucapan mantan suaminya tersebut. Ia memerintahkan Owen untuk menampilkan tayangan video berikutnya di mana terlihat cuplikan adegan panas yang sudah disensor sebelumnya.Dalam tayangan itu hanya memperlihatkan wajah Edwin dengan wanita bayarannya. Namun, orang-orang dapat melihat dengan jelas ekspresi Edwin yang sangat menikmati momen intimnya dengan wanita itu."Ya ampun, menjijikkan sekali.""Jadi dia juga sering jajan di luar? Benar-benar gila!"Berbagai umpatan dari orang-orang pun terdengar memenuhi aula. Air muka John V
Alicia memberikan isyarat kepada Owen, yang dengan segera menyampaikan perintah melalui earpiece di telinganya. Seketika lampu-lampu di aula meredup, dan layar besar di ujung ruangan menyala, menampilkan sebuah video. Suasana menjadi hening. Semua mata tertuju pada layar. Wajah Edwin memucat seketika ketika ia melihat tayangan yang mulai diputar. Itu adalah rekaman suara dan video yang jelas memperlihatkan aksi Edwin yang sedang bercengkerama dengan seorang petinggi suatu instansi khusus perizinan produk. Selama seminggu terakhir ini produk Shiny terus mendapatkan laporan keluhan dari para konsumen dan terus menjadi bahan pemberitaan di media. Karena itu Mirage diminta untuk bekerja sama dalam melakukan pemeriksaan terhadap produk tersebut. Namun, Edwin menggunakan cara pintas untuk mempercepat pemulihan nama baik perusahaannya agar produk dapat dipasarkan kembali. Dalam rekaman tersebut terdengar jelas bagaimana Edwin memohon untuk diloloskan dengan mengimingi imbalan yang sangat
Keringat dingin mengucur deras di pelipis Edwin saat tatapan penuh amarah dan kebencian Regis tertuju padanya.Dengan wajah menahan rasa malu, Edwin pun mencoba untuk menciptakan kesempatan untuk dirinya dan memohon dengan suara terbata-bata, “Tu-tuan Muda Lorenzo, saya akui kalau saya bersalah. Saya benar-benar minta maaf. Kalau waktu itu saya tahu dia adalah adik Anda, saat itu juga saya pasti akan mengembalikannya kepada Anda.”Namun, bukannya menunjukkan rasa iba, Regis malah menyeringai sinis. “Mengembalikan?” gumamnya dengan wajah yang seketika berubah dingin dan penuh kekejaman.Edwin menelan ludah, tubuhnya gemetar. “Saya ... Saya benar-benar menyesal. Tolong beri saya kesempatan untuk menebus kesalahan ini, Tuan Muda Lorenzo ....”Regis melangkah mendekat. Kepalan tangannya yang telah tergenggam erat pun akhirnya melayang dengan cepat, menghantam wajah Edwin dengan keras. Suara teriakan kaget dari para tamu wanita yang menyaksikan adegan tersebut pun terdengar memenuhi aula.
Melihat ekspresi orang-orang yang sedang menunggu jawaban darinya, Regis pun tertawa kecil. Suara tawanya terdengar dalam dan penuh percaya diri, membuat suasana semakin tegang.“Kamu benar. Dia memang dinyatakan meninggal dalam kecelakaan pesawat, tapi …,” Regis sengaja menggantungkan ucapannya. Tatapannya mengedar ke sekeliling ruangan, lalu berhenti pada sosok Alicia.Dari jaraknya saat ini, Regis bisa melihat sepasang mata biru Alicia yang berkaca-kaca. Sorot mata yang dipenuhi emosi yang bercampur aduk itu membuat Regis merasakan bahwa adiknya itu memiliki cerita pahit yang dipenuhi dengan rasa sakit yang berusaha disimpannya rapat-rapat.Seulas senyuman tipis Regis layangkan kepadanya, lalu ia melanjutkan, “Tapi, dia adalah gadis keras kepala yang sangat beruntung. Bahkan malaikat maut saja berteman baik dengannya.”Ucapan Regis yang diselimuti guyonan ringan itu berhasil membuat Alicia tersenyum, tetapi air mata wanit