“Semalam kamu sangat menggemaskan, Istriku. Aku tidak akan lupa bagaimana kamu mengerang nikmat saat memanggil namaku.”Bisikan lembut yang meluncur dari bibir Reinhard membuat Alicia terbelalak lebar. Sontak, potongan ingatan malam bergairah yang dilaluinya kembali bermunculan di dalam benaknya.“Ah, Rein … aku sudah tidak tahan lagi. Lebih cepat lagi. Cepat! Ah!”Alicia merasakan semburat panas merayapi wajahnya, pipinya memerah seketika. Rasanya ia ingin menggali lobang di bawah kakinya dan menyembunyikan dirinya selamanya di sana!“Kamu menahanku semalaman dan memintaku untuk tidak berhenti. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana kamu memohon waktu itu. Kamu sangat manis, Sayang,” bisik Reinhard lagi. Suara beratnya terdengar sangat menggoda.Alicia menggigit bibirnya dengan perasaan malu yang membuncah. Jantungnya berdegup sangat kencang seakan akan meledak kapan saja ketika tatapan nakal pria itu menyorotinya.“Selain manis, kamu juga sangat liar, Istriku. Semalam kamu juga─”"Cuk
“Semalam, setelah terpuaskan, kamu malah tidur pulas seperti tak bersalah. Menurutmu, apa yang sebaiknya kulakukan, hm?”Netra Alicia mengerjap berulang kali, mencoba mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan oleh suaminya tersebut. ‘Jadi aku belum mengatakannya?’ batinnya dengan penuh kelegaan.“Sekarang tepati janjimu, Istriku,” ucap Reinhard dengan penuh ketegasan.Rasa gugup Alicia pun kian meningkat seiring Reinhard yang terus mendekat, jelas tidak berniat untuk memberinya ruang untuk kabur.“Rahasia apa? Aku … aku tidak mengerti maksudmu,” sahut Alicia seraya menghindari kontak mata pria itu.Reinhard tidak melepaskan tatapannya dari Alicia. Pria itu masih mendesaknya dan berkata, “Aku tahu kamu berbohong. Apa kamu tidak percaya padaku?”Sorot mata ambernya mencoba menyelami isi hati Alicia. Kegelisahan tergambar jelas di wajah wanita itu, tetapi Reinhard terus mendekat, mempersempit jarak di antara mereka, hingga Alicia tidak lagi memiliki tempat untuk melarikan diri.Alicia
Reinhard masih tertawa kecil, menikmati setiap ekspresi yang ditunjukkan pada wajah Alicia. Namun, beberapa saat kemudian, tawanya pun terhenti. Perlahan ia menarik diri dari wanita itu.Sembari mengusap lembut puncak kepala istrinya, Reinhard berkata, “Sudahlah. Pembicaraan ini kita lanjutkan lagi nanti malam. Sekarang kita hanya punya sedikit waktu untuk bersiap ke kantor.”Alicia tersenyum kikuk. Diam-diam ia merasa lega karena tidak perlu menghadapi interogasi pria itu lagi. Namun, ia tidak tahu harus bagaimana menghindar dan mengendalikan dirinya untuk malam-malam selanjutnya.‘Arggh! Lama-lama aku bisa gila!’ teriak Alicia di dalam hati.“Mandilah, lalu ke ruang makan. Aku akan membuatkan sarapan untukmu,” titah Reinhard, membuyarkan lamunan wanita itu.“Kamu membuat sarapan?” Alicia terperangah, menatap Reinhard dengan bibir setengah terbuka. ‘Sejak kapan dia bisa memasak?’ batinnya, masih tak percaya.“Tidak perlu terlalu kaget. Aku masih bisa membuat sarapan yang sederhana. K
“Ma-maksudku, kamu ternyata punya bakat. Ibumu pasti bangga kalau tahu,” ucap Alicia, mengalihkan pembicaraan.Reinhard mengulum senyumnya, lalu menimpali, “Hanya spaghetti saja. Bukan hal besar baginya. Lagian saos Bolognese-nya adalah resep ibuku. Aku hanya mengikuti petunjuknya saja.”“Ck, aku tarik kembali pujianku,” gerutu Alicia, merasa tertipu.“Tidak bisa. Aku sudah mendengarnya,” ledek Reinhard seraya tersenyum nakal.“Lain kali aku akan membuatkan spaghetti carbonara untukmu,” lanjut Reinhard yang membuat Alicia terbelalak lebar.“Tidak perlu. Aku tidak suka spaghetti carbonara,” cetus wanita itu.“Benarkah?” Reinhard tersenyum simpul. “Dulu ada seseorang yang kukenal juga tidak menyukai spaghetti carbonara.”Deg!Alicia terkesiap. Ia menatap Reinhard yang sedang memandangnya dengan ekspresi penuh makna. Kilatan di matanya membuat Alicia merasa seolah Reinhard ingin menyampaikan sesuatu hal padanya.“Oh ya? Selera orang memang terkadang sama. Tidak heran kalau ada juga yang
“Selamat pagi, Nyonya.” Owen menyapa Alicia yang baru saja menghampirinya di parkiran apartemen.Padahal Owen baru saja ingin menjemput wanita itu dan tuan mudanya, tetapi keduanya telah turun lebih dulu.“Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Owen,” sahut Alicia.“Tidak, Nyonya. Saya baru saja sampai,” timpal Owen seraya membukakan pintu mobil bagian belakang untuk wanita itu, lalu disusul Reinhard yang juga ikut masuk ke dalam mobil tersebut.Owen pun bergegas masuk ke bagian pengemudi, lalu melajukan kendaraan itu menuju ke gedung Hernandez Group.Sepanjang perjalanan berlangsung, Alicia diam membisu, pandangannya terpaku pada jendela mobil. Sedangkan Reinhard, yang duduk di samping Alicia, juga tidak mengucapkan sepatah kata pun.Pria itu hanya melirik Alicia beberapa kali, berharap wanita itu menaruh sedikit saja perhatian untuknya. Sayangnya, Alicia terlihat tidak memiliki minat untuk bicara dengannya.Owen yang mengemudikan mobil, melirik melalui spion mobil. Ia dapat merasakan ke
“Ya, kamu benar! Sudah saatnya Manajer Blunt mendapatkan pelajaran. Dia sudah terlalu lama menyalahgunakan posisinya untuk merundung karyawan wanita. Semua orang sudah muak dengan sikapnya.”Perdebatan pun terjadi di antara para karyawan Hernandez Group atas kejadian tersebut. Akan tetapi, tidak sedikit yang merasa tindakan tersebut terlalu ekstrem meskipun perbuatan yang dilakukan Eric Blunt memang tidak dapat dimaafkan.“Bagaimanapun ini adalah tindakan melanggar hukum. Sepertinya pelakunya harus berhati-hati. Keamanan perusahaan kita sangat ketat. Pastilah wajah pelakunya terekam jelas di kamera pengawas.”Alicia terdiam mendengar salah satu komentar dari karyawan kantor tersebut. Sebelumnya ia memang bertindak tanpa berpikir panjang. Ia benar-benar tidak dapat mengendalikan dirinya.Namun, ia merasa sangat puas dan merasa bahwa ia sudah melakukan sesuatu yang benar. Hanya saja ia tidak menyangka konsekuensi dari tindakan tersebut bisa jauh lebih besar daripada yang dia bayangkan se
Reinhard akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan asistennya tentang sikap istrinya, termasuk hal yang terjadi dan pembicaraan yang mereka lakukan saat sarapan bersama tadi.Ia berharap dapat mendapatkan solusi dari asistennya tersebut, mengingat kemarin Owen sempat memberikannya masukan yang cukup berguna.“Padahal saya hanya ingin dia mengakui perasaannya dengan bersikap lebih perhatian. Bukankah kemarin kamu bilang kalau aku harus lebih perhatian untuknya? Aku sudah melakukannya. Sebelum sarapan tadi, semua masih sangat terkendali. Tapi, tidak tahu kenapa, dia tiba-tiba saja seperti itu,” keluh Reinhard.Owen terdiam sejenak, mencoba menganalisa cerita tuan mudanya tersebut. “Apa ada yang salah dengan sarapannya?” selidiknya.“Dia memang tidak menyelesaikan makanannya. Padahal saya sengaja memasak makanan kesukaannya dan menurutku, rasanya sangat enak,” jawab Reinhard seraya melonggarkan sedikit dasinya.Owen tercengang. ‘Tuan Muda memasak?’ batinnya, tak percaya.“Karena khawati
Brak!Suara gebrakan mengagetkan Owen yang tengah menyaksikan rekaman video itu. Ia mengamati ekspresi tuan mudanya dengan gugup dan ikut merasa tertekan meskipun dirinya tidak terlibat dalam kejadian tersebut.Suasana ruangan terasa sangat mencekam dalam hitungan detik. Tidak ada sepatah kata pun yang meluncur dari bibir Owen. Ia hanya bisa menunggu perintah selanjutnya dari Reinhard.Akan tetapi, Owen tahu jelas tindakan apa yang akan diambil oleh Reinhard atas perbuatan Eric Blunt, mengingat pria paruh baya itu telah berani menyentuh dan menghina istri dari majikannya tersebut.“Hanya ini? Tidak ada lanjutannya lagi?” selidik Reinhard ketika rekaman video tersebut terputus di tengah.Kening Owen mengernyit. Ia mengambil alih tablet mini tersebut sejenak, lalu membaca pesan masuk yang dikirimkan padanya.“Barusan tim IT melaporkan bahwa ada gangguan pada sistem keamanan dan penyimpanan rekaman CCTV kita, Tuan Muda,” jawab Owen dengan suara penuh ketegangan, tidak berani menatap mata
Alicia terdiam. Tatapannya kosong sejenak sebelum akhirnya ia tertawa sinis. “Aktingmu benar-benar luar biasa, Jason.”“Aku tidak berakting. Aku benar-benar mencintaimu, Alicia,” Jason menegaskan."Cinta?" Alicia mengulang kata itu dengan nada mengejek.Sebelum Jason sempat menanggapinya, suara Alicia berubah menjadi dingin, penuh amarah dan kepedihan yang tak bisa disembunyikan. “Cinta seperti apa yang kamu maksud, Jason? Cinta yang membuatmu ingin membunuhku tiga tahun lalu? Atau cinta yang membuatmu ingin membunuh pria yang kucintai? Apa cinta seperti itu yang kamu miliki?”Jason tidak bisa berkata-kata. Untuk pertama kalinya, ia merasakan betapa jauhnya jaraknya dengan wanita itu seolah Alicia mendorongnya dengan keras hingga ia terjatuh ke dasar yang mungkin tidak akan pernah dapat ia gapai lagi.Jason mengatupkan rahangnya erat, menahan rasa sakit yang terasa lebih menusuk daripada luka di tubuhnya. Tatapan Alicia begitu tajam, seolah setiap kata yang keluar dari bibirnya adalah
Karena sentakan kasar Alicia, Jason refleks menarik tangannya, lalu terhuyung mundur dan akhirnya terduduk di atas tanah berbatu tersebut. Ia menarik napas berat, menatap wanita itu dengan bingung.“Alicia, maaf … a-apa aku sudah menyakitimu?” tanya Jason gugup, takut jika ia tanpa sengaja telah menyentuh titik sakit wanita itu.Alicia tidak menjawab, memalingkan wajahnya.Jason melirik pergelangan kaki Alicia yang telah bengkak. Ia merasa khawatir dan berniat menyentuhnya lagi.Namun, Alicia segera berdiri, melangkah mundur untuk menjaga jarak. Tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan. “Sudah kubilang, jangan sentuh aku! Apa kamu tidak mengerti?!”Jason mengernyit, hatinya mencelos dengan sikap wanita itu. Ia bangkit perlahan, menatap wanita itu dengan sorot mata terluka.“Alicia, sebenarnya kamu kenapa?” tanya Jason. Nada suaranya lembut dan penuh kecemasan. “Apa aku melakukan sesuatu yang menurutmu salah?”Alih-alih menjawab, Alicia malah tertawa sinis. “Tidak usah berakting lagi, J
“Anda mau mengejar Ken?” terka Owen yang semakin menunjukkan kekhawatirannya.Reinhard menyeringai tipis. “Aku harus membuatnya membayar semua kejahatan yang telah dia lakukan,” ujarnya dengan keteguhan yang terpancar dari sorot mata ambernya yang menyala-nyala. "Jason juga, Rein. Dia berhasil lolos tadi," ucap Reagan mengingatkan.Reinhard terkejut. Walaupun ia ingin mengetahui lebih rinci mengenai perseteruan ayahnya dengan pria itu, tetapi ia tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi dan hanya memberikan anggukan kecil."Aku akan sekalian mengurusnya," timpal Reinhard dengan tegas.“Berhati-hatilah, Tuan Muda. Ken sangat licik.” Owen ikut mengingatkan.Melihat percakapan mereka yang serius, Regis lantas bertanya, “Memangnya siapa Ken?”“Orang yang mencoba meledakkan kita tadi. Sepertinya dia belum pergi jauh,” jawab Reinhard sambil menghela napas. “Dia sangat berbahaya untuk dibiarkan lepas begitu saja.”Reinhard khawatir Ken akan kembali membalas mereka. Karena itu, ia harus men
Reinhard baru bisa menarik napas lega setelah mereka berhasil keluar dari vila. Bangunan vila di hadapannya telah ambruk sepenuhnya.Puing-puing yang mengepul di udara menjadi saksi betapa tipisnya batas antara hidup dan mati yang baru saja mereka lalui. Dengan napas tersengal, ia menatap reruntuhan itu, menyadari betapa berbahayanya situasi yang baru saja mereka hadapi sebelumnya.“Tuan Alexei!” seru Hans tiba-tiba, panik melihat Alexei yang tidak sadarkan diri di tengah tuntunan langkahnya.“Hans, bawa dia ke mobil sekarang,” titah Reagan kepada asistennya tersebut.Tanpa membuang waktu, Hans segera membawa Alexei menuju ke lokasi parkiran kendaraan mereka yang tertutup pepohonan lebat, hanya berjarak beberapa meter dari vila.Namun, langkahnya terhenti seketika saat melihat keadaan mobil mereka—keempat bannya telah dikempiskan. Bukan hanya mobilnya, tetapi juga semua kendaraan milik bawahan mereka mengalami hal yang sama.“Sial! Ini pasti kerjaan Ken,” geram Hans, mengepalkan tinju
Di dalam vila yang porak-poranda, Reinhard melangkah tertatih melewati puing-puing berserakan. Asap tebal masih memenuhi ruangan, membuat napasnya terasa berat.Di tengah kabut debu dan serpihan beton, matanya menyapu sekeliling hingga menangkap sosok Owen yang terkapar di salah satu sudut dengan darah menggenang di sekitarnya.Dengan tubuh yang masih gemetar, Reinhard bergegas menghampiri asistennya tersebut. Ia berlutut di samping Owen dan mengangkat puing yang menindih punggung pria itu.Di bawah Owen, terlihat sosok Nicholas yang sudah tidak sadarkan diri. Beberapa waktu lalu sebelum ledakan terjadi, Owen menggunakan tubuhnya sendiri untuk melindungi Nicholas sehingga pria itu masih terselamatkan dan Owen mengalami luka yang cukup parah. “Owen, sadarlah!” Reinhard mengguncang tubuh asistennya dengan cemas. Perlahan, kelopak mata Owen bergerak sebelum terbuka sepenuhnya. Suaranya lemah saat berbisik, "Tuan Muda ...."Reinhard menghela napas lega, lalu ia bergegas membantunya berd
Di tempat persembunyiannya, Alicia dikejutkan oleh suara ledakan yang menggema di kejauhan. Suara tembakan yang samar-samar terdengar saja sudah membuat jantungnya tak hentinya berdegup kencang. Dan, sekarang ia dibuat panik dengan suara dentuman tersebut.Alicia berdiri dengan gelisah, matanya terpaku pada vila di kejauhan, di mana kepulan asap mulai menjulur ke langit."Rocky, kamu dengar itu? Itu ledakan, kan?" tanyanya cepat kepada pengawal yang berdiri di sampingnya.“Sepertinya begitu, Nona,” sahut Rocky, mengangguk pelan dengan ekspresi penuh kewaspadaan.Alicia menggigit bibirnya, tangannya mengepal erat di kedua sisi tubuhnya. Meskipun Mark telah memintanya untuk menunggu kepastian kabar darinya mengenai keberadaan Reinhard di vila tersebut, tetapi Alicia sudah tidak dapat berdiam diri saja di sana.“Tidak bisa! Aku harus pergi melihatnya langsung,” gumam Alicia segera beranjak dari tempatnya.Akan tetapi, Rocky menahannya dengan cepat. “Nona, Anda mau ke mana?”“Saya mau men
Ledakan mengguncang ruangan, menghancurkan bagian dinding dan membuat serpihan beton berterbangan ke segala arah. Hans terlempar ke belakang, tubuhnya menghantam meja yang langsung hancur berantakan. Anak buahnya berusaha melindungi Nicholas dari puing-puing yang berjatuhan.Sementara, Owen berteriak histeris memanggil tuan mudanya. Asap tebal memenuhi udara, membuat pandangannya kabur sejenak. Telinganya masih berdengung akibat ledakan dahsyat itu.Di tengah kekacauan itu, tawa Ken Stewart menggema, matanya bersinar dengan kegilaan yang mengerikan. "Sudah kubilang, tempat ini akan menjadi kuburan kalian!"Namun, tawanya terhenti ketika asap mulai menipis dan memperlihatkan sosok Reinhard yang masih berdiri tegak di dekat reruntuhan tangga tersebut.Tadi Reinhard sempat melompat sebelum tangga tersebut diledakkan. Namun, ia mendapatkan beberapa luka goresan ringan di tubuhnya.Melihat sosok pemuda itu, Ken tersentak. "Ternyata kamu masih bisa mengelak, huh?" gumamnya seraya berdecih
Ken menyeringai sinis saat mengulang kata-kata Reinhard. "Aku anjing gila? Hah! Anjing mana yang kamu maksud? Tidak ada satu pun yang bisa mengaturku!"Reinhard menatapnya dengan tenang, kemudian mengangkat alis. "Oh, ya? Bukankah kamu adalah kaki tangan Jason Hughes? Kamu pikir aku tidak tahu?”Senyum di wajah Ken sedikit memudar, tetapi hanya untuk sesaat. Ia lalu tertawa keras, seolah mengejek.“Apa yang kamu tertawakan, Ken?” hardik Owen.Ken menghentikan tawanya perlahan, lalu dengan suara yang dingin, dia menjawab, “Jason Hughes sama sekali bukan majikanku. Dia hanyalah anak muda malang yang terlalu naif.”“Apa maksudmu?” Reinhard mengerutkan dahinya, mencoba mengorek lebih jauh mengenai hubungan keduanya.“Dia selalu saja berlagak kalau dia bisa mengaturku dan menganggap dirinya lebih pintar dariku. Tapi, dia tidak tahu kalau pada akhirnya akulah yang mengendalikan semuanya dan menjadikannya bidak catur untuk memeriahkan permainanku ini.”Jawaban Ken sangat mengejutkan Reinhard
Hans dapat merasakan kekecewaan dalam suara tuan mudanya. Dengan wajah yang diliputi kepedulian yang mendalam, ia berkata, “Tuan Muda, jangan berpikiran seperti itu. Justru tuan besar sangat mencemaskan Anda, makanya beliau datang untuk membantu.” Namun, Reinhard malah tersenyum sinis. “Tidak usah bicara terlalu manis. Bilang saja kalau dia takut aku akan membunuh saudara dan keponakan tersayangnya itu,” sindirnya. Reagan tidak bermaksud menyalahkan tindakan ayahnya, tetapi ucapan itu keluar begitu saja dari bibirnya untuk melampiaskan kekesalan yang menumpuk di dadanya. Hans menarik napas panjang. Ia tahu, akhir-akhir ini hubungan Reagan dengan Reinhard semakin memburuk. Meskipun Hans tahu jika majikannya telah bersikap terlalu keras kepada pemuda itu, tetapi ia sangat berharap Reinhard dapat memahami bahwa Reagan sangat peduli padanya, melebihi yang Reinhard ketahui. Reinhard tidak tahu, bagaimana Reagan berusaha keras mempertahankan posisinya agar tetap stabil di perusahaan.