Apa masih ada yang mengikuti cerita ini? Absen yuk sambil komen hehehhe
“Ya, kamu benar! Sudah saatnya Manajer Blunt mendapatkan pelajaran. Dia sudah terlalu lama menyalahgunakan posisinya untuk merundung karyawan wanita. Semua orang sudah muak dengan sikapnya.”Perdebatan pun terjadi di antara para karyawan Hernandez Group atas kejadian tersebut. Akan tetapi, tidak sedikit yang merasa tindakan tersebut terlalu ekstrem meskipun perbuatan yang dilakukan Eric Blunt memang tidak dapat dimaafkan.“Bagaimanapun ini adalah tindakan melanggar hukum. Sepertinya pelakunya harus berhati-hati. Keamanan perusahaan kita sangat ketat. Pastilah wajah pelakunya terekam jelas di kamera pengawas.”Alicia terdiam mendengar salah satu komentar dari karyawan kantor tersebut. Sebelumnya ia memang bertindak tanpa berpikir panjang. Ia benar-benar tidak dapat mengendalikan dirinya.Namun, ia merasa sangat puas dan merasa bahwa ia sudah melakukan sesuatu yang benar. Hanya saja ia tidak menyangka konsekuensi dari tindakan tersebut bisa jauh lebih besar daripada yang dia bayangkan se
Reinhard akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan asistennya tentang sikap istrinya, termasuk hal yang terjadi dan pembicaraan yang mereka lakukan saat sarapan bersama tadi.Ia berharap dapat mendapatkan solusi dari asistennya tersebut, mengingat kemarin Owen sempat memberikannya masukan yang cukup berguna.“Padahal saya hanya ingin dia mengakui perasaannya dengan bersikap lebih perhatian. Bukankah kemarin kamu bilang kalau aku harus lebih perhatian untuknya? Aku sudah melakukannya. Sebelum sarapan tadi, semua masih sangat terkendali. Tapi, tidak tahu kenapa, dia tiba-tiba saja seperti itu,” keluh Reinhard.Owen terdiam sejenak, mencoba menganalisa cerita tuan mudanya tersebut. “Apa ada yang salah dengan sarapannya?” selidiknya.“Dia memang tidak menyelesaikan makanannya. Padahal saya sengaja memasak makanan kesukaannya dan menurutku, rasanya sangat enak,” jawab Reinhard seraya melonggarkan sedikit dasinya.Owen tercengang. ‘Tuan Muda memasak?’ batinnya, tak percaya.“Karena khawati
Brak!Suara gebrakan mengagetkan Owen yang tengah menyaksikan rekaman video itu. Ia mengamati ekspresi tuan mudanya dengan gugup dan ikut merasa tertekan meskipun dirinya tidak terlibat dalam kejadian tersebut.Suasana ruangan terasa sangat mencekam dalam hitungan detik. Tidak ada sepatah kata pun yang meluncur dari bibir Owen. Ia hanya bisa menunggu perintah selanjutnya dari Reinhard.Akan tetapi, Owen tahu jelas tindakan apa yang akan diambil oleh Reinhard atas perbuatan Eric Blunt, mengingat pria paruh baya itu telah berani menyentuh dan menghina istri dari majikannya tersebut.“Hanya ini? Tidak ada lanjutannya lagi?” selidik Reinhard ketika rekaman video tersebut terputus di tengah.Kening Owen mengernyit. Ia mengambil alih tablet mini tersebut sejenak, lalu membaca pesan masuk yang dikirimkan padanya.“Barusan tim IT melaporkan bahwa ada gangguan pada sistem keamanan dan penyimpanan rekaman CCTV kita, Tuan Muda,” jawab Owen dengan suara penuh ketegangan, tidak berani menatap mata
Mendengar ucapan Reinhard yang dipenuhi rasa percaya diri yang tinggi, Owen pun mengerutkan keningnya. “Apa Anda bermaksud untuk turun tangan sendiri, Tuan Muda?” selidiknya.Seringai kecil yang terbit di sudut bibir Reinhard telah menjawab pertanyaan Owen, tanpa perlu kata tambahan lagi. Reinhard jelas tidak akan menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada orang lain. Ia akan memastikan bahwa peretas yang berani mengusik sistem keamanannya itu menyesal telah mengusiknya.“Sudah lama sekali jari-jariku tidak bermain dengan coding, Owen,” gumam Reinhard lebih lanjut. Ia meregangkan jemarinya dengan santai sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.Owen tidak menghentikannya. Ia sudah tidak merasa heran sedikit pun. Tuan mudanya bukan hanya seorang pebisnis handal, tetapi juga seorang maestro dalam dunia pemrograman dan keamanan siber.Meskipun Owen tidak pernah melihat secara langsung bagaimana keahlian Reinhard saat bergelut dalam pemrograman, tetapi nyatanya, sistem keamanan yang ada di d
“Hmm… menarik,” gumam anak laki-laki itu. Bibirnya menekuk dalam dengan seringai yang samar. Ia menyadari jebakan itu dan tidak menyangka akan tertipu.Sistem yang disusupnya kali ini berbeda dari sistem lain yang pernah ia tembus sebelumnya. Sejak awal ia sudah menyadari ada sosok berkompeten di balik layar dan ia menantinya sedari tadi. “Akhirnya kamu menunjukkan dirimu,” gumamnya lagi.Anak itu tidak dapat menahan tawa kecilnya, menampilkan lesung pipinya yang dalam. “Pasti dia sangat kesal tadi. Sayang sekali aku tidak bisa melihatnya langsung,” ucapnya lebih lanjut.Bocah berusia sebelas tahun itu tetap tenang. Ia kembali fokus pada layar, mencari celah untuk keluar dari situasi yang mulai memojokkannya. Namun, semakin ia mencoba, semakin jelas bahwa lawannya jauh lebih berpengalaman.Ia mengetik beberapa kode defensif, mencoba memutuskan koneksinya dari server Hernandez Group sebelum jejaknya terlacak. Sayangnya, setiap kali ia menutup satu pintu, dua pintu baru terbuka, memaksan
Reinhard bersandar di kursinya. Dengan ekspresi wajah yang berubah menjadi serius, ia bertanya kepada asistennya, “Apa kamu sudah menyelidiki perusahaan yang memiliki hubungan di bawah tangan dengan Eric Blunt?”Owen segera mengangguk. “Saya juga sudah mendapatkan daftar transaksi yang dilakukan mereka dengan Eric Blunt, Tuan Muda,” jawabnya seraya memperlihatkan daftar yang dimaksud dari layar tabletnya.Tatapan Reinhard berkilat tajam saat melihat deretan nama perusahaan yang tercantum dalam daftar transaksi tersebut. “Ternyata tidak sedikit orang yang mengambil jalan pintas untuk cepat mati,” cibirnya.Tanpa menunggu arahan lebih lanjut, Owen sudah memahami maksud dari atasannya tersebut. “Kalau begitu, saya akan menyampaikan pemutusan hubungan kerja sama mereka dengan semua perusahaan di bawah naungan Hernandez Group, Tuan Muda,” ucapnya.Reinhard mengangguk setuju. Tatapannya masih terpaku pada daftar nama di tangannya. Ia tidak peduli meskipun harus kehilangan sejumlah kontrak k
Netra Owen terbelalak. “Anda ingin─”“Kenapa? Apa kamu ingin saya diam saja setelah apa yang Nick lakukan kemarin, Owen?” sela Reinhard dengan penuh amarah.“Tentu saja tidak, Tuan Muda,” sahut Owen dengan gugup. Ia hanya ingin menghindari pertumpahan darah yang tidak diperlukan saja, tetapi sebagai bagian dari organisasi Dark Wolf, ia dapat memahami bahwa pembalasan tetap harus dilakukan!“Berikan mereka kejutan yang meriah. Pastikan sepupuku itu menyukainya, Owen,” cetus Reinhard sembari menunjukkan seringai sinisnya.“Saya akan mengirimkan utusan untuk menyampaikan maksud Anda,” sahut Owen. Setelah mengatakan hal itu, ia pun keluar dari ruangan setelah Reinhard memberikan isyarat dengan lambaian tangannya.Setelah kepergian asistennya, Reinhard membuka kembali layar laptopnya di mana pada layar tersebut tertera balasan pesan yang sempat dikirimkan oleh Zeus sebelum memutuskan koneksinya.[Jangan senang terlalu cepat. Suatu saat nanti aku pasti akan mengalahkanmu!─Z]Seulas senyuman
“Jason Hughes?” Alicia bergumam pelan. Ia mulai bertanya-tanya mengenai tujuan pria itu menghubunginya saat ini.“Aku terharu kamu masih mengingat suaraku,” goda pria itu di seberang teleponnya.“Tuan Muda Hughes, Anda terlalu senggang sepertinya,” cibir Alicia seraya berdecak malas.Pria itu malah tertawa keras, tetapi Alicia menyelanya, “Ada apa mencariku? Kalau kamu hanya ingin bermain-main, maaf sekali, aku tidak punya waktu.”Nada suara Alicia terdengar dingin, tetapi ia tetap menjaga kesopanannya.“Tu-tunggu dulu,” jawab Jason dengan cepat sebelum Alicia sempat memutuskan panggilan itu. “Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Hal penting.”Alicia pun mengurungkan niatnya sejenak, kemudian berkata dengan tegas, “Langsung ke inti pembicaraan saja. Aku sibuk.”Alicia memang sengaja menjaga jarak dan berbicara dengan ketus. Ia masih teringat dengan pertemuan terakhir mereka di mana Jason telah mempermainkannya dan memperburuk hubungannya dengan Reinhard karena kesalahpahaman yang terj
Noel tidak menjawab. Ia hanya membereskan peralatan medisnya ke dalam tas.Alicia pun tidak ingin menggodanya lebih lanjut karena ia tahu bahwa cinta pertama tidak semudah itu dapat dilupakan.“Ryu ternyata anak yang sangat aktif juga,” ucap Alicia, mengalihkan pembicaraan.“Sifatnya mirip denganmu, Alicia,” celetuk Noel.Alicia memutar bola matanya dengan malas. “Aku tidak seperti itu,” tampiknya.Noel terkekeh pelan. “Kamu tidak ingat? Dulu kamu juga sering membuat para pelayan panik dengan ulahmu dan ayahmu sampai menebang semua pohon di taman belakang itu.”Pipi Alicia langsung memerah. "Kenapa sih yang diingat malah hal-hal memalukan?" gerutunya.Noel tersenyum tipis, lalu perlahan ekspresinya berubah serius. “Sekarang … bisakah kamu menceritakan padaku apa yang terjadi?”Alicia terdiam sejenak, menatap lurus pria itu. Setelah merasa ragu selama beberapa saat, akhirnya ia pun menjelaskan kondisi yang dirasakannya kepada pria itu.Noel mendengarkan dengan seksama tanpa menyelanya.
“Alicia.”Suara lembut yang memanggil namanya terdengar samar di telinganya, tetapi semakin lama semakin terdengar jelas dan menarik kesadarannya kembali. Kelopak mata Alicia berkedut sebelum akhirnya terbuka perlahan.Cahaya lampu ruangan menyambut pandangannya, memberikan efek menyilaukan yang membuat Alicia kembali menutup matanya dengan cepat. Namun, ia membuka matanya kembali dengan perlahan-lahan.Alicia melihat sosok wanita yang tidak lain adalah kakak iparnya, Amora Lysander. Wanita itu tidak sendiri, tetapi bersama Noel yang sedang memeriksa kondisinya dengan peralatan yang dibawanya.“Syukurlah kamu sudah sadar, Alicia,” Amora bergumam dengan penuh kelegaan.Alicia berkedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kepalanya masih terasa berat, dan ada sensasi berdenyut yang samar di pelipisnya.“Alicia, bagaimana perasaanmu?” tanya Amora dengan suara lembut.Namun, Alicia tidak menjawab sehingga Amora pun menoleh pada Noel dan bertanya, “Apa ada
Alicia menatap langit-langit kamar, pikirannya tak henti-henti mengembara. Semakin Reinhard memintanya untuk melupakan pertanyaan itu, semakin besar rasa ingin tahunya."Kenapa Xavier tiba-tiba menanyakan kecelakaan itu?" gumamnya pelan.Alicia menghela napas panjang dan berbalik, memeluk bantalnya.Ia tahu Reinhard tidak akan menanyakan hal itu tanpa alasan. Pria itu mungkin menyembunyikan sesuatu darinya dan seperti biasanya, Alicia lagi-lagi merasa berkecil hati.“Ah, tidak! Apa yang aku pikirkan?” Alicia menggelengkan kepalanya dengan kuat, mencoba mengusir rasa khawatirnya yang berlebihan.“Aku harus percaya padanya. Xavier bertanya seperti itu, pasti karena ada sesuatu yang penting yang ingin dipastikannya saja.”Embusan napas kasar bergulir dari bibir Alicia. Ia pun memejamkan matanya kembali, mencoba untuk mencari potongan ingatan yang hilang di dalam memorinya tersebut.Namun, semakin ia mencoba, semakin kuat rasa sakit yang menghantamnya. Seolah ada dinding tebal yang mengha
“Daripada membicarakan dia, ada hal penting yang ingin kutanyakan padamu,” ucap Reinhard, suaranya tiba-tiba menjadi lebih serius.“Hal apa?” tanya Alicia. Suaranya masih diselimuti kekhawatiran.Namun, Reinhard tidak langsung menjawab sehingga keheningan yang tercipta di antara mereka membuat rasa ingin tahu Alicia yang berada di ujung telepon tersebut semakin besar.“Xavier─”Sebelum Alicia sempat mendesaknya, Reinhard akhirnya bersuara. “Alicia, mengenai kecelakaanmu waktu itu, apa kamu bisa menceritakannya padaku?”“Kecelakaanku?” gumam Alicia yang diliputi kebingungan.“Maaf, aku bukan ingin memaksamu untuk mengingat kenangan buruk itu. Tapi …,” Reinhard menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, “aku ingin tahu bagaimana kamu bisa tidak ada di dalam pesawat waktu itu?”“Kenapa kamu bertanya tentang hal ini?” tanya Alicia dengan bingung.“Aku hanya ingin tahu semuanya tentangmu, Sayang,” dalih Reinhard.Ia terpaksa berbohong. Ia tidak ingin Alicia mengetahui permasalahan rumi
Siapa lagi yang bisa mengubah suasana hati Reinhard secepat ini jika bukan istri tercintanya, Alicia Lorenzo?Ternyata, wanita itu sudah mengirimkan beberapa pesan untuknya tanpa ia sadari.Reinhard bergegas membuka pesan-pesan tersebut dan membacanya dengan penuh antusias.[Kamu lagi apa, Suamiku?][Kamu lagi sibuk?][Sesibuk-sibuknya kamu, jangan sampai lupa makan. Aku tidak ingin kamu sakit.][Kamu tidak rindu aku?][Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Selamat bekerja.]Ketegangan yang dirasakan Reinhard seketika menguap saat membaca pesan singkat beruntun dari istrinya tersebut. Tanpa membuang waktu, ia langsung menekan nomor kontak wanita pujaannya itu dan melakukan panggilan video.Baru dering pertama, panggilan tersebut langsung terhubung. Akan tetapi, Alicia tidak menyalakan kameranya sehingga Reinhard tidak dapat melihat wajahnya.“Halo,” sahut Alicia di seberang teleponnya.“Sayang, kameramu belum on,” ucap Reinhard mengingatkan.“Aku memang sengaja,” timpal Alicia, t
Di ruang kerjanya yang berada di kantor pusat Divine, Reinhard duduk bersandar di kursinya, mendengarkan laporan dari Owen dan Ethan Millano, salah satu anggota tim khusus yang ia tempatkan di Nexus."Seperti yang Anda duga, proyek kerja sama ini memang mencurigakan," ujar Ethan dengan nada serius.Pria bertubuh kurus dan berpenampilan necis itu kembali melanjutkan, “Saya sudah menelusurinya dan sejak awal Tuan Muda Nicklah yang menerima kerja sama ini. Tapi, beliau tidak tahu kalau perusahaan rekanan ini sangat bermasalah.”Reinhard, yang sejak tadi bersandar di kursinya, menyipitkan mata. “Teruskan.”Ethan mengeluarkan beberapa dokumen dan menyerahkannya kepada Owen, yang kemudian meneruskannya kepada Reinhard. “Perusahaan rekanan ini, Vega Tech, sebenarnya hanya sebuah perusahaan cangkang. Tidak ada proyek besar yang pernah mereka tangani sebelumnya, dan sumber pendanaan mereka juga tidak jelas.”Reinhard membuka dokumen itu dan meneliti setiap lembarannya. Dahinya berkerut saat me
“Nexus, ya?” Liliana tiba-tiba ikut menimpali. “Tadi Tante juga sempat lihat beritanya di TV. Sepertinya lagi jadi trending topic.”Mendengar hal tersebut, Alicia segera mengambil remote televisi dan mencari saluran berita yang sedang tayang. Amora, Liliana, dan Winny ikut memperhatikan layar dengan penuh rasa ingin tahu.Tak lama, sebuah berita bisnis muncul di layar. Seorang reporter sedang berbicara dengan latar belakang gedung tinggi yang memiliki logo Nexus di bagian depannya.“… pengambilalihan mendadak ini mengundang banyak spekulasi di antara para pebisnis. Walaupun Reinhard Xavier Hernandez tidak membuat pernyataan secara langsung, tetapi kehadirannya di Nexus memicu asumsi mengenai perubahan kepemilikan perusahaan tersebut.”Alicia terpaku menatap layar televisi tersebut. Wajah Reinhard disorot oleh kamera media. Pria itu berjalan keluar dari gedung Nexus dengan pengawalan ketat dan mengabaikan semua pertanyaan dari para wartawan.“Kamu beruntung dapat pria hebat, Alicia,” p
“Nenek, bagaimana keadaanmu?”Suara riang Amora terdengar memenuhi ruangan saat ia masuk bersama ibu mertuanya, Liliana Ritter.Alicia dan neneknya langsung menoleh bersamaan. Melihat kedatangan mereka, Alicia segera bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Amora dan menuntun langkahnya menuju tempat duduknya tadi.“Terima kasih, Alicia,” ucap Amora seraya tersenyum kecil dan menatap adik iparnya dengan seksama.Ia kemudian terkekeh kecil. "Kalau dipikir-pikir, kamu benar-benar sudah dewasa sekarang. Sudah tahu bagaimana merawat orang lain."Alicia terkejut dengan pujian itu. "Ka-Kak Amora?" Wajahnya langsung memerah.Amora tersenyum penuh arti. Ia ingat betul, dulu saat ia masih mengandung Ryuji, Alicia hampir tak pernah menunjukkan kepedulian seperti ini."Memangnya dulu aku seburuk itu sampai Kakak harus menggodaku begitu?" gerutu Alicia, pura-pura kesal."Aku memujimu, Alicia," sahut Amora seraya memutar bola matanya.Liliana Ritter, yang sejak tadi meletakkan barang bawaannya di
Reinhard menghentikan langkahnya sejenak di dekat parkiran mobil setelah berada di luar rumah terlantar tersebut. Ia menoleh sekilas ke arah bangunan yang kini bergema oleh jeritan putus asa Edwin.Owen, yang berdiri di sampingnya, melirik ekspresi dingin Reinhard sekilas sebelum akhirnya bertanya dengan hati-hati, “Tuan Muda, apa Anda percaya dengan ucapan Edwin tadi?”Reinhard menghela napas pelan, tatapannya masih terpaku pada rumah itu. "Percaya atau tidak, dia pantas mendapatkan semua ini."Owen meneguk salivanya dengan kasar, lalu mengangguk pelan. Ia dapat memahami kebencian Reinhard terhadap Edwin, mengingat semua hal yang dilakukan pria itu pada Alicia selama tiga tahun ini.Owen melirik darah Edwin yang masih menempel pada telapak tangan tuan mudanya tersebut. Ia pun memberikan sapu tangannya kepada Reinhard dan kembali bertanya, “Apa Anda tidak ingin menanyakannya langsung kepada Nyonya mengenai masalah ini, Tuan Muda?”Reinhard menerima sapu tangan itu tanpa berkata apa-ap