“Dan, Owen,” tambah Reinhard sebelum menutup panggilan. “Selidiki lebih dalam tentang keluarga Stein dan latar belakang wanita yang akan menjadi istri Edwin Stein.” “Baik, Tuan Muda. Saya akan memastikan tidak ada yang terlewatkan,” jawab Owen dengan penuh keyakinan. Sebelumnya Reinhard pernah meminta Owen untuk menyelidiki latar belakang istrinya, tetapi asistennya tidak menemukan apa pun selain identitas wanita itu sebagai istri dari Edwin Stein. Sebenarnya hal ini sangat aneh, tetapi saat itu ia tidak terlalu mempermasalahkannya karena ia masih beranggapan wanita itu hanyalah seseorang yang mirip dengan Alicia saja. Sekarang Reinhard benar-benar menyesal karena terlambat menyadari hal tersebut. “Jika perlu, bayar orang dalam dan interogasi mereka! Saya juga ingin tahu bagaimana istri saya melalui hari-harinya selama di kediaman Stein, termasuk alasan pernikahan mereka hingga mengapa pernikahan itu berakhir,” lanjut Reinhard. “Dimengerti, Tuan Muda,” sahut Owen dengan nada tegas
“Ugh! Rein ….” “Apa kamu merasa lebih enak? Bagaimana kalau di bagian ini?” “Ah!” “Sakit?” “Tidak. Jangan berhenti … akh!” Alicia tercengang ketika suara-suara dan bayangan yang bermunculan di dalam kepalanya. Ia menggigit bibir, merasa malu sekaligus bingung dengan ingatan memalukan tersebut. Ia teringat bagaimana Reinhard memberikan perhatian penuh padanya semalam demi menebus kesalahannya. Pria itu juga merawat lukanya dan memastikan ia merasa nyaman dengan pijatan lembutnya ketika Alicia berendam di dalam bathtub. “Hais! Sepertinya aku sudah gila. Bisa-bisanya aku ….” Alicia mengacak surainya dengan frustrasi. Namun, gerakan tangannya terhenti sejenak ketika mengingat kembali hal yang terjadi selanjutnya. Walaupun Alicia tidak ingat bagaimana dirinya bisa berada di atas ranjang saat ini, tetapi ia ngat Reinhard ikut masuk ke dalam bathtub bersamanya karena ia menariknya untuk masuk bersamanya. Mereka berakhir melakukan ciuman panas penuh gairah yang memabukkan setelah R
“Semalam kamu sangat menggemaskan, Istriku. Aku tidak akan lupa bagaimana kamu mengerang nikmat saat memanggil namaku.”Bisikan lembut yang meluncur dari bibir Reinhard membuat Alicia terbelalak lebar. Sontak, potongan ingatan malam bergairah yang dilaluinya kembali bermunculan di dalam benaknya.“Ah, Rein … aku sudah tidak tahan lagi. Lebih cepat lagi. Cepat! Ah!”Alicia merasakan semburat panas merayapi wajahnya, pipinya memerah seketika. Rasanya ia ingin menggali lobang di bawah kakinya dan menyembunyikan dirinya selamanya di sana!“Kamu menahanku semalaman dan memintaku untuk tidak berhenti. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana kamu memohon waktu itu. Kamu sangat manis, Sayang,” bisik Reinhard lagi. Suara beratnya terdengar sangat menggoda.Alicia menggigit bibirnya dengan perasaan malu yang membuncah. Jantungnya berdegup sangat kencang seakan akan meledak kapan saja ketika tatapan nakal pria itu menyorotinya.“Selain manis, kamu juga sangat liar, Istriku. Semalam kamu juga─”"Cuk
“Semalam, setelah terpuaskan, kamu malah tidur pulas seperti tak bersalah. Menurutmu, apa yang sebaiknya kulakukan, hm?”Netra Alicia mengerjap berulang kali, mencoba mencerna kalimat yang baru saja dilontarkan oleh suaminya tersebut. ‘Jadi aku belum mengatakannya?’ batinnya dengan penuh kelegaan.“Sekarang tepati janjimu, Istriku,” ucap Reinhard dengan penuh ketegasan.Rasa gugup Alicia pun kian meningkat seiring Reinhard yang terus mendekat, jelas tidak berniat untuk memberinya ruang untuk kabur.“Rahasia apa? Aku … aku tidak mengerti maksudmu,” sahut Alicia seraya menghindari kontak mata pria itu.Reinhard tidak melepaskan tatapannya dari Alicia. Pria itu masih mendesaknya dan berkata, “Aku tahu kamu berbohong. Apa kamu tidak percaya padaku?”Sorot mata ambernya mencoba menyelami isi hati Alicia. Kegelisahan tergambar jelas di wajah wanita itu, tetapi Reinhard terus mendekat, mempersempit jarak di antara mereka, hingga Alicia tidak lagi memiliki tempat untuk melarikan diri.Alicia
Reinhard masih tertawa kecil, menikmati setiap ekspresi yang ditunjukkan pada wajah Alicia. Namun, beberapa saat kemudian, tawanya pun terhenti. Perlahan ia menarik diri dari wanita itu.Sembari mengusap lembut puncak kepala istrinya, Reinhard berkata, “Sudahlah. Pembicaraan ini kita lanjutkan lagi nanti malam. Sekarang kita hanya punya sedikit waktu untuk bersiap ke kantor.”Alicia tersenyum kikuk. Diam-diam ia merasa lega karena tidak perlu menghadapi interogasi pria itu lagi. Namun, ia tidak tahu harus bagaimana menghindar dan mengendalikan dirinya untuk malam-malam selanjutnya.‘Arggh! Lama-lama aku bisa gila!’ teriak Alicia di dalam hati.“Mandilah, lalu ke ruang makan. Aku akan membuatkan sarapan untukmu,” titah Reinhard, membuyarkan lamunan wanita itu.“Kamu membuat sarapan?” Alicia terperangah, menatap Reinhard dengan bibir setengah terbuka. ‘Sejak kapan dia bisa memasak?’ batinnya, masih tak percaya.“Tidak perlu terlalu kaget. Aku masih bisa membuat sarapan yang sederhana. K
“Ma-maksudku, kamu ternyata punya bakat. Ibumu pasti bangga kalau tahu,” ucap Alicia, mengalihkan pembicaraan.Reinhard mengulum senyumnya, lalu menimpali, “Hanya spaghetti saja. Bukan hal besar baginya. Lagian saos Bolognese-nya adalah resep ibuku. Aku hanya mengikuti petunjuknya saja.”“Ck, aku tarik kembali pujianku,” gerutu Alicia, merasa tertipu.“Tidak bisa. Aku sudah mendengarnya,” ledek Reinhard seraya tersenyum nakal.“Lain kali aku akan membuatkan spaghetti carbonara untukmu,” lanjut Reinhard yang membuat Alicia terbelalak lebar.“Tidak perlu. Aku tidak suka spaghetti carbonara,” cetus wanita itu.“Benarkah?” Reinhard tersenyum simpul. “Dulu ada seseorang yang kukenal juga tidak menyukai spaghetti carbonara.”Deg!Alicia terkesiap. Ia menatap Reinhard yang sedang memandangnya dengan ekspresi penuh makna. Kilatan di matanya membuat Alicia merasa seolah Reinhard ingin menyampaikan sesuatu hal padanya.“Oh ya? Selera orang memang terkadang sama. Tidak heran kalau ada juga yang
“Selamat pagi, Nyonya.” Owen menyapa Alicia yang baru saja menghampirinya di parkiran apartemen.Padahal Owen baru saja ingin menjemput wanita itu dan tuan mudanya, tetapi keduanya telah turun lebih dulu.“Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Owen,” sahut Alicia.“Tidak, Nyonya. Saya baru saja sampai,” timpal Owen seraya membukakan pintu mobil bagian belakang untuk wanita itu, lalu disusul Reinhard yang juga ikut masuk ke dalam mobil tersebut.Owen pun bergegas masuk ke bagian pengemudi, lalu melajukan kendaraan itu menuju ke gedung Hernandez Group.Sepanjang perjalanan berlangsung, Alicia diam membisu, pandangannya terpaku pada jendela mobil. Sedangkan Reinhard, yang duduk di samping Alicia, juga tidak mengucapkan sepatah kata pun.Pria itu hanya melirik Alicia beberapa kali, berharap wanita itu menaruh sedikit saja perhatian untuknya. Sayangnya, Alicia terlihat tidak memiliki minat untuk bicara dengannya.Owen yang mengemudikan mobil, melirik melalui spion mobil. Ia dapat merasakan ke
“Ya, kamu benar! Sudah saatnya Manajer Blunt mendapatkan pelajaran. Dia sudah terlalu lama menyalahgunakan posisinya untuk merundung karyawan wanita. Semua orang sudah muak dengan sikapnya.”Perdebatan pun terjadi di antara para karyawan Hernandez Group atas kejadian tersebut. Akan tetapi, tidak sedikit yang merasa tindakan tersebut terlalu ekstrem meskipun perbuatan yang dilakukan Eric Blunt memang tidak dapat dimaafkan.“Bagaimanapun ini adalah tindakan melanggar hukum. Sepertinya pelakunya harus berhati-hati. Keamanan perusahaan kita sangat ketat. Pastilah wajah pelakunya terekam jelas di kamera pengawas.”Alicia terdiam mendengar salah satu komentar dari karyawan kantor tersebut. Sebelumnya ia memang bertindak tanpa berpikir panjang. Ia benar-benar tidak dapat mengendalikan dirinya.Namun, ia merasa sangat puas dan merasa bahwa ia sudah melakukan sesuatu yang benar. Hanya saja ia tidak menyangka konsekuensi dari tindakan tersebut bisa jauh lebih besar daripada yang dia bayangkan se
“Suaramu kecil sekali, Alicia. Aku tidak bisa mendengarmu!” teriak Ivona yang berusaha menangkap ucapan Alicia sebelumnya di sela-sela dentuman musik yang membuatnya frustrasi.Namun, Alicia tidak menanggapinya. Gelas kristal di tangan Alicia berhenti berputar, lalu ia menenggak minuman itu hingga habis. Rasa hangat dari alkohol mengalir di tenggorokannya, membawa sensasi membakar yang membuat perasaannya terasa lebih tenang dan melayang.Ivona memandang Alicia dengan alis sedikit terangkat, menangkap kesedihan di balik senyuman yang tersisa di bibir wanita itu. Ia tertegun, mengamati dengan lekat ekspresi wanita itu.“Sebenarnya hal apa yang sudah kamu lalui selama tiga tahun ini, Alicia?” teriak Ivona dengan rasa ingin tahu yang semakin menumpuk.Akan tetapi, Alicia hanya membisu. Ia menatap gelas kristalnya yang kosong dengan cincin berlian yang tergeletak di dasar gelas tersebut, seperti simbol dari kisah yang tak ingin lagi ia bicarakan.Keheningan yang tercipta di tengah gemuruh
Saat memasuki gedung kelab malam tersebut, Alicia dan Ivona langsung disambut dengan gemerlap lampu sorot yang berputar-putar di langit-langit. Suara dentuman bass yang menghentak keras turut memeriahkan suasana dan terasa menggetarkan hati para pengunjung kelab, menenggelamkan mereka ke dalam dunia malam yang mendebarkan.Kedua wanita itu pun menerobos lautan manusia yang diselimuti dengan aroma campuran parfum mahal serta minuman keras yang menyengat.Alicia memandang sekitarnya dengan penuh kekaguman. Kelab malam ini lebih mewah dari yang dibayangkannya. Lampu-lampu neon berwarna-warni menyinari setiap sudut ruangan, menciptakan efek yang seakan-akan dunia ini terjebak dalam dimensi yang penuh cahaya dan energi.Lantai dansa dipenuhi oleh tubuh-tubuh yang bergerak lincah mengikuti irama musik yang keras, sementara meja bar marmer di sisi ruangan ramai dengan pengunjung yang duduk dan bercakap-cakap, menikmati minuman mereka.Di sudut yang berseberangan, Alicia melihat beberapa ruan
Owen menundukkan wajahnya dalam-dalam. Ia melirik kepalan tangan Reinhard yang masih memegang ponselnya. Terlihat urat yang menonjol di tangan tuan mudanya itu, mencerminkan amarah yang luar biasa yang sedang ditahan olehnya. Akan tetapi, Owen dapat melihat kecemasan yang begitu kentara pada wajah atasannya itu. Dengan penuh rasa bersalah dan keraguan, Owen menatap tuan mudanya. “Tuan Muda, maaf saya─” Ucapan Owen terhenti tatkala Reinhard mengembalikan ponselnya. Dengan suara rendah dan terasa dingin, Reinhard berkata, “Coba hubungi dia." Owen mengangguk, lalu dengan cepat melakukan panggilan pada nomor kontak Alicia. Sayangnya, hanya suara operator yang menjawab di ujung telepon tersebut. Owen menggigit bibir bawahnya, menatap layar ponsel dengan ragu sebelum akhirnya mengangkat wajahnya kembali ke arah Reinhard. "Sepertinya telepon nyonya tidak aktif, Tuan Muda," ucap Owen dengan suara pelan, penuh kehati-hatian. Ia bisa merasakan suhu ruangan yang menurun drastis, dipengaru
“Tapi, Tuan Muda … gosip Anda dengan Nona Smith sempat menyebar. Kalau Anda memberikan kontrak itu kepadanya, orang-orang akan berpikir─”“Saya tahu, Owen,” potong Reinhard yang telah menatap asistennya itu dengan tajam. Ia memahami kekhawatiran pria itu.Reinhard juga tahu bahwa Iris menaruh perasaan padanya. Namun, ia tidak akan memberikan harapan kepada wanita itu. Karena itulah, ia membuat keputusan ini.“Saya tidak ingin memiliki hutang budi dengannya, Owen,” terang Reinhard atas maksud dari keputusannya tersebut.Owen tertegun sejenak, mencerna ucapan majikannya tersebut. Namun, sebelum Owen mendalami lebih lanjut, Reinhard kembali bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi pagi? Apa ada kendala?”“Tidak, Tuan Muda. Nyonya membawakannya dengan baik. Beliau juga bisa memberikan jawaban yang memuaskan bagi para investor,” jawab Owen dengan penuh semangat.“Oh, ya?” Reinhard menaikkan sedikit satu alisnya. “Sepertinya dia sangat luar biasa. Apa semua lelaki tadi terpesona sama seper
"Kamu pikir kamu siapa? Beraninya mengatur-ngatur saya seperti ini?" Walaupun Iris berbicara dengan nada penuh amarah, tetapi Owen tidak gentar sedikit pun. Melihat asisten Reinhard tersebut tetap menghalangi jalannya, Iris pun memanggil Reinhard yang masih berdiri memunggunginya. “Katakan sesuatu, Rein. Apa kamu biarkan dia berbicara tidak sopan seperti ini padaku?” teriak Iris, suaranya terdengar semakin meninggi. Wanita itu tidak peduli meskipun beberapa pasang mata telah tertuju padanya dan suara riuh rendah mulai menghiasi area kedatangan bandara tersebut. Beberapa pengawal Reinhard bergegas mengerubunginya, mencegah orang-orang untuk mengambil gambar dari situasi yang tidak akan menguntungkan majikan mereka. Reinhard berbalik perlahan. Mata ambernya menatap Iris dengan tajam, lalu dengan wajah dingin, ia berkata, “Apa yang dikatakan Owen adalah maksudku. Berhentilah membuat masalah. Aku tidak ada waktu untuk bermain drama denganmu.” Iris terperanjat. Meskipun ia suda
‘Rein akan pulang?’Jantung Alicia mendadak berdegup cepat. Rasa rindu yang bercampur dengan kecemasan memenuhi dadanya. Namun, ia dengan cepat menggelengkan kepala, berusaha menepis harapan yang mulai tumbuh di dalam hatinya.‘Jangan bodoh, Alicia! Satu minggu tidak pulang dan tidak memberikan kabar, kamu masih ingin percaya dengan ucapan Owen? Dia itu anjing setia Rein. Tentu saja dia memihaknya!’ Suara hati Alicia terus berteriak, memaksa dirinya untuk tidak lagi berharap pada pria itu. Meskipun tadi pagi Owen sudah mengklarifikasi skandal Reinhard dengan Iris, tetapi hati Alicia yang sudah terlanjur terluka, masih tidak semudah itu percaya. Terlebih lagi saat makan siang tadi ia sempat mendengar kembali berita Reinhard dan Iris yang kepergok keluar dari rumah sakit bersama-sama. Alicia tidak tahu hal apa yang keduanya lakukan dan kenapa Reinhard harus ke rumah sakit dengan wanita itu. Alicia bingung. Ia ingin percaya bahwa mereka tidak ada hubungan apa-apa, tapi kenyataan yang ad
Owen menundukkan kepalanya dengan penuh penyesalan. “Maafkan saya, Nyonya Muda. Tolong jangan mempersulit saya,” pintanya dengan suara rendah.Meskipun terjebak dalam pilihan yang sulit, tetapi pada akhirnya ia tetap memilih berpihak kepada tuan mudanya. Ia tidak bisa mengkhianati tuannya, apapun yang terjadi.Sementara itu, manik mata Alicia masih menatap pria itu dengan tajam. Ia menyadari bahwa Owen hanyalah seorang bawahan yang menjalankan perintah saja. Ia tahu bahwa pria itu juga berada dalam posisi yang sulit untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya. Sebelum Alicia sempat mengatakan sesuatu, Owen telah lebih dulu menambahkan, “Tapi, saya bisa pastikan kalau tuan muda tidak akan mengkhianati kepercayaan Anda, Nyonya.”Pria itu mengangkat salah satu tangannya seolah bersumpah akan ucapannya. Meskipun ia tidak bisa melanggar perintah tuan mudanya, tetapi ia tidak akan membiarkan nama baik tuan mudanya tercoreng karena skandal tersebut. Apalagi sampai membuat nyonya mudanya meragu
Alicia masih berdiri mematung di pertengahan tangga. Bibirnya setengah terbuka, syok dengan pengalihan Jason yang begitu tiba-tiba.Alicia tahu pria itu menghindarinya agar tidak mendengar penolakannya. Meskipun merasa bersalah karena bersikap dan berbicara dingin, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain.Pikirannya melayang kembali ke masa lalu, saat ia menerima penolakan yang begitu menusuk dari Reinhard. Tiba-tiba kedua netranya terasa panas, tetapi ia cepat mendongak, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh.Alicia mencoba menenangkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam. Di saat bersamaan, pernyataan rindu Jason kembali melintas di dalam benaknya. ‘Seandainya saja Rein yang mengatakannya, mungkin ….’Alicia tertawa getir. “Cinta memang tidak dapat dipaksakan,” gumamnya dengan suara yang terdengar pilu.Air mata yang berusaha ditahannya pun meleleh dengan cepat. Namun, ketika mendengar suara langkah di dekatnya, Alicia menyekanya dengan cepat.“Nyonya, Anda baik-baik saja?”Su
“Manajer Morgan, saya tahu kalau Anda memiliki banyak pertanyaan,” ucap Alicia dengan sikap yang lebih terbuka.“Syukurlah kalau kamu paham,” balas Ivona dengan senyum penuh arti. Perlahan sorot matanya berubah sendu, seolah menyiratkan kesedihan yang bercampur rasa kecewanya.“Sebenarnya kenapa─”Sebelum Ivona melanjutkan, Alicia telah menyelanya lebih dulu, “Saya janji, saya pasti akan memberikan jawaban yang Anda inginkan. Tapi, saat ini saya masih harus melakukan beberapa urusan yang belum diselesaikan. Bagaimana kalau selepas pulang kerja saja kita bicara lebih santai, Manajer Morgan?”Ivona tertegun sejenak dengan tawaran tersebut. Ia melirik Jason sekilas. Pria itu tampak menganilisis maksud dari pembicaraaan mereka. Ivona pun memahami keinginan Alicia.“Baiklah. Saya tunggu kabar baikmu …,” Ivona melirik kartu identitas Alicia, lalu melanjutkan sembari tersenyum tipis, “Anya.”Setelah pembicaraan itu, Ivona pun berlalu dari hadapan Alicia dan Jason. Kepergian Ivona membuat hati