"Aku?" tanya Milla dengan terkejut.Sutradara mengangguk. "Aku sudah lama memperhatikanmu. Begitu kamu muncul di depan kamera, kamu langsung menjadi pusat perhatian. Struktur wajahmu elegan dan tegas. Mau dari sudut mana pun, hasilnya pasti bagus.""Aku nggak bisa." Milla tersenyum sambil melambaikan tangan. "Aku bukan artis, juga bukan model.""Kenapa kita awalnya ingin mencari artis dan model untuk berpasangan dengan Yoan?" Sutradara mulai membujuknya, "Karena mereka sudah memiliki popularitas. Tapi, Bu Milla, popularitasmu saat ini nggak kalah dengan model biasa, terutama setelah Laura baru saja menambah bahan bakar ke dalam api."Staf di sekeliling juga ikut membujuk, "Bu Milla, coba saja. Ini bisa menghemat waktu dan juga mengurangi biaya produksi.""Benar. Nggak perlu banyak adegan, hanya beberapa pengambilan gambar saja. Nggak sulit kok," timpal sutradara.Milla menggigit bibirnya, mempertimbangkan situasi. Akhirnya, dia memaksakan diri untuk setuju.Saat Milla baru mulai dirias
Di internet, empat influenser kecantikan yang sebelumnya bersekongkol dengan Laura tiba-tiba berbalik arah. Mereka mengaku bahwa malam sebelum mereka menggunakan parfum itu, Laura mengundang mereka makan malam. Saat itu, Laura diam-diam merusak parfum mereka.Masalah ini semakin besar. Mereka merasa ada sesuatu yang janggal, jadi berkumpul untuk membahas lebih lanjut. Ketika mereka membawa sampel parfum itu untuk dianalisis, ditemukan satu bahan tambahan yang sangat mudah menyebabkan alergi. Namun, parfum milik para penguji lain tidak memiliki bahan itu. Dengan kata lain, Laura sengaja melakukan kecurangan.Bukan hanya itu, salah satu influenser kecantikan paling berpengaruh bahkan mengunggah tangkapan layar percakapannya dengan Laura, membuktikan bahwa setelah skandal ini pecah, Laura terus menghasutnya untuk membangkitkan emosi publik dengan tujuan menghancurkan reputasi Jauhari Parfum.Alasan Laura melakukan semua ini ternyata hanyalah dendam pribadi. Dia merasa tidak puas karena da
'Baguslah kalau Om nggak datang,' batin Yoan sambil diam-diam menyimpan ponselnya ....Setelah selesai menangani dokumen di tangannya, Chris merasa ada yang aneh dengan pertanyaan Yoan tadi. Dia pun segera memerintahkan Wilson, "Cari tahu, apa yang sedang dilakukan Yoan."Tak lama kemudian, Wilson kembali melapor, "Pak Chris, Pak Yoan hari ini sedang syuting iklan kedua untuk parfum Grup Jauhari, dan ... pasangan perempuannya tiba-tiba diganti menjadi Nyonya.""Apa?"Alis Chris langsung mengernyit. Dia berkata tegas, "Bawa ke sini proposal iklan yang terakhir kali diserahkan oleh Grup Jauhari!""Baik!"Wilson tidak berani menunda. Dia segera mengambil dokumen proposal dan meletakkannya di depan Chris. Melihat desain iklan yang penuh adegan berpelukan dan mengangkat tubuh wanita, pupil mata Chris memicing tajam. Dia langsung menginstruksikan dengan suara tegas, "Ke studio sekarang juga!"....Yoan sedang syuting adegan solonya. Sementara itu, Milla duduk santai di kursi istirahat sambil
"Berhenti!"Fotografer menghentikan sesi pemotretan, "Kita istirahat sebentar ya, mungkin kalian kelelahan. Yoan, coba cari dulu mood-nya."Begitu keluar dari sorotan lampu dan kamera, Yoan langsung melihat Wilson yang memberi isyarat mata dari tempat tersembunyi. Dia pun buru-buru mengikutinya keluar.Di ruang istirahat, Chris sudah menunggu.Melihat tatapan Chris yang tajam dan berbahaya itu, Yoan langsung teringat momen horor saat di acara sosial para sosialita, ketika dia dipermalukan habis-habisan. Tanpa sadar, dia menutup dadanya dengan kedua tangan."Om Chris? Bukannya Anda bilang nggak akan datang?" tanya Yoan dengan hati-hati."Kalau aku nggak datang, gimana aku bisa tahu kalau kamu sudah tumbuh besar dan mulai keras kepala?" Tatapan Chris dingin menusuk."Om, tolong jangan salah paham. Tadi Om juga lihat sendiri, aku duduk diam dan nggak bergerak! Bahkan aku nggak berani lihat mata Tante! Sumpah!" Yoan buru-buru mengangkat tiga jari sebagai janji secara refleks.Chris mendeng
"Pak Zeno!"Melihat pria yang familier itu, Milla langsung teringat kembali saat dia berada di Rumah Sakit Kota Cevo. Pria inilah yang datang mewakili pesta sosialita internasional untuk menjenguknya waktu itu.Milla masih ingat, nama pria ini adalah Zeno.Pria yang elegan di hadapannya itu, langsung menunjukkan sorot mata berbinar dan menggeleng takjub, "Bu Milla benar-benar luar biasa .... Bu Milla masih ingat aku?"Milla tersenyum tipis tanpa menjelaskan apa pun. Alasan nama itu melekat di ingatannya adalah karena Chris tampak sangat memperhatikan orang ini waktu itu."Boleh tahu, Bu Milla hari ini datang hanya untuk melihat-lihat, atau memang ada tanah yang sangat Anda incar?" tanya Zeno sambil berbasa-basi."Keluarga kami berencana membangun pabrik baru, dan memang ada sebidang tanah yang menarik perhatian," jawab Milla dengan tenang dan percaya diri.Zeno tersenyum sambil mengangguk. "Kebetulan, aku juga."Keduanya saling bertukar sapa dan mengobrol ringan. Mereka tidak menyadari
Acara lelang pun dimulai.Beberapa tanah di awal adalah pilihan favorit. Ada yang lokasinya strategis, ada yang dekat dengan sumber air, dan ada juga yang punya nilai ekonomis tinggi, semuanya jadi rebutan.Namun, Milla tetap tenang dan tidak menunjukkan minat sedikit pun. Sesekali, dia bahkan melirik ponsel untuk melihat berita terkini.Di media sosial, Laura benar-benar sudah ditinggalkan oleh agensinya. Isi kolom komentar semuanya penuh hujatan. Yah, itu memang akibat dari perbuatannya sendiri.Menjelang akhir acara, barulah tanah terakhir yang memang diincar oleh Milla akhirnya muncul.Pembawa acara memberikan sedikit penjelasan tentang tanah tersebut, lalu mengumumkan harga pembuka, yaitu 80 miliar."Sembilan puluh miliar!"Milla mengangkat papan nomor dengan suara lantang.Beberapa pria yang duduk di barisan depan refleks menoleh ke belakang. Itu suara wanita pertama yang ikut menawar malam itu. Begitu melihat wajah cantik Milla, mereka tampak puas. Suara dan penampilannya sama-s
Sunny hampir tersedak ludahnya sendiri! Dia sudah mengerahkan segala cara untuk bisa mendekati Zeno. Kini setelah akhirnya berdiri begitu dekat dengannya, Milla malah menghancurkan suasana!Milla benar-benar pembawa sial dalam hidupnya!Sunny mengepalkan tangan, bibirnya sampai pucat karena terlalu keras menggigit. Dia hanya bisa menatap Zeno dan Milla yang berjalan pergi bersama dan semakin menjauh darinya."Pak Zeno, terima kasih sudah mengalah tadi," ujar Milla dengan sopan.Zeno tersenyum sambil menggeleng, "Jangan panggil aku Pak Zeno, cukup panggil Zeno saja. Ngomong-ngomong, kenapa kamu mengincar tanah itu? Menurutku, dari segi harga dan lokasi, nilai investasinya nggak terlalu tinggi."Milla pun menjelaskan tentang rencana pembangunan pabrik baru milik Grup Jauhari dan bagaimana lokasi tanah itu sangat mendukung logistik dan efisiensi. Kemudian, dia balik bertanya, "Kalau kamu sendiri? Kenapa kamu tertarik sama tanah itu? Kalau aku nggak terus menawar, tanah itu pasti sudah kam
Sepuluh menit kemudian.Zeno kembali muncul di hadapan Milla. "Bu Milla, kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?"Milla tersenyum segan. "Pak Zeno mau dengar sejujurnya atau cuma sekadar basa-basi?"Mata Zeno berkilat dingin dan tertawa, "Coba kamu katakan dua-duanya?""Alasan palsunya, aku nggak sabar ingin membalas budi padamu. Tapi alasan sebenarnya ... aku baru tahu kalau beberapa rekan bisnis yang ingin kutemui malam ini, ternyata hadir di acara jamuan ini."Tatapan Zeno tertuju pada Milla yang berdiri di hadapannya dengan pesona yang begitu kuat. Sudut bibirnya sempat bergerak sedikit, menampakkan senyuman samar.Milla menambahkan, "Tapi memang, aku nggak suka berutang budi sama siapa pun. Jadi alasan ‘palsu’-ku tadi, sebenarnya nggak sepenuhnya palsu.""Hahaha."Zeno tertawa, "Bu Milla, kamu benar-benar wanita yang menarik."Milla tersenyum. Lengkungan di sudut bibirnya manis dan anggun.Zeno lalu menekuk sedikit lengannya, memberi isyarat agar Milla menggandengnya. Milla pun me
Di atas meja makan, ekspresi antusias Rafael menatap ketiga wajah yang penuh dengan rasa canggung. Suasana seketika berubah dingin dan ganjil."Ada apa ini sebenarnya?" Suara Chris terdengar semakin dalam dan berat."Kesalahpahaman." Milla buru-buru ingin menjelaskan, tapi Rafael yang seolah kehilangan akal sehat justru lebih dulu menyela, "Aku datang hari ini memang untuk meluruskan kesalahpahaman itu. Kita masih punya waktu yang panjang, aku nggak mau kamu sengaja menghindariku.""Nggak ada yang namanya waktu untuk kalian!" Chris meletakkan sendoknya, lalu berdiri dengan tegas. Tanpa banyak bicara, dia langsung menarik tangan Milla dan membawanya pergi begitu saja."Eh .... Mereka itu ...?" Rafael tertegun di tempat, wajahnya bingung dan tercengang.Joy sampai memutar bola matanya dengan kesal, "Pak Rafael, Anda tadi bilang datang untuk meluruskan kesalahpahaman, bukan? Kalau bukan karena reputasi Anda yang memang dikenal ... ya ... nggak terlalu peka, aku hampir curiga Anda sengaja
"Untuk saat ini belum bisa dipastikan," ujar Milla sembari mengedipkan bulu matanya yang lentik. "Aku perlu menata ulang pikiranku. Tapi kamu bisa bantu aku selidiki seseorang.""Siapa yang harus diselidiki?" tanya Joy penasaran, menyadari bahwa Milla pasti sudah memiliki dugaan tertentu."Zeno, salah satu investor yang hadir hari ini," jawab Milla tenang."Siapa dia? Apa menurutmu dia bermasalah?" Joy belum pernah mendengar nama itu sebelumnya."Aku hanya mencurigainya." Milla kembali berkedip perlahan. Meskipun tidak yakin apakah Zeno benar-benar pelakunya, Milla merasa agak penasaran dengan orang ini. Jadi, tidak ada salahnya dia menyelidiki Zeno."Dia mendekat terlalu intens, terlalu ingin menarik perhatianku, membuatku merasa semuanya terlalu disengaja. Di dunia ini, nggak ada orang yang akan bersikap baik tanpa alasan," lanjutnya."Mungkin saja dia tertarik padamu?" Joy menimpali dengan nada menggoda.Milla tak kuasa tersenyum. "Menurutmu, hubungan antara laki-laki dan perempuan
Di mata para investor, gelombang besar dukungan dan ekspektasi dari warganet terhadap parfum baru Grup Jauhari adalah uang! Tidak ada orang yang akan melewatkan peluang untuk menghasilkan uang!Apalagi, Bernard didukung oleh konsorsium raksasa. Jadi, jika dia bersedia berinvestasi, Milla tentu saja sangat puas. Dia langsung mengangguk mantap dan berkata, "Kalau begitu, aku terima dengan senang hati. Terima kasih atas kepercayaan Pak Bernard. Aku yakin proyek parfum terjangkau dari Grup Jauhari ini nggak akan mengecewakan Anda."Sambil bicara, pandangan Milla diam-diam menyapu ke arah Zeno. Zeno menunduk, entah apa yang sedang dipikirkannya. Namun, Milla bisa melihat jelas bahwa suasana hatinya sedang buruk.Bernard takut proyek bagus ini disambar investor lain, sehingga dia segera menginstruksikan bawahannya dari divisi bisnis untuk segera menindaklanjuti kesepakatan dengan Milla.Begitu Milla keluar dari ruang rapat, dia langsung melihat Joy yang tengah menunggu cemas di luar. Dia mem
"Tentu saja!" ucap Milla sambil tersenyum percaya diri.Dengan jemarinya yang lentik, Milla mengoperasikan laptop dengan cekatan, lalu layar pun berpindah ke tampilan halaman pemantauan data real-time."Ini adalah hasil polling interaktif yang kami luncurkan tadi malam secara daring. Karena kami memulainya cukup larut, jumlah peserta awalnya memang nggak banyak ...."Milla mulai mempresentasikan bagian perubahan taktis dalam proposalnya. "Di dalam proposal yang sempat tersebar di internet, kami tambahkan tiga varian parfum baru. Kami mendeskripsikan secara detail tiap aromanya, lalu meluncurkan voting daring.""Setiap pengguna internet bisa memilih parfum favorit mereka. Aroma dengan suara terbanyak akan menjadi kloter produksi pertama. Para partisipan yang ikut voting bisa memindai kode QR untuk mendapatkan kupon diskon, sekaligus berkesempatan menjadi pengguna awal parfum tersebut ....""Silakan lihat di sini. Lonjakan interaksi mulai sekitar pukul sembilan pagi, tepat saat para prof
Saat ini, Milla sedang duduk di dalam mobil Joy.Joy sudah terbiasa dengan dunia balapan sejak kecil. Dia menyetir seolah jalanan adalah lintasan sirkuit."Joy, utamakan keselamatan ya," ujar Milla sambil memegang erat pegangan tangan di sisi kursi."Tenang saja, aku nggak sebodoh itu sampai korbankan nyawamu demi uang yang sebentar lagi jatuh ke tangan kita," kata Joy sambil tertawa, lalu kembali melakukan satu gerakan drift mulus melintasi lampu merah yang baru saja menyala."Hanya saja ... meskipun rencanamu itu bagus, kalau nanti para investor di lokasi nggak tertarik, gimana dong?" Joy mulai merasa khawatir lagi."Nggak mungkin. Biasanya investor terbagi jadi dua jenis, yang agresif dan yang konservatif. Investor agresif suka ide segar dan kreatif, jadi mereka pasti akan tertarik dengan pendekatanku. Sedangkan yang konservatif lebih melihat respons pasar. Untungnya, aku sudah siapkan strategi untuk keduanya. Jadi dua tipe investor itu semuanya sudah dalam genggamanku!" ujar Milla
Sopir kembali mengantar Milla pulang ke rumah.Di perjalanan, ia menelepon asistennya dari divisi parfum. "Kerry, tolong kamu sekarang komentar di unggahan yang membocorkan proposal kita itu. Posting juga beberapa kombinasi bahan lain yang dulu pernah kita diskusikan.""Bu Milla ... Anda nggak sedang bercanda, 'kan?" Suara sang asisten terdengar panik."Kamu nggak salah dengar. Aku memang sengaja. Percayalah, aku punya maksud tersendiri," Milla menjawab dengan tegas."Baik, Bu."Begitu asistennya menyanggupi, Milla akhirnya bersandar santai di kursi mobil dan menutup mata sejenak untuk beristirahat.Mobil pun tiba di rumah.Begitu Milla masuk ke dalam, dia melihat Chris sedang duduk di ruang tamu. Dia mengenakan kacamata berbingkai emas sambil memeriksa dokumen di tangannya sambil menunggu Milla pulang.Begitu melihat Milla masuk, Chris langsung bertanya, "Untuk presentasi besok, kamu butuh bantuan?""Aku sudah punya solusinya," jawab Milla sambil tersenyum. Di matanya terpantul sorot
"Apa yang terjadi sebenarnya?""Pasti ulah Grup Bakhtiar! Cuma mereka yang selicik itu!"Para rekan kerjanya mulai marah.Proposal itu sudah mereka kerjakan selama lebih dari sebulan. Bukan hanya sekadar dokumen, beberapa konsep kombinasi bahan baku parfum Grup Jauhari adalah hasil kerja keras para insinyur dan ahli parfum yang terus meneliti dan menguji tiada henti."Grup Bakhtiar itu keterlaluan! Aku benar-benar ingin sekali ngelabrak mereka! Mereka nggak pernah ngerti arti menghargai hasil kerja keras orang lain!" seru salah satu staf dengan marah."Katanya Grup Bakhtiar nggak bakal main kotor lagi kali ini?" bisik Joy dengan suara pelan.Milla mengernyit. Apa yang dikatakan semua orang memang benar.Dalam proposal untuk presentasi besok, ada beberapa poin yang sangat kuat dan inovatif. Dia begitu yakin kalau proposal itu bisa memukau para investor yang hadir. Namun sekarang, semua nilai jual utama itu sudah bocor di internet.Lalu, masih adakah yang tersisa untuk dipresentasikan be
Milla hanya bisa memutar mata tak berdaya. "Ckckck."Joy mengerucutkan bibirnya dengan kesal, "Sudah ah, cuma sekali lirik saja sudah ketahuan kemesraan kalian."Milla menahan tawa, lalu beranjak serius, "Barusan kami sudah memeriksa ulang proposal final. Nggak ada masalah sama sekali. Aku yakin besok proposal ini bisa menarik investasi yang besar.""Tapi aku dengar Grup Bakhtiar juga ikut presentasi. Mereka nggak bakal main kotor lagi, 'kan?" tanya Joy agak khawatir."Grup Bakhtiar baru saja mengalami beberapa kegagalan besar. Kali ini pasti mereka akan lebih hati-hati. Kami juga sudah menugaskan tim untuk mengawasi mereka terus, jadi mereka nggak akan semudah itu berhasil menjalankan rencana licik mereka."Milla menganalisis dengan tenang, "Lagi pula, sejak mereka kalah dari kami dalam tender parfum pria waktu itu, mereka langsung banting setir ke pengembangan parfum murah. Kalau besok mereka masih bisa bersaing, ya, itu berarti murni karena kemampuan mereka sendiri.""Kalau begitu,
Menjelang akhir acara, seorang pria berpakaian rapi dan penuh gaya berjalan mendekati Milla."Apakah Anda Bu Milla?" tanyanya."Benar," jawab Milla sambil menoleh dan membalas dengan sopan."Halo, Bu Milla. Saya Robert, Pemimpin Redaksi Majalah Fashion Bazaar."Pria itu memperkenalkan diri dengan senyum ramah, "Baru saja saya melihat Anda mengenakan gaun rancangan Madam Besar Tessa, auranya sangat cocok dengan Anda. Kebetulan sekali, saya sedang merencanakan perubahan gaya untuk sampul majalah kami dan ingin mengundang Anda sebagai model."Mata Milla membelalak karena terkejut. Fashion Bazaar adalah majalah mode papan atas dengan sirkulasi tinggi. Banyak selebriti ternama berlomba-lomba untuk bisa tampil di halamannya, bahkan rela bersaing sengit demi mendapatkan kesempatan seperti itu. Dia tidak menyangka, Robert justru datang sendiri menawarkan padanya.Namun, setelah dipikir-pikir, itu cukup masuk akal. Nama Tessa punya pengaruh yang luar biasa di dunia mode. Gaun yang dikenakannya