Setelah keluar dari rumah sakit, Milla mulai mempersiapkan penyambutan Ketua Kehormatan.Daftar kebutuhan yang diberikan oleh asosiasi kepadanya tercetak penuh di dua halaman kertas A4. Ketua Kehormatan menginginkan kamar dengan balkon menghadap ke selatan, sarapan khas chinese food, mobil MPV berwarna hitam untuk transportasi, dan sopir pria berusia 40 sampai 50 tahun.Intinya, daftar permintaannya sangat detail.Selama lebih dari seminggu, Milla seperti berubah menjadi seorang manajer administrasi. Hanya untuk memilih sopir yang memenuhi syarat, dia sampai melakukan 3 kali tahap wawancara.Akhirnya, usahanya membuahkan hasil. Pada malam sebelum kedatangan Ketua Kehormatan di Kota Huari, dia berhasil mengatur semuanya, termasuk memastikan mobil dan staf perusahaan siap untuk menjemput tamu di bandara keesokan paginya.Malam itu, Milla menerima telepon dari Joy. Begitu tersambung, Joy langsung bertanya, "Sayang, pasti kamu yang menahan berita tentang Grace yang menyelinap ke kamar suit
"Pak Graham masih menunggu bagasi, jadi kami menemui kalian dulu." Salah satu asistennya menjelaskan.Milla dan manajer administrasi perusahaan berpandangan. Seolah-olah menyadari kebingungan mereka, asisten itu pun menambahkan, "Dalam bagasi Pak Graham ada banyak bahan pewangi yang sangat berharga. Barang-barang itu biasanya nggak boleh disentuh oleh siapa pun."Rupanya begitu .... Memang benar, Graham punya kepribadian yang unik dan menganggap wewangian sebagai hal yang paling penting.Tepat saat itu, sekelompok wartawan muncul dan langsung mengepung mereka berenam. Para wartawan segera bertanya kepada dua asisten muda itu, "Apa kalian asisten Pak Graham?""Kenapa Pak Graham nggak ada di sini? Apa beliau belum tiba atau masih di belakang?"Dua asisten itu tampak terkejut dan langsung menatap Milla dengan penuh kewaspadaan. "Bu, sebelumnya kamu nggak mengatakan ada wawancara media."Tepat seperti dugaannya, Levis tidak akan berdiam diri begitu saja. Milla memicingkan matanya.Sayangny
"Putri tertua Keluarga Jauhari, Milla ...," timpal penanggung jawab kompetisi itu tanpa berpikir panjang.Kerutan di dahi Graham yang sebelumnya begitu dalam akhirnya sedikit mereda. Alisnya terangkat. Ternyata dia ...."Suruh dia kemari dan jelaskan langsung padaku," instruksi Graham.Penanggung jawab itu cukup terkejut. Namun, dia tidak berani mempertanyakan keputusan Graham dan segera meminta orang untuk memanggil Milla.Begitu Milla tiba, Graham langsung memutar kursinya, membelakangi pintu masuk. Dari belakang, terdengar suara Milla. "Pak Graham, aku menjemputmu dengan penuh ketulusan. Mengenai kenapa tiba-tiba ada begitu banyak wartawan di sini, aku butuh waktu untuk menyelidikinya sebelum memberi penjelasan."Milla lantas menambahkan dengan serius, "Tapi, aku bisa menjamin kalau aku sama sekali nggak menghubungi media secara diam-diam. Semua orang di industri ini tahu kamu nggak suka diwawancarai.""Kalau aku masih punya sedikit akal sehat, aku nggak akan pernah melakukan hal se
Milla memperhatikan ekspresi Grace dengan saksama, diam-diam membuat perhitungan sendiri.Terakhir kali di Kota Cevo, wajah Grace sampai bengkak karena gigitan nyamuk. Dengan sifatnya yang pendendam, sudah pasti dia tidak akan melupakan kejadian itu begitu saja.Namun, sekarang saat bertemu lagi, Grace bahkan tidak berani menyinggungnya sedikit pun. Itu berarti dia merasa bersalah!Itu juga membuktikan bahwa insiden Milla jatuh ke air memang ulah orang-orang suruhan Grace. Untungnya, sekarang Keluarga Young dan Keluarga Bakhtiar masih saling menyerang."Butik ini cuma menjual gaun kelas atas. Harga paling rendah pun ratusan juta. Kamu cuma datang untuk cuci mata ya?" Grace sengaja mengejek Milla untuk melampiaskan kekesalannya.Meskipun Keluarga Jauhari bukan keluarga kecil di Kota Huari, sejak kematian ayah Milla, Grup Jauhari mengalami kemunduran. Grace yakin Milla tidak mampu membeli gaun di sini."Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu." Milla menjawab dengan tenang. "Aku nggak
Ekspresi wajah pria tua itu sedikit membaik. Dia menatap Milla dan berkata, "Aku baru sampai, terus keluar untuk jalan-jalan."Mengingat lemari pakaian di rumah pria tua itu yang berisi banyak gaun tradisional, Milla tahu bahwa pasti ada seseorang di dekatnya yang sangat menyukai gaun itu. Dia pun mendekati pria tua itu sambil berkata dengan suara rendah."Kakek, kalau kamu ingin beli gaun tradisional, aku bisa membawamu ke toko penjahit tua. Barang-barang di sini cuma kelihatan mewah, tapi sebenarnya nggak ada gunanya. Aku beli juga cuma untuk menjaga penampilan."Pria tua itu tertawa mendengar perkataannya, matanya yang berkerut pun melengkung. Kemudian, dia mengangguk."Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan mencoba gaun dulu," kata Milla. Kemudian dia berbalik dan memberi tahu pegawai, "Aku kenal kakek ini, tolong layani beliau.""Baik, Bu." Melihat Milla membantu menyelesaikan konflik tadi, beberapa pegawai merasa lega dan mulai menghormatinya. Mereka pun segera mengantar pria tua itu
Milla membelalak sedikit, merasa agak curiga.Dia tahu meskipun beberapa pegawai toko ini ingin membelanya, mereka tidak akan mengorbankan pencapaian penjualan mereka sendiri. Jadi, apakah benar ada seseorang yang telah membeli semua gaun di sini atas namanya?Pembelian ini benar-benar bernilai fantastis ....Milla meminta pegawai untuk membungkus gaun kuning itu agar bisa dia bawa sendiri. Kemudian, dengan suara pelan, dia bertanya kepada manajer toko tentang apa yang terjadi.Namun, manajer hanya mengatakan bahwa seorang pelanggan anonim telah membeli semua gaun untuknya, tanpa mengungkapkan identitasnya.Setelah semuanya dikemas, para pegawai dan manajer toko pun membungkuk dengan hormat saat mengantar Milla dan sang kakek keluar dari toko.Meskipun belum bisa memahami siapa yang begitu dermawan, di hadapan Grace, Milla tidak bisa mengecewakan niat baik dari pelanggan anonim itu. Jadi, dia membusungkan dada dan tampak penuh percaya diri."Masukkan transaksiku hari ini ke dalam penca
Milla terkejut dengan banyaknya jumlah gaun yang ada. Dia sibuk meminta para pelayan membantunya menyusun gaun itu ke dalam lemari pakaian, sama sekali tidak menyadari wajah dingin dan muram Chris yang berada di belakangnya.Setengah jam kemudian, sebagian besar gaun akhirnya tersusun rapi. Milla meminta para pelayan untuk beristirahat dulu dan melanjutkan esok hari. Setelah para pelayan pergi, dia berkacak pinggang, menatap deretan gaun yang memenuhi lemari. Rasanya agak kewalahan.Sebelum pergi, pria tua itu meninggalkan nomor teleponnya, mengatakan akan menelepon Milla nanti. Namun, berapa banyak parfum yang harus dia buat untuk bisa membalas budi atas hadiah mahal ini?Milla menghela napas dan berbalik, lalu sontak terkejut. "Astaga!"Jika dia berjalan lebih cepat, dia pasti sudah menabrak Chris yang berdiri seperti patung di depan pintu lemari. Sepasang mata hitamnya menatapnya tanpa berkedip.Milla terlonjak kaget. "Kenapa kamu di sini?""Aku nggak boleh di sini?" tanya Chris bal
Selama 20 menit di dalam kamar mandi, Milla sungguh gelisah sampai rasanya ingin mencungkil keramik dan menggali tanah untuk kabur. Jika bisa kabur, dia pasti sudah kabur ke ruang kerja untuk tidur di sana.Namun, pada akhirnya dia tetap membuka pintu kamar mandi dan melangkah keluar. Meskipun ada serigala kelaparan yang menunggunya di kamar tidur, melarikan diri bukanlah solusi.Saat dia melangkah masuk ke kamar tidur dengan hati-hati, sosok Chris sudah tidak ada di tempat tidur. Yang tersisa hanyalah secarik kertas di kursi ujung tempat tidur.[ Aku tegaskan sekali lagi, kesabaranku nggak banyak. ]Milla membaca pesan itu dan tersenyum. Chris selalu mengatakan bahwa dia tidak punya kesabaran untuknya, tetapi kenyataannya pria itu selalu bersabar padanya.Milla tahu betul, jika malam ini Chris benar-benar menginginkan sesuatu darinya, dia mungkin tidak akan punya alasan untuk menolak. Namun, Chris tetap menghormatinya.Milla duduk di tempat tidur, bibirnya melengkung membentuk senyuma
"Maksudmu apa?" tanya kapten itu kepada Milla."Dilihat dari ekspresimu, aku rasa tebakanku benar, 'kan?" Milla melanjutkan dengan tatapan tegas, "Kalau begitu, tolong jelaskan. Kalau sidik jariku sengaja ditinggalkan oleh pelaku di senjata itu, apa benar alat yang digunakan adalah bahan yang terbuat dari karet silikon?"Kapten itu mengangkat senjata, mendekatkannya ke hidung, lalu mengendus. Yang dia cium hanya sedikit bau logam terbakar akibat aliran listrik, tak ada aroma lainnya ...."Benar, untuk menyalin sidik jari memang biasanya menggunakan karet silikon. Tapi karena baunya khas, teknik profesional biasanya sudah menyiasatinya, jadi nggak akan meninggalkan aroma," jelas kapten itu dengan ragu. "Tadi sudah kucium, nggak ada aroma apa-apa. Kalian coba juga."Beberapa polisi lain pun meneruskan senjata itu dan mengendusnya. Semuanya menggeleng dan berkata, "Nggak ada bau karet sama sekali.""Kalian nggak bisa menciumnya, bukan berarti aku juga nggak bisa," ujar Milla dengan tenang
"Bu Milla, penahanan secara terpisah memang nggak mengizinkan orang luar mendampingi ...." Polisi itu mengerutkan dahi dan menyela."Aku sedang membahas syarat yang lain," kata Milla dengan nada tenang.Aura yang dipancarkannya langsung membuat orang-orang di sekelilingnya, termasuk para polisi merasa terintimidasi. Tak ada yang menyangka, gadis muda yang baru saja dituduh sebagai pembunuh Maalih berdasarkan bukti yang begitu kuat, justru menjadi orang pertama yang bisa menenangkan diri.Namun, kenapa dia terlihat begitu tenang? Bahkan berani menegosiasikan syarat?"Ini adalah kasus pembunuhan dan juga sebuah konspirasi. Meskipun sekarang aku ini tersangka utama, aku ingin mengajukan syarat untuk ikut menyaksikan proses investigasi," jelas Milla."Kamu nggak punya hak itu." Polisi itu menolak.Milla tidak menyerah. "Tapi sejauh yang kutahu, negara ini juga nggak memberi hak kepada para tamu di ruangan ini untuk menyaksikan pengumpulan bukti, 'kan? Kalian tetap memberi mereka izin. Seka
Satu jam yang lalu, Chris baru saja keluar dari ruang istirahat Milla dan pergi ke rumah sakit.Dia tidak memercayai bawahannya sepenuhnya. Orang-orang dari Keluarga Yunanda bukan orang biasa. Jika bawahannya sampai melakukan kesalahan dan gagal mendapatkan hasil tes DNA, Milla bisa langsung menjadi target Keluarga Yunanda!Keluarga Yunanda bagaikan rawa, entah berapa banyak darah dan tulang kerabat yang telah terkubur di sana. Jadi, Chris memutuskan untuk mengawasi sendiri prosesnya.Namun, begitu tiba di sana, dia tiba-tiba mendapat laporan dari Wilson. "Pak, ada masalah besar! Di pesta makan malam Keluarga Yunanda tiba-tiba ada aksi penyerangan! Maalih meninggal! Sekarang Bu Milla jadi salah satu tersangka ...."Napas Chris memburu. Urusan di rumah sakit terpaksa diserahkan lagi pada bawahannya. Dia segera kembali ke mobil dan menyetir dengan kecepatan tinggi.Ketika dia kembali ke aula pesta di pulau, polisi sudah selesai mencocokkan sidik jari dan hasilnya cocok dengan milik Milla
Tak lama kemudian, kantor polisi terdekat mengirimkan petugas untuk datang ke pulau dan melakukan penyelidikan, sekaligus membawa tim forensik.Di bawah pengaturan polisi, para tamu yang bersedia meninggalkan pulau bisa mengantre dengan tertib untuk menjalani pemeriksaan badan. Bila tidak ditemukan masalah, mereka diizinkan pergi.Karena kasus ini tergolong khusus di mana korban adalah seorang konglomerat lokal, sementara para saksi dan tersangka adalah tokoh-tokoh besar setempat, kantor polisi pun mengerahkan banyak personel untuk membuka penyelidikan langsung di pulau. Untuk sementara, semua terduga dilarang meninggalkan pulau.Setengah jam kemudian, hasil otopsi dari tim forensik selesai. Hasilnya kurang lebih sesuai dengan analisis dokter di pulau. Di sisi lain, pihak polisi juga menemukan taser yang disembunyikan di dalam tanah di area taman bunga."Mohon semuanya tetap tenang. Kami telah menemukan senjata yang digunakan. Setelah pemeriksaan, diketahui bahwa senjata ini menembakka
"Kamu sedang menyindir aku dan Pak Khavin adalah pelakunya?" Kali ini, Kepala Keluarga Sudarso, Hilman, menyipitkan mata dan berdiri sambil menatap tajam ke arah Milla."Aku nggak bicara begitu." Milla sudah menduga akan ada reaksi seperti ini. Dia menanggapinya dengan tenang, "Kebenaran dari kejadian ini tetap harus menunggu pemeriksaan lebih lanjut dari polisi dan tim forensik. Ini juga menyangkut perbedaan durasi setrum dan pelacakan asal senjata. Aku cuma menganalisis salah satu kemungkinan saja.""Tapi, jelas-jelas kamu membela Keluarga Yunanda dan Keluarga Dolken, sementara Keluarga Sudarso dan Keluarga Domani malah diseret ke dalam masalah ini!"Hilman tetap tidak terima dan terus menyudutkan Milla. "Kalau nggak, kenapa hanya kamu saja yang sibuk bicara di sini, sementara orang lain diam saja? Kamu murid Graham. Hari ini kamu juga mewakili Keluarga Yunanda memenangkan dua ronde pertandingan!""Pasti kamu punya kepentingan pribadi! Jangan-jangan kamu ini kaki tangan dari pelaku u
Di atas panggung, Graham terbaring di tandu darurat yang baru saja dibawa masuk. Dia perlahan mulai memulihkan kembali kontrol atas otot-ototnya. Milla dan asistennya setia berjaga di sisinya.Milla merasa seluruh bulu kuduknya meremang. Dia tahu bahwa membawa senjata di negara ini memang legal, tetapi dia tidak menyangka akan menyaksikan langsung kasus yang menyebabkan kematian. Lebih mengerikan lagi, pelakunya sempat berdiri sangat dekat dengan dirinya dan Graham!Mata bening Milla sedikit terangkat, menelusuri seisi panggung dengan tajam.Alfie duduk tegak di kursi rodanya, sama sekali tidak bergerak sejak awal. Maalih sudah meninggal dan tubuhnya telah dibawa turun oleh pelayan keluarganya.Dua keluarga lain di atas panggung adalah Keluarga Sudarso yang bergerak di bidang baja dan Keluarga Domani yang berawal dari bisnis farmasi. Kedua kepala keluarga itu kini berdiri dengan ekspresi bingung, merasa tertekan di bawah tatapan tajam kepala pelayan Maalih."Kami sudah melapor ke polis
Milla buru-buru menyembunyikan rasa cemasnya dan menenangkan Graham, "Guru, jangan khawatir. Kali ini benar-benar cuma mati lampu biasa."Sekitar satu menit kemudian, lampu di aula jamuan kembali menyala.Manajer aula menjelaskan dengan malu, "Mohon maaf sebesar-besarnya, tadi terjadi pemadaman listrik yang tak terduga. Sistem kami sudah otomatis menyalakan genset cadangan dan dipastikan nggak akan terjadi lagi. Silakan dilanjutkan.""Kita lanjutkan saja," ujar Alfie yang statusnya paling tinggi di antara para kepala keluarga yang hadir di atas panggung.Namun, begitu mereka saling menoleh, ekspresi masing-masing berubah kaget."Maalih!""Guru?""Apa yang terjadi?"Milla, Alfie, dan dua kepala keluarga lainnya berseru bersamaan.Milla segera memeluk tubuh Graham dan memeriksanya. Dia melihat tubuh pria tua itu lemas dan kaku di kursinya, bahkan sudut bibirnya tampak sedikit berkedut."Cepat panggil dokter!" teriak Milla sambil memegangi tubuh Graham. Asisten Graham yang duduk di bawah
"Mm ...."Belum sempat mendapat jawaban, yang datang malah sebuah ciuman yang begitu mendominasi. Milla terkejut sejenak, tubuhnya menegang. Dia buru-buru mendorong pria di atasnya.Gerakan Chris pun sedikit terhenti, tetapi dia tetap menatap mata jernih Milla dari jarak yang begitu dekat. Dengan napas yang cepat dan kuat, dia berucap, "Maaf."Penolakan yang hendak Milla ucapkan seketika tertelan oleh kata itu dan tatapan penuh perasaan milik Chris. Tanpa sadar, dia membiarkan dirinya dicium. Tubuh mereka perlahan bergerak ke arah sofa di dalam ruangan."Ini cuma ruang istirahat ...." Milla menyuarakan kekhawatirannya di sela ciuman."Wilson jaga di luar," balas Chris dengan tenang, menjawab keraguannya.Mereka akhirnya sampai di sofa. Namun, dari luar tiba-tiba terdengar suara Wilson yang berjaga di depan pintu."Pak Chris, pihak Keluarga Yunanda mengirim undangan makan malam. Mereka ingin tahu apa Pak Chris akan hadir malam ini?"Gerakan Chris sempat terhenti, satu tangan besarnya ma
Chris menutup pintu pelan-pelan, lalu duduk di ruang istirahat sebelah.Beberapa saat kemudian, Wilson kembali melapor, "Pak, dugaanmu benar. Pelayan itu keluar dari ruang istirahat dan langsung menemui Pak Alfie. Setelah itu, kepala pelayan Keluarga Yunanda mengirim orang ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA.""Tapi, seluruh proses dilakukan mereka sendiri tanpa campur tangan orang luar. Barang yang pelayan itu ambil dari tubuh Nyonya di ruang istirahat nggak sempat kutukar. Jadi, aku langsung atur orang di pusat. Rencananya dia akan mengambil tindakan di tahap akhir."Chris mengangguk. "Yang penting hasil yang Keluarga Yunanda terima bukan hasil yang mereka inginkan. Kamu boleh pakai cara apa pun.""Baik, Pak." Wilson menerima perintah, lalu bertanya lagi, "Kenapa Pak Chris nggak masuk?""Jarang-jarang dia bisa tidur dengan tenang." Chris menjawab, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis."Pak, Keluarga Yunanda tahu soal kedatanganmu. Mereka ingin mengundangmu ke paviliun atas