Milla terkejut dengan banyaknya jumlah gaun yang ada. Dia sibuk meminta para pelayan membantunya menyusun gaun itu ke dalam lemari pakaian, sama sekali tidak menyadari wajah dingin dan muram Chris yang berada di belakangnya.Setengah jam kemudian, sebagian besar gaun akhirnya tersusun rapi. Milla meminta para pelayan untuk beristirahat dulu dan melanjutkan esok hari. Setelah para pelayan pergi, dia berkacak pinggang, menatap deretan gaun yang memenuhi lemari. Rasanya agak kewalahan.Sebelum pergi, pria tua itu meninggalkan nomor teleponnya, mengatakan akan menelepon Milla nanti. Namun, berapa banyak parfum yang harus dia buat untuk bisa membalas budi atas hadiah mahal ini?Milla menghela napas dan berbalik, lalu sontak terkejut. "Astaga!"Jika dia berjalan lebih cepat, dia pasti sudah menabrak Chris yang berdiri seperti patung di depan pintu lemari. Sepasang mata hitamnya menatapnya tanpa berkedip.Milla terlonjak kaget. "Kenapa kamu di sini?""Aku nggak boleh di sini?" tanya Chris bal
Selama 20 menit di dalam kamar mandi, Milla sungguh gelisah sampai rasanya ingin mencungkil keramik dan menggali tanah untuk kabur. Jika bisa kabur, dia pasti sudah kabur ke ruang kerja untuk tidur di sana.Namun, pada akhirnya dia tetap membuka pintu kamar mandi dan melangkah keluar. Meskipun ada serigala kelaparan yang menunggunya di kamar tidur, melarikan diri bukanlah solusi.Saat dia melangkah masuk ke kamar tidur dengan hati-hati, sosok Chris sudah tidak ada di tempat tidur. Yang tersisa hanyalah secarik kertas di kursi ujung tempat tidur.[ Aku tegaskan sekali lagi, kesabaranku nggak banyak. ]Milla membaca pesan itu dan tersenyum. Chris selalu mengatakan bahwa dia tidak punya kesabaran untuknya, tetapi kenyataannya pria itu selalu bersabar padanya.Milla tahu betul, jika malam ini Chris benar-benar menginginkan sesuatu darinya, dia mungkin tidak akan punya alasan untuk menolak. Namun, Chris tetap menghormatinya.Milla duduk di tempat tidur, bibirnya melengkung membentuk senyuma
Baru saja Sunny berjalan menjauh, beberapa orang segera mendekatinya untuk berbasa-basi. Milla memperhatikan mereka, sepertinya semuanya adalah karyawan Grup Bakhtiar.Namun, Donny sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Grup Bakhtiar. Lalu, kenapa orang-orang Keluarga Bakhtiar begitu menghormati Sunny? Jangan-jangan ...?Alis Milla berkerut sedikit. Dia tiba-tiba teringat berita tentang Yonatan yang dikabarkan memiliki simpanan. Dalam foto yang beredar, wanita yang terlihat sangat mirip dengannya ... mungkinkah itu Sunny?Tidak heran jika Sunny bisa menyelinap masuk dalam pertemuan besar industri parfum ....Milla merasa semakin yakin dengan dugaannya.Dia buru-buru berjalan ke arah pintu masuk ruang pesta, sambil mengeluarkan ponselnya untuk meminta bantuan. Namun, tiba-tiba, rasa pusing menyerangnya dengan hebat dan ponselnya jatuh ke lantai.Tubuhnya oleng hingga hampir terjatuh.Seorang pramusaji wanita yang berada di dekatnya berlari mendekat dengan sigap dan bertanya, "Nona,
Mereka benar-benar keji!Milla merasa hatinya mencelos dan dia mulai panik.Saat ini, sekujur tubuhnya tidak bertenaga sama sekali. Kalaupun dia berhasil naik ke jendela, tetap saja dia akan mati jika melompat dari ketinggian itu. Di sisi lain, di dalam ruangan ini juga ada seorang pria tua mesum yang tidak akan menyerah sampai mendapatkan apa yang dia inginkan.Milla benar-benar terjebak dalam kondisi yang sulit saat ini. Dia hanya bisa mengepalkan tangannya erat-erat.Saat itu, Yonatan kembali bangkit dari lantai dan menerjang ke arahnya lagi. Dengan tatapan mabuk, dia bergumam dengan suara menjijikkan, "Cantik ... kamu wanita paling cantik yang pernah kulihat! Ayo, jangan menghindar!"Kali ini, dia bergerak lebih cepat dan Milla hampir saja tidak punya ruang untuk menghindar!Di saat genting itu ....Brak!Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan suara keras. Bayangan seorang pria yang tegap menerobos masuk. Dalam sekejap, dia sudah berada di sisi Milla.Milla bahkan belum sempat menole
Chris berjalan keluar kamar, lalu mengambil ponselnya dan menelepon Wilson. Dengan nada tegas, dia memberi perintah, "Siapkan sarapan untukku dan istriku. Lalu, bawa satu set pakaian ganti untuk kami. Kirim segera."Sementara itu, Milla meringkuk di atas tempat tidur dan membungkus dirinya dengan selimut seperti boneka raksasa.Beberapa menit kemudian, Wilson datang untuk mengantarkan pakaian. Dia menundukkan kepala di depan pintu, tidak berani melirik ke dalam kamar sama sekali.Tak lama kemudian, pelayan juga datang mengantarkan sarapan lengkap dengan berbagai pilihan menu. Chris sudah selesai berpakaian dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka.Melihat kesempatan itu, Milla buru-buru mengambil pakaian barunya dan menggantinya secepat mungkin. Dia merasa sudah cukup cepat, tetapi saat dia masih sibuk menarik ritsleting gaunnya di belakang, tiba-tiba sebuah tangan terulur dari belakang untuk menepis jarinya, lalu menarik ritsletingnya hingga ke atas.Pipi Milla langsung merona.Chr
"Aku lihat dulu situasinya, nanti aku hubungi lagi." Usai bicara, Milla segera menutup telepon. Dia takut jika Joy berbicara lebih lama lagi, pasti akan ada kata-kata memalukan yang membuatnya ingin menghilang dari sana.Setelah menghela napas sejenak, dia menoleh ke Chris. "Semalam, orang-orangmu nggak berhasil mengendalikan mereka yang diam-diam ingin menjebakku?" tanyanya.Chris menyerahkan ponselnya padanya. "Lihat sendiri."Milla membacanya sekilas. Sejak pagi, internet sudah dipenuhi berita tentang pesta industri parfum tadi malam.Isi berita itu menyoroti bahwa saat semua orang sibuk bertukar pengalaman dengan sesama profesional, putri sulung Keluarga Jauhari justru sibuk mabuk-mabukan dan bahkan menyewa kamar pribadi di lantai atas untuk bermalam dengan seorang pria misterius.Foto-foto yang disertakan dalam berita itu hanya menampilkan dua gambar buram dari belakang dan memperlihatkan sosoknya yang tampak sempoyongan. Namun, sosok pria yang disebut-sebut sebagai "pasangannya"
Menghadapi pertanyaan-pertanyaan tajam dari para wartawan, ekspresi Milla tetap tenang. "Boleh saya tahu, apakah ada di antara kalian yang benar-benar punya foto pria yang disebut-sebut sebagai 'pasangan' saya tadi malam?" tanyanya dengan suara lantang dan penuh keyakinan.Para wartawan yang hadir terdiam sejenak. Mereka tidak menyangka Milla bisa tetap begitu tenang dalam situasi ini."Kalian semua adalah profesional di bidang media. Pastinya kalian jauh lebih paham daripada saya yang orang awam. Seharusnya kalian tahu bahwa tidak semua berita yang beredar di internet adalah kebenaran. Kebanyakan hanyalah rekayasa atau pemotongan informasi yang disengaja oleh orang-orang yang memiliki niat buruk," ujarnya tegas.Di saat itu, petugas keamanan dari asosiasi parfum datang dan segera membuka jalur di antara para wartawan, kemudian mengawal Milla untuk meninggalkan lokasi.Namun, para wartawan langsung tersadar dan kembali mengerubunginya dengan pertanyaan-pertanyaan lain."Bu Milla, meski
"Ada kejutan! Ada kejutan besar!"Tiba-tiba, di antara kerumunan wartawan, suara kegemparan pecah. Semua orang segera menundukkan kepala, sibuk menggulir layar ponsel mereka untuk melihat berita terbaru.Bahkan Marcel juga menghentikan langkahnya dan memerintahkan asistennya untuk mengecek berita yang sedang viral. Di media sosial, seorang influencer besar yang memiliki pengaruh luas baru saja mengunggah dua rekaman audio.Tidak hanya itu, rekaman tersebut telah dilengkapi dengan teks percakapan, serta sebuah pernyataan tegas dalam unggahan tersebut:[ Rekaman ini diambil tadi malam di Cube Mansion. Silakan bagi para netizen untuk memverifikasi keasliannya, baik mengenai isi rekaman maupun identitas orang-orang yang terdengar di dalamnya. ]Dalam rekaman tersebut, terdengar tiga suara utama."Sayang, bersulang ...." Suara Sunny terdengar manja dan lembut, membuat siapa pun yang mendengar bisa merinding."Kenapa kamu di sini? Hari ini adalah acara besar industri parfum, kamu nggak sehar
Satu jam yang lalu, Chris baru saja keluar dari ruang istirahat Milla dan pergi ke rumah sakit.Dia tidak memercayai bawahannya sepenuhnya. Orang-orang dari Keluarga Yunanda bukan orang biasa. Jika bawahannya sampai melakukan kesalahan dan gagal mendapatkan hasil tes DNA, Milla bisa langsung menjadi target Keluarga Yunanda!Keluarga Yunanda bagaikan rawa, entah berapa banyak darah dan tulang kerabat yang telah terkubur di sana. Jadi, Chris memutuskan untuk mengawasi sendiri prosesnya.Namun, begitu tiba di sana, dia tiba-tiba mendapat laporan dari Wilson. "Pak, ada masalah besar! Di pesta makan malam Keluarga Yunanda tiba-tiba ada aksi penyerangan! Maalih meninggal! Sekarang Bu Milla jadi salah satu tersangka ...."Napas Chris memburu. Urusan di rumah sakit terpaksa diserahkan lagi pada bawahannya. Dia segera kembali ke mobil dan menyetir dengan kecepatan tinggi.Ketika dia kembali ke aula pesta di pulau, polisi sudah selesai mencocokkan sidik jari dan hasilnya cocok dengan milik Milla
Tak lama kemudian, kantor polisi terdekat mengirimkan petugas untuk datang ke pulau dan melakukan penyelidikan, sekaligus membawa tim forensik.Di bawah pengaturan polisi, para tamu yang bersedia meninggalkan pulau bisa mengantre dengan tertib untuk menjalani pemeriksaan badan. Bila tidak ditemukan masalah, mereka diizinkan pergi.Karena kasus ini tergolong khusus di mana korban adalah seorang konglomerat lokal, sementara para saksi dan tersangka adalah tokoh-tokoh besar setempat, kantor polisi pun mengerahkan banyak personel untuk membuka penyelidikan langsung di pulau. Untuk sementara, semua terduga dilarang meninggalkan pulau.Setengah jam kemudian, hasil otopsi dari tim forensik selesai. Hasilnya kurang lebih sesuai dengan analisis dokter di pulau. Di sisi lain, pihak polisi juga menemukan taser yang disembunyikan di dalam tanah di area taman bunga."Mohon semuanya tetap tenang. Kami telah menemukan senjata yang digunakan. Setelah pemeriksaan, diketahui bahwa senjata ini menembakka
"Kamu sedang menyindir aku dan Pak Khavin adalah pelakunya?" Kali ini, Kepala Keluarga Sudarso, Hilman, menyipitkan mata dan berdiri sambil menatap tajam ke arah Milla."Aku nggak bicara begitu." Milla sudah menduga akan ada reaksi seperti ini. Dia menanggapinya dengan tenang, "Kebenaran dari kejadian ini tetap harus menunggu pemeriksaan lebih lanjut dari polisi dan tim forensik. Ini juga menyangkut perbedaan durasi setrum dan pelacakan asal senjata. Aku cuma menganalisis salah satu kemungkinan saja.""Tapi, jelas-jelas kamu membela Keluarga Yunanda dan Keluarga Dolken, sementara Keluarga Sudarso dan Keluarga Domani malah diseret ke dalam masalah ini!"Hilman tetap tidak terima dan terus menyudutkan Milla. "Kalau nggak, kenapa hanya kamu saja yang sibuk bicara di sini, sementara orang lain diam saja? Kamu murid Graham. Hari ini kamu juga mewakili Keluarga Yunanda memenangkan dua ronde pertandingan!""Pasti kamu punya kepentingan pribadi! Jangan-jangan kamu ini kaki tangan dari pelaku u
Di atas panggung, Graham terbaring di tandu darurat yang baru saja dibawa masuk. Dia perlahan mulai memulihkan kembali kontrol atas otot-ototnya. Milla dan asistennya setia berjaga di sisinya.Milla merasa seluruh bulu kuduknya meremang. Dia tahu bahwa membawa senjata di negara ini memang legal, tetapi dia tidak menyangka akan menyaksikan langsung kasus yang menyebabkan kematian. Lebih mengerikan lagi, pelakunya sempat berdiri sangat dekat dengan dirinya dan Graham!Mata bening Milla sedikit terangkat, menelusuri seisi panggung dengan tajam.Alfie duduk tegak di kursi rodanya, sama sekali tidak bergerak sejak awal. Maalih sudah meninggal dan tubuhnya telah dibawa turun oleh pelayan keluarganya.Dua keluarga lain di atas panggung adalah Keluarga Sudarso yang bergerak di bidang baja dan Keluarga Domani yang berawal dari bisnis farmasi. Kedua kepala keluarga itu kini berdiri dengan ekspresi bingung, merasa tertekan di bawah tatapan tajam kepala pelayan Maalih."Kami sudah melapor ke polis
Milla buru-buru menyembunyikan rasa cemasnya dan menenangkan Graham, "Guru, jangan khawatir. Kali ini benar-benar cuma mati lampu biasa."Sekitar satu menit kemudian, lampu di aula jamuan kembali menyala.Manajer aula menjelaskan dengan malu, "Mohon maaf sebesar-besarnya, tadi terjadi pemadaman listrik yang tak terduga. Sistem kami sudah otomatis menyalakan genset cadangan dan dipastikan nggak akan terjadi lagi. Silakan dilanjutkan.""Kita lanjutkan saja," ujar Alfie yang statusnya paling tinggi di antara para kepala keluarga yang hadir di atas panggung.Namun, begitu mereka saling menoleh, ekspresi masing-masing berubah kaget."Maalih!""Guru?""Apa yang terjadi?"Milla, Alfie, dan dua kepala keluarga lainnya berseru bersamaan.Milla segera memeluk tubuh Graham dan memeriksanya. Dia melihat tubuh pria tua itu lemas dan kaku di kursinya, bahkan sudut bibirnya tampak sedikit berkedut."Cepat panggil dokter!" teriak Milla sambil memegangi tubuh Graham. Asisten Graham yang duduk di bawah
"Mm ...."Belum sempat mendapat jawaban, yang datang malah sebuah ciuman yang begitu mendominasi. Milla terkejut sejenak, tubuhnya menegang. Dia buru-buru mendorong pria di atasnya.Gerakan Chris pun sedikit terhenti, tetapi dia tetap menatap mata jernih Milla dari jarak yang begitu dekat. Dengan napas yang cepat dan kuat, dia berucap, "Maaf."Penolakan yang hendak Milla ucapkan seketika tertelan oleh kata itu dan tatapan penuh perasaan milik Chris. Tanpa sadar, dia membiarkan dirinya dicium. Tubuh mereka perlahan bergerak ke arah sofa di dalam ruangan."Ini cuma ruang istirahat ...." Milla menyuarakan kekhawatirannya di sela ciuman."Wilson jaga di luar," balas Chris dengan tenang, menjawab keraguannya.Mereka akhirnya sampai di sofa. Namun, dari luar tiba-tiba terdengar suara Wilson yang berjaga di depan pintu."Pak Chris, pihak Keluarga Yunanda mengirim undangan makan malam. Mereka ingin tahu apa Pak Chris akan hadir malam ini?"Gerakan Chris sempat terhenti, satu tangan besarnya ma
Chris menutup pintu pelan-pelan, lalu duduk di ruang istirahat sebelah.Beberapa saat kemudian, Wilson kembali melapor, "Pak, dugaanmu benar. Pelayan itu keluar dari ruang istirahat dan langsung menemui Pak Alfie. Setelah itu, kepala pelayan Keluarga Yunanda mengirim orang ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA.""Tapi, seluruh proses dilakukan mereka sendiri tanpa campur tangan orang luar. Barang yang pelayan itu ambil dari tubuh Nyonya di ruang istirahat nggak sempat kutukar. Jadi, aku langsung atur orang di pusat. Rencananya dia akan mengambil tindakan di tahap akhir."Chris mengangguk. "Yang penting hasil yang Keluarga Yunanda terima bukan hasil yang mereka inginkan. Kamu boleh pakai cara apa pun.""Baik, Pak." Wilson menerima perintah, lalu bertanya lagi, "Kenapa Pak Chris nggak masuk?""Jarang-jarang dia bisa tidur dengan tenang." Chris menjawab, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis."Pak, Keluarga Yunanda tahu soal kedatanganmu. Mereka ingin mengundangmu ke paviliun atas
"Kenapa kamu nggak bilang dari awal?" Wilson melihat ekspresi Chris yang sangat suram, tak kuasa untuk menegur.Pengawal itu merasa sangat tertekan, tetapi tak berani menjawab. Wilson segera berbalik ke arah Chris. "Pak, ini semua kesalahanku. Aku pikir akan lebih mudah kalau menggunakan wajah baru supaya urusan lebih lancar. Dia baru bergabung dengan perusahaan, jadi nggak tahu identitas Bu Milla."Chris tetap diam, pikirannya berputar dengan cepat. Tadi dia melihat sendiri pertandingan kedua, juga menyadari bahwa wanita itu tampak tidak enak badan. Kalau tidak, dengan kemampuannya, membedakan 20 jenis aroma itu sangatlah mudah. Bagaimana bisa salah dua?Selain itu, kenapa neneknya memintanya untuk melindungi wanita itu? Apa yang salah dengan kunjungan Milla ke Keluarga Yunanda?Dia teringat akan momen ketika Tessa dan Nayla minum kopi bersama. Apa mungkin itu adalah permintaan pribadi dari ibu Milla?Ada berbagai pertanyaan di benak Chris. Dia segera menghubungi Tessa dan langsung be
Juri sudah naik ke panggung, meminta kedua peserta untuk bersiap.Milla tampak agak pasrah saat melangkah ke atas panggung. Kedua peserta memberi isyarat bahwa mereka sudah siap. Suara penanda dimulainya waktu pun terdengar seketika.Tak lama kemudian, Milla menyelesaikan lebih dulu. Tak sampai satu menit kemudian, genius yang memiliki penciuman tajam dari Melasa juga menyelesaikan tantangannya.Juri berjalan menuju kartu jawaban mereka, memeriksa satu per satu, lalu mengumumkan, "Peserta pria salah mengidentifikasi tiga aroma, peserta wanita salah dua. Hasil akhirnya, Bu Milla tetap menang!""Selamat, Pak Graham! Muridmu benar-benar luar biasa!" puji juri tak bisa menahan kekagumannya.Graham pun naik ke panggung, berdiri di samping Milla, dan berkata sambil tersenyum, "Penciuman muridku ini lebih cocok untuk mengenali herbal, soal rempah-rempah dia masih kurang ahli. Mohon dimaklumi ya."Milla mengedipkan mata indahnya, tatapannya tanpa sadar tertuju ke arah Keluarga Yunanda yang dud