Dengan rahang terkatup Lane menggertakkan gigi. “Jadi kita akan meninggalkan Audrey di sini begitu saja?”Cecilia pasti tidak setuju. Lane sudah dapat membayangkan seberapa sengitnya perlawanan Cecilia saat ia berusaha memaksa wanita itu pergi dari sini.Dengan tatapan waspada Spelling berkata, “Kita mengikuti perintah.”Benar, itulah yang dilakukan oleh prajurit yang baik.Hanya saja, mereka sudah tidak lagi berada dalam militer.Melindungi Cecilia merupakan prioritas Patrick, dan sewaktu Lane melindungi Cecilia, Spelling dan Davis diperintahkan untuk membantunya .Jadi ke mana pun Cecilia pergi…Kami semua pergi.Senyum murung terulas di bibirnya.Lane keluar dari ruang belakang, memanggul tas ransel. Cecilia menyadari senjata yang menonjol di balik lengan pria itu. Ia melompat berdiri. “Kau sudah bicara dengan Patrick?” Audrey hilang. Kejadian itu terulang lagi. Aku harus menolongnya!Anggukan singkat dari Lane. “Sepertinya kau mendapat pengawalan pulang ke Sisilia.”“Bohong!”“Ti
Elegance Hotel, Newark, Manhattan23 Juni 2024Pukul 03.05 AMOrang-orang yang menoleh ke arah mereka akan mengira mareka sepasang kekasih yang sedang berpelukan. Tapi seseorang tak akan melukai kekasihnya dengan belati.“Kau akan membiarkan aku pergi?” tanya si wanita jelita dengan mata memohon kepada pria yang baru ia lukai.Pria itu menggeleng.Oke. Respon ini sudah diantisipasinya. Dan pisaunya---ya, itu hanya pengalih perhatian. Karena sekarang Lane telah bergerak dalam serangkaian serangan yang ia rancang untuk mencekal belati itu.Ini sudah kuduga.Belatinya juga bukan ancaman. Cecilia menyerang dengan tangan kiri---tangan dominannya---yang telak mengenai rahang Lane.Tinju kirinya betul-betul bagus.Lane terhuyung mundur, tergelincir ke arah trotoar yang rusak, lalu terjerembab.Cecilia tidak melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.Audrey begitu mempercayainya, adik suaminya. Wanita itu membutuhkannya sekarang. Cecilia langsung membelakangi pria terluka itu dan segera menga
Mereka dijebloskan ke sebuah ruangan gelap penjara bawah tanah yang luasnya 3 x 3,5 meter. Kedua pria bersenjata tadi mengunci ruangan dan hanya meninggalkan satu lentera kecil sebagai pencahayaan. Kemudian dua pria itu berlalu pergi.Cecilia diam tak bergerak dalam pencahayaan yang lemah. “Aku tidak bermaksud membuat mereka ikut menangkapmu,” ujarnya lemah penuh penyesalan, dia merasa bersalah.Wanita itu memunggunginya. Lane ingin Cecilia menghadapnya. “Tapi kau berniat membuat dirimu tertangkap.”“Benar.” Cecilia meliriknya. “Aku berencana menukar hidupku dengan nyawa Audrey.”Rencana yang buruk, Cecilia.Ia menghampiri wanita itu. Amarah membuat otot-ototnya tegang. “Aku tak akan membiarkan itu terjadi. Dasar gadis bodoh.” Mata Lane berkilat-kilat di bawah pencahayaan temaram.Cecilia bergidik. “Aku juga tak akan membiarkan dia mati. Cuma aku yang saat ini ia percaya, setelah banyak hal tragis yang menimpanya. Dia orang baik. Secara kebetulan, dia masuk ke dalam sepuluh orang te
Cecilia tidak berniat melibatkan Lane dalam usahanya menyelamatkan Audrey. Dan kalau saja sampai terjadi hal buruk menimpa Lane, ia akan merasakan sengatan rasa bersalah setiap hari, sepanjang hidupnya.Tidak, Lane lelaki kuat. Dia sudah terlatih untuk situasi ini. Tapi, ia sendiri yang telah menghunjam belati pada pinggangnya. Itu membuatnya lemah. Mustahil ia dapat melawan mereka dalam kondisi terluka.“Tetaplah di belakangku,” ujar Lane hanya berupa bisikan lirih. Cecilia menduga kehilangan banyak darah telah membuatnya semakin lemah. Ia mengenggam senjata, kalau serpihan pecahan lantera itu bisa disebut senjata. Cecilia turut mengambil serpihan yang lain. Ia tidak mau tak bisa membela diri. Apapun akan ia hadapi nanti.Cecilia sudah menyusun rencana. Begitu ia berhasil kabur dari Lane, Patrick pasti akan langsung tahu. Tangannya terulur ke bahu, pada titik sangat kecil, dimana terdapat kulit yang sedikit menyembul. Menyembunyikan pelacaknya. Patrick telah memastikan dirinya dipasa
Ocean View, Long Beach, New York25 Juni 2024Di sebuah bangunan yang telah dipergunakan Germaine Abraham sebagai salah satu basecamp yang tidak terdeteksi pihak kepolisian kota New York ini, sekali lagi penjahat kaliber internasional itu telah berhasil meloloskan diri.Tulang sendi Cecilia merasa dilolos dari tempatnya. Apa yang pertaruhkan sejauh ini semuanya sia-sia. Audrey tidak mereka temukan bahkan jejak yang tertinggal nihil.Suatu pemikiran terlintas di benaknya. “Apakah wanita itu sebenarnya telah pergi tanpa sepengetahuanku?” Cecilia merasa bingung tidak tahu lagi harus bagaimana. Mencari kemana.“Signorita...”Cecilia mendongak dan menatap pada seorang pria yang berdiri di hadapannya. Rambut hitam cepak, bola mata keemasan. Parut panjang melintang di pipi sebelah kiri. Berpakaian serba hitam dengan pistol tersarung di pinggangnya. Dia mengarahkan tangan ke arahnya. “Kau diminta untuk ikut bersamaku, Ms. Diangello.”Pria itu ia kenal dengan baik.“Tidak akan, Spiellberg,” La
Lane sudah mengacau, tidak melindungi Cecilia seperti yang seharusnya dan Patrick telah mengirim satu agen secara khusus untuk mengambil alih tugasnya.Tori Spiellberg. Pria itu dingin, tapi baik. Spiellberg eks-Delta Force, memiliki reputasi seorang pemburu yang tenang. Begitu terkendali secara emosi. Ada yang bilang es-lah yang terpompa dalam pembuluh Spiellberg, bukan darah.“Aku terima konsekuensinya. Memang akan begitu, agen akan datang dan pergi silih berganti.”Hanya saja Cecilia tidak seperti kebanyakan wanita yang selama ini ia jaga dalam bertugas. Lane bersedia melakukan apa saja demi wanita itu.“Kau belum juga menjawab pertanyaanku.”Cecilia terhenyak. “Pertanyaan yang mana, ya?” Hei, wanita ini menggodanya, ia pura-pura lupa.“Kau, Cecilia Amethyst Diangello. Kenapa kau menciumku di penjara bawah tanah itu?”Senyum sangat tipis terlihat malu-malu. Cecila mencondongkan tubuhnya menghadap pada Lane.Jawaban yang sangat ingin Lane dengarkan.“Bukankah kau sudah tahu.”Bibir
Southern Harlem23 Juni 2024Jonash Abellard telah mendengar perihal markas Germaine yang dua hari lalu diserbu oleh sebuah agen rahasia yang ia tahu. Pimpinannya bahkan ia kenal baik. Mereka memiliki kesamaan visi dan tidak saling mengusik. Direktur DOE yang ia tahu afalah mantan orang kepercayaan presiden.Perihal lolosnya sang penjahat kaliber internasional itu menjadi buah bibir di kedinasannya. Lelaki itu memahami Germaine Abraham. Meskipun ia menllai gembong penjahat itu cerdas, ia telah memandang rendah pula padanya. Germaine Abraham menempuh segala cara untuk mencapai tujuan. Ia melakukan apa saja untuk menang---melakukan segala tindak kejahatan, memerintahkan pembunuham setelah terlebih dahulu meniduri para korbannya. Mereka memilih wanita kalangan sosialita, sekedar meningkatkan egonya. Sungguh perbuatan yang tak terpikirkan. Kekejaman di atas kekejaman. Germaine Abraham adalah pembunuh psykopat. Ia tidak kenal konsep benar atau salah, tak memiliki nurani, tak memiliki moral
Jonash berjingkat dari ruang kerja Juan ke arah kamar Alicia. Ia menenangkan napasnya. Sama sekali tidak menduga seseorang menyelinap ke mansion ini. Dalam hati ia bertanya-tanya, seberapa tangkas ia dalam situasi ini? Kemarahan meluap dalam lorong otaknya, mengimbangi perasaan takut, karena kalau biasanya ia beraksi di ruang terbuka, kali ini di dalam rumah besar yang banyak penghuni kemungkinan sedang terlelap, ia khawatir ada peluru salah satu dari mereka yang menyasar. Dan berapa jumlah mereka? Apakah mereka akan masuk ke kamar Alicia sambil menembak? Apakah mereka akan mengendap-endap sampai ke dalam kamar dan akan menembak dari jarak dekat.Bagaimana Germaine Abraham menghendaki hal itu dilakukan?“Aku ingin kau tahu satu hal, orangku yang telah membunuh keponakanmu dan pengasuhnya. Aku juga bertanggung jawab atas hilangnya kakakmu.”Tiba-tiba Jonash bisa membayangkan dengan tepat. Selama beberapa saat yang mengerikan, kengerian tak terkatakan, saat keponakannya di tenggelamkan