Sanak saudara mulai berkumpul di Palermo, sebagian menginap di Residenza, yang lain tinggal di suite-suite terbesar di hotel-hotel terbaik. Audrey tercengang melihat pasukan bibi, paman dan sepupu yang membentuk cabang-cabang keluarga Diangello yang luas.Audrey melihat begitu banyak orang sehingga merasa pening.Audrey merias sendiri wajahnya dengan tema natural, begitu cantik karena pada dasarnya kulit wajah wanita ini halus tak bercela tak ubahnya kulit bayi. Sehingga cukup dengan sapuan foundation tipis dan concealer dengan ditambah sedikt counture serta sapuan lipstik tipis di bibir warna nude dan mascara saja, wajah jelita aristokrat wanita itu sangat mencolok. Alisnya yang sudah tebal hanya disapu sehinggu lebih mempertegas keindahan alami bulu mata khas Jacob. Sementara rambutnya cuma ia cepol dengan meninggalkan segelintir di depan telinganya berkesan natural look. Dia membungkus tubuh seratus tujuh puluh lima sentinya dengan gaun sutra bordir berwarna lavender pucat. Gaun it
Mereka saling menginginkan satu sama lain, sekarang dan selamanya. Bibir Audrey mengatakan hal itu saat menyambut Nathan ke dalam, menikmati merasakan lidah Nathan menjelajahinya, menggoda dan mendorongnya. Bibir Nathan hangat dan persuasif. Membujuk Audrey merasakan kenikmatan. Audrey menjawab dengan bibir dan lidahnya sendiri, dengan gerakan yang bahkan ia pikir tidak diketahuinya, tapi gerakan itu sepertinya menyenangkan Nathan karena pria itu mengerang nikmat dan menggandakan serangannnya yang gencar.Audrey tidak tahu kemana perginya pakaian dalamnya yang tipis atau bagaimana ia terbaring di ranjang, sementara Nathan melemparkan sisa pakaiannya dan bergabung dengannya, merengkuh kedalam pelukannya sehingga Audrey merasa dadanya Nathan berada di dadanya. Audrey merapatkan tubuhnya ke tubuh Nathan yang keras, kemudian tangan Nathan mengembara diseluruh tubuhnya. Audrey balas menjelajah, pada awalnya canggung dan malu, tapi kemudian kepercayaan dirinya semakin bertambah saat ia meny
Mereka menyelesaikan hasrat mereka, kemudian Nathan mengajak Audrey berenang. Pria itu membuka sebuah lemari yang terdapat di kamar itu. Sederet pakaian renang tergantung di situ. Kira-kira ada sepuluh dengan berbagai macam gaya dengan tingkat kebereranian yang berbeda.“Ini milikmu, ayo pilihlah yang kau suka.”“Tapi bagaimana mungkin? Kau---“ Audrey mengamati baju-baju berderet itu. Ia memilih baju renang berwarna pastel, tapi tangan besar Nathan muncul dan menghentikan gerakannya.“Jangan yang itu,” katanya. “Yang ini.”Nathan memegang sebuah bikini, dan dengan segera Audrey menggeleng. “Tidak, aku tidak bisa---““Kenapa tidak? Bikini ini sangat sopan.”Itu benar, dibandingkan bikini lain, bagian bawahnya akan menutupi bagian belakang Audrey, dan bagian atasnya juga menutup gundukan kembarnya dengan benar. Tapi Audrey selalu memandang dirinya lebih cocok memakai baju renang biasa.“Dan aku tidak bisa memakai warna merah terang,” sanggah Audrey. “Kulitku terlalu putih.”“Tidak ada h
Hari yang paling mendebarkan itu tiba. Audrey dan Nathan hanya memerlukan hampir dua jam menaiki pesawat jet pribadi mereka menuju Milan.Siang itu Nathan selaku CEO telah mengundang semua Dewan Direksi serta keluarga mendiang untuk mengadiri pertemuan resmi di kantor pusat Gruppo METRO yang bertempat di kawasan perkantoran ter---elit di pusat Kota Milan.Beberapa hari sebelumnya, satu-satunya beban di pikiran Nathan adalah menyampaikan kepada seluruh Dewan Direksi dan keluarga Mr. Jacob mengenai ini. Sampai pada hari ini, bom waktunya akan dia ledakkan, dia akan menerima segala konsekuensinya. Nathan meyakinkan dirinya bahwa tindakan Mr. Jacob bukanlah sesuatu yang melanggar hukum, bahkan Surat Wasiat itu telah dipayungi hukum legal dengan melibatkan pengacara keluarga mereka. Tate Donovan juga turut dihadirkan dalam pertemuan itu, sesuatu yang membuat Mathilda merasa janggal. Dia merasa sesuatu yang tidak ia sukai akan terjadi dalam pertemuan itu.Saat tadi mereka bertemu di lift, d
Benigno memandang Nathan yang tersungkur di lantai dengan wajah puas. Beberapa lelaki diruangan itu, termasuk Donovan dan Sulivan berniat mendekati Benigno, hendak mencengkeram agar tidak melarikan diri.“Kalian! Jangan mendekat! Atau kalian ingin pistolku menembak kepala kalian!?” Benigno mengacungkan pistolnya memutari dirinya setengah lingkaran untuk mengancam siapa saja di ruangan itu. Wajahnya terlihat sangat marah, matanya memerah. Dia memasang kuda-kuda pada kedua posisi kakinya.“Mama! Segera pergi dari sini,” perintah Benigno sambil menatap Mathilda. Dia merasa ibunya tidak perlu berada ruangan itu.Mathilda menurut. Dia melangkahkan kaki dengan gusar.“Siapapun yang ada di ruangan ini!” kata Benigno memandangi orang-orang didepannya. “Jangan berani ada yang melaporkanku, atau nyawa kalian dalam bahaya!”Semua peserta pertemuan yang terdiri dari orang-orang penting Gruppo METRO. Mrs. Lily Dawson, Direktur Keuangan. Jack Hudson, Direktur. Conrad Fergusson adalah Direktur Pers
Februari 2024Audrey dengan Nathan belum juga memberikan adik untuk Ventria. Bisa jadi karena mereka berdua terlalu terforsir mengurus pekerjaan ataukah efek keguguran Audrey tiga tahun yang lalu, tapi pasangan itu tidak menjadikan hal itu sebagai suatu permasalahan. Cinta Nathan kepada Audrey masih seperti saat mereka bertemu dahulu. Kehidupan ranjang mereka selalu dilakukan dengan penuh kemesraan seperti saat malam pertama mereka di Residenza Diangello.Audrey dan Nathan setiap akhir minggu akan bepergian ke luar kota, menyinggahi kota-kota yang indah untuk menyegarkan pikiran mereka dari aktifitas pekerjaan. Audrey betul-betul merasakan kehidupan surga yang sebenarnya, demikian pula dengan Nathan. Cinta mereka berdua sangatlah kuat. Mereka saling mencintai dan berjanji untuk sehidup semati. Sungguh kehidupan yang sempurna.Ventria yang pintar mewarisi kecantikan Audrey. Dia memiliki warna kulit bening dan sepasang mata kehijauan warisan mamanya. Ventria tumbuh menggemaskan, kesayang
Tiga bulan sebelum ulang tahun VentriaSylvia Rutherford turun dari mobilnya di sebuah basement parkir, kemudian berjalan menuju apartemennya. Sylvia masih saja belum bisa menghilangkan kekecewaan, merasakan campuran beragam perasaan saat ia mengetahui kandasnya jalinan kedekatannya dengan CEO Gruppo METRO Nathaniele Salvator Diangello.Tentu saja ia merasa tidak senang dengan hal ini. Nathan memang tidak pernah sekalipun menyatakan cintanya. Tapi dia sudah pernah melewati waktu semalaman bersama pria itu. Keintiman yang membuatnya merasa dimiliki oleh lelaki yang dingin, tapi terkadang bisa bersikap lembut terhadapnya. Walau setelah itu ia akan kembali pada kesibukan kerjanya mengelola dua perusahaan besar sekaligus, usaha kerja samanya dengan Mr. Jacob dan perusahaan FAMA milik ayah Nathan. Keduanya menyita energi Nathanielle Salvator Diangello, pria impiannya. Tapi dia bisa menghilang lama entah di tempat yang tidak diketahui Sylvia, sampai kemudian dia mendengar rumor pernikahan
Jonas Abellard disapa keheningan di depan katedral St. Paulus. Pria tampan itu menghentikan langkah di ambang pintu, lalu tertawa kaku. “Ayolah kawan-kawan, tidak mungkin separah itu,” godanya. “Ini bukan acara pemakaman yang mngharuskan kalian mengenakan pakaian hitam atau pengikat lengan. Ini perkawinanku." Kalimat yang ia ucapkan saat menatap Grant Huge dan Davisioso Palm, rekan kerjanya di kepolisian New York City. Atasannya Gerry Burke juga turut bergabung dengan kedua kawannya itu. Mereka mengenakan mantel jubah biru dongker, cravat yang disimpul sempurna dan celana panjang biru muda.Kalimat Jonash itu bisa memunculkan senyum masam, tapi kedua kawannya itu hanya mengerjapkan mata dengan tatapan nanar.Apapun masalah mereka saat ini, tidak akan merusak kesempatan kedua yang Tuhan berikan kepadanya.Jonash menghampiri mereka yang berdiri di depan meja besar yang bagian atasnya terbuat dari marmer. Suara langkah kakinya teredam lantai berkarpet. Jonash tidak suka kalau ada suara se