Tiba-tiba segalanya terjadi begitu cepat. Mereka telah bersepakat mengadakan pernikahan rahasia dan sederhana. Dalam waktu dua puluh empat jam dijari manis kiri Audrey Abellard telah tersemat cincin berlian.“Saya senang sekali Nyonya meminta saya sebagai pengiring pengantin,” cetus Yanti dengan wajah bahagia.“Iya, saya tidak menyangka Nyonya menemukan jodoh seperti Tuan Nathan, Bibik belum pernah lo lihat laki-laki kok seganteng itu. Pokoknya sangat cocok sama mbak Audrey yang cantik sekali.”Mereka tertawa-tawa bahagia. Setelah beberapa bulan lalu berada dalam pesawat jet membawa Nyonya mereka dalam keadaan kritis, hati Bik Andar dan Yanti dibuat sedih dan frustasi. Mereka benar-benar tidak menyangka nasib membawa mereka ke hari bahagia yang akan menjelang Nyonya mereka, setelah nasib tragis yang telah menimpa Nyonya mereka itu.Audrey tersenyum bahagia. Dan pagi ini, mereka berada dalam pesawat terbang menuju Pelermo. Dari ketinggian pesawat mereka melihat pulau bersegi tiga, deka
Mereka menghabiskan waktu sejam berbincang. Ayah Nathan bercerita mengenai persahabatan dia dengan Mr. Jacob. Temannya yang adalah ayah Audrey juga dahulu lahir di Sisilia. Itulah kenapa mereka memiliki keyakinan yang sama dengan Audrey, sebagai populasi penduduk Muslim lumayan besar di Italia.Berawal dari mempertaruhkan hidup yang selama ini berkekurangan. Diangello memantapkan hati merantau pergi dari Sisilia, mengajak sang istri yang setia mengadu nasib ke kota New York, mengalami jatuh bangun, kemudian kehidupan mereka berangsur-angsur mulai membaik. Salah satu saham yang ia beli dengan meminjam uang dari kawannya, yaitu Mr. Jacob, telah mengubahnya dari seseorang yang biasa menjadi usahawan seperti sekarang. Di Milan, dia membuat FAMA, meraih kesuksesan juga. Dia memilih membeli Residenza Diangello dan menetap disini karena jauh dari hingar bingar keramaian. Sebagai founder Fabrica Automobili Milanesse, terkadang Diangello hanya perlu mengunjungi sesekali, dia merasa diusia sep
Sanak saudara mulai berkumpul di Palermo, sebagian menginap di Residenza, yang lain tinggal di suite-suite terbesar di hotel-hotel terbaik. Audrey tercengang melihat pasukan bibi, paman dan sepupu yang membentuk cabang-cabang keluarga Diangello yang luas.Audrey melihat begitu banyak orang sehingga merasa pening.Audrey merias sendiri wajahnya dengan tema natural, begitu cantik karena pada dasarnya kulit wajah wanita ini halus tak bercela tak ubahnya kulit bayi. Sehingga cukup dengan sapuan foundation tipis dan concealer dengan ditambah sedikt counture serta sapuan lipstik tipis di bibir warna nude dan mascara saja, wajah jelita aristokrat wanita itu sangat mencolok. Alisnya yang sudah tebal hanya disapu sehinggu lebih mempertegas keindahan alami bulu mata khas Jacob. Sementara rambutnya cuma ia cepol dengan meninggalkan segelintir di depan telinganya berkesan natural look. Dia membungkus tubuh seratus tujuh puluh lima sentinya dengan gaun sutra bordir berwarna lavender pucat. Gaun it
Mereka saling menginginkan satu sama lain, sekarang dan selamanya. Bibir Audrey mengatakan hal itu saat menyambut Nathan ke dalam, menikmati merasakan lidah Nathan menjelajahinya, menggoda dan mendorongnya. Bibir Nathan hangat dan persuasif. Membujuk Audrey merasakan kenikmatan. Audrey menjawab dengan bibir dan lidahnya sendiri, dengan gerakan yang bahkan ia pikir tidak diketahuinya, tapi gerakan itu sepertinya menyenangkan Nathan karena pria itu mengerang nikmat dan menggandakan serangannnya yang gencar.Audrey tidak tahu kemana perginya pakaian dalamnya yang tipis atau bagaimana ia terbaring di ranjang, sementara Nathan melemparkan sisa pakaiannya dan bergabung dengannya, merengkuh kedalam pelukannya sehingga Audrey merasa dadanya Nathan berada di dadanya. Audrey merapatkan tubuhnya ke tubuh Nathan yang keras, kemudian tangan Nathan mengembara diseluruh tubuhnya. Audrey balas menjelajah, pada awalnya canggung dan malu, tapi kemudian kepercayaan dirinya semakin bertambah saat ia meny
Mereka menyelesaikan hasrat mereka, kemudian Nathan mengajak Audrey berenang. Pria itu membuka sebuah lemari yang terdapat di kamar itu. Sederet pakaian renang tergantung di situ. Kira-kira ada sepuluh dengan berbagai macam gaya dengan tingkat kebereranian yang berbeda.“Ini milikmu, ayo pilihlah yang kau suka.”“Tapi bagaimana mungkin? Kau---“ Audrey mengamati baju-baju berderet itu. Ia memilih baju renang berwarna pastel, tapi tangan besar Nathan muncul dan menghentikan gerakannya.“Jangan yang itu,” katanya. “Yang ini.”Nathan memegang sebuah bikini, dan dengan segera Audrey menggeleng. “Tidak, aku tidak bisa---““Kenapa tidak? Bikini ini sangat sopan.”Itu benar, dibandingkan bikini lain, bagian bawahnya akan menutupi bagian belakang Audrey, dan bagian atasnya juga menutup gundukan kembarnya dengan benar. Tapi Audrey selalu memandang dirinya lebih cocok memakai baju renang biasa.“Dan aku tidak bisa memakai warna merah terang,” sanggah Audrey. “Kulitku terlalu putih.”“Tidak ada h
Hari yang paling mendebarkan itu tiba. Audrey dan Nathan hanya memerlukan hampir dua jam menaiki pesawat jet pribadi mereka menuju Milan.Siang itu Nathan selaku CEO telah mengundang semua Dewan Direksi serta keluarga mendiang untuk mengadiri pertemuan resmi di kantor pusat Gruppo METRO yang bertempat di kawasan perkantoran ter---elit di pusat Kota Milan.Beberapa hari sebelumnya, satu-satunya beban di pikiran Nathan adalah menyampaikan kepada seluruh Dewan Direksi dan keluarga Mr. Jacob mengenai ini. Sampai pada hari ini, bom waktunya akan dia ledakkan, dia akan menerima segala konsekuensinya. Nathan meyakinkan dirinya bahwa tindakan Mr. Jacob bukanlah sesuatu yang melanggar hukum, bahkan Surat Wasiat itu telah dipayungi hukum legal dengan melibatkan pengacara keluarga mereka. Tate Donovan juga turut dihadirkan dalam pertemuan itu, sesuatu yang membuat Mathilda merasa janggal. Dia merasa sesuatu yang tidak ia sukai akan terjadi dalam pertemuan itu.Saat tadi mereka bertemu di lift, d
Benigno memandang Nathan yang tersungkur di lantai dengan wajah puas. Beberapa lelaki diruangan itu, termasuk Donovan dan Sulivan berniat mendekati Benigno, hendak mencengkeram agar tidak melarikan diri.“Kalian! Jangan mendekat! Atau kalian ingin pistolku menembak kepala kalian!?” Benigno mengacungkan pistolnya memutari dirinya setengah lingkaran untuk mengancam siapa saja di ruangan itu. Wajahnya terlihat sangat marah, matanya memerah. Dia memasang kuda-kuda pada kedua posisi kakinya.“Mama! Segera pergi dari sini,” perintah Benigno sambil menatap Mathilda. Dia merasa ibunya tidak perlu berada ruangan itu.Mathilda menurut. Dia melangkahkan kaki dengan gusar.“Siapapun yang ada di ruangan ini!” kata Benigno memandangi orang-orang didepannya. “Jangan berani ada yang melaporkanku, atau nyawa kalian dalam bahaya!”Semua peserta pertemuan yang terdiri dari orang-orang penting Gruppo METRO. Mrs. Lily Dawson, Direktur Keuangan. Jack Hudson, Direktur. Conrad Fergusson adalah Direktur Pers
Februari 2024Audrey dengan Nathan belum juga memberikan adik untuk Ventria. Bisa jadi karena mereka berdua terlalu terforsir mengurus pekerjaan ataukah efek keguguran Audrey tiga tahun yang lalu, tapi pasangan itu tidak menjadikan hal itu sebagai suatu permasalahan. Cinta Nathan kepada Audrey masih seperti saat mereka bertemu dahulu. Kehidupan ranjang mereka selalu dilakukan dengan penuh kemesraan seperti saat malam pertama mereka di Residenza Diangello.Audrey dan Nathan setiap akhir minggu akan bepergian ke luar kota, menyinggahi kota-kota yang indah untuk menyegarkan pikiran mereka dari aktifitas pekerjaan. Audrey betul-betul merasakan kehidupan surga yang sebenarnya, demikian pula dengan Nathan. Cinta mereka berdua sangatlah kuat. Mereka saling mencintai dan berjanji untuk sehidup semati. Sungguh kehidupan yang sempurna.Ventria yang pintar mewarisi kecantikan Audrey. Dia memiliki warna kulit bening dan sepasang mata kehijauan warisan mamanya. Ventria tumbuh menggemaskan, kesayang