Polisi menjelaskan kepada Reno, bahwa Lily hendak menyerang Alina, tapi Abimana menolongnya dan ialah yang menjadi korban vas bunga kaca yang dilempar oleh Lily. Reno tampak kesal, setelah mendengar masalah yang dilakukan oleh istrinya. Bukannya langsung pulang ke rumah, Lily malah membuat masalah dengan datang ke butik Tira dan mencelakai Alina.Di kantor polisi, Reno berbicara berdua dengan istrinya tentang masalah ini. Sebab, Lily akan ditahan di kantor polisi sementara waktu, karena Alina belum mencabut laporannya. Tidak disangka, Alina akan mempermasalahkan hal ini ke ranah hukum. Tapi, mengingat apa yang dilakukan oleh Lily, wajar saja jika Alina begitu marah."Sebenarnya apa yang kamu lakukan di butik Tira? Kamu mau celakain Alina, bener begitu, Ly?" tanya Reno seraya menatap istrinya dengan dalam. Berusaha menahan emosinya yang me buncah. Bahkan, sebenarnya tanpa bertanya sekalipun, Reno sudah bisa menebak apa tujuan istrinya datang ke sana. Tapi ia butuh penjelasan dari Lily.
Meskipun hubungan mereka sudah berakhir beberapa bulan yang lalu, tapi Reno masih bisa merasakan apa yang namanya cemburu pada mantan istri pertamanya itu. Bahkan cemburu pada Alina dan kakak angkatnya sendiri. Saat tiba di rumah sakit, ia melihat adegan pelukan Alina dan Abimana yang tampak mesra. Tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya. Namun, hal yang menjadi perhatian Reno adalah bagaimana cara keduanya saling bertatapan satu sama lain. Seperti, orang yang saling jatuh cinta. "Jadi ini alasan kamu ngotot bercerai dari aku, Al?" tanya Reno dengan nada yang menyindir pada Alina. Reno juga menatap mantan istri dan kakak angkatnya dengan tajam. Terlihat jelas kedua orang itu tidak senang dengan kehadiran Reno di sana. Apalagi Alina yang sudah lebih dari kata muak. Alina terlihat malas untuk menanggapi perkataan Reno yang menuduhnya.. "Alina bukan seperti kamu, yang selingkuh sama sahabatnya sendiri. Bahkan sampai hamil." Celetuk Abimana yang membalas tuduhan Reno dengan sindi
Setelah berbicara dengan Alina, Reno bergegas pergi ke kantor polisi untuk menemui istrinya. Membujuk istrinya agar mau meminta maaf pada Alina dan AbimanaNamun, ketika ia sampai di sana, ia melihat ayah mertuanya sedang bersama dengan Lily dan bersama seorang polisi yang menangani kasus Lily. Reno heran, mengapa ayah mertuanya ada disini? Siapa yang menghubunginya?"Pa?" sapa Reno pada ayah mertuanya itu. Akan tetapi, Hadiwijaya tidak membalas ataupun menanggapinya. Tatapannya selalu meremehkan Reno."Kamu ini gunanya apa sih Reno? Istri kamu di kantor polisi' dan kamu malah kelayapan?" ucap Hadiwijaya marah pada Reno.Reno terlihat kesal, tapi ia berusaha untuk menahan diri dan akhirnya ia menjelaskan arti kelayapan yang dimaksud oleh hadiwijaya."Maaf Pa, tapi saya nggak kelayapan seperti apa yang papa pikirkan. Saya menemui kakak saya dan Alina di rumah sakit untuk memastikan kondisinya. Saya juga meminta maaf atas nama Lily, karena Lily menyerang mereka berdua.""Ini semua terja
Tidak ada yang bisa mencegah Reno untuk pergi dari rumahnya. Sekalipun Lily menangis dan merengek kepadanya. Reno tetap pergi meninggalkan rumahnya, karena ia perlu menenangkan diri."Aku butuh untuk setidaknya untuk semalam ini, agar aku tidak melihat kamu Ly. Jadi jangan cegah aku untuk pergi!" seru Reno seraya menepis tangan istrinya dengan kasar.Lily terlihat sedih dengan sikap suaminya."Baik Mas, aku tidak akan mencegah kamu untuk pergi. Tapi ... kamu harus janji sama aku, Mas.""Apa?""Jangan pergi ke klub malam dan jangan main sama cewek lain, Mas!" pinta Lily.Pria itu menghela napas berat saat mendengarnya. Namun, tak lama kemudian ia mengganggukkan kepalanya."Janji, Mas?" ucap Lily seraya memegang tangan suaminya dengan erat. Ia tidak mau kalau sampai Reno bermain dengan wanita di luar sana, karena sedang bertengkar dengannya."Iya, aku janji.""Kamu tidur duluan, kasihan anak kita kalau begadang," kata Reno mengingatkan istrinya tentang anak mereka. Setidaknya walaupun da
Salsa tetap menolak Reno, meskipun Reno mengatakan kalau mungkin Salsa akan hamil dari perbuatannya. Namun, Salsa tetap menolak Reno, menolak jadi pelakor."Kamu bukan pelakor, Sal. Kamu akan jadi istri saya.""Saya tidak mau Om. Misal saya benar-benar jadi istri Om, saya tidak mau mengambil kebahagiaan wanita lain," tutur Salsa dengan sopan."Kenapa ... kenapa dulu Lily tidak punya pemikiran seperti kamu? Tidak ... aku tidak bisa menyalahkan Lily. Aku juga yang bernafsu padanya," gumam Reno sambil memijat kepalanya yang terasa sakit. Salsa bisa melihat kerisauan dan penyesalan seorang Reno terhadap mantan istri pertamanya."Sayang sekali, sudah terlambat untuk kamu menyesal, Om Reno," kata Salsa dalam hatinya. Sudah terlambat bagi Reno untuk menyesal, karena Alina sudah pergi dari genggamannya.Nafsu, telah membuat Reno menjadi pria paling bodoh di dunia. Kehilangan cinta sejati, demi cinta sesaat dan cinta semu. Sekarang ia baru sadar kalau Alina adalah cinta terbaik dan paling memb
Selama sebulan ini, Reno tidak menghubungi atau menemui Salsa, karena tawarannya menikah ditolak oleh gadis itu. Namun, ada satu hal yang membuat Reno memperhatikan Salsa. Ketika pada suatu hari, Reno dan teman-temannya tanpa sengaja mendatangi restoran tempat Salsa bekerja. Ia menanyakan Salsa pada manager restoran."Salsa sedang izin sakit, Pak. Beberapa hari yang lalu dia mual-mual dan muntah muntah. Jadi saya memintanya beristirahat di rumah.""Mual-mual dan muntah muntah?" Kening Reno berkerut mendengar penjelasan dari manager restoran tentang Salsa yang tidak masuk, karena sakit. Akan tetapi, yang menjadi atensinya adalah mual dan muntah."Memangnya ada apa ya, Pak? Apa Salsa karyawan saya membuat masalah pada Bapak?" tanya manager restoran itu dengan khawatir. Takutnya Salsa membuat masalah pada pelanggan yang saat ini menjadi pelanggan setia restoran ini."Tidak, dia tidak membuat masalah. Hanya saja, saya memiliki beberapa urusan dengannya. Boleh, saya minta alamat rumahnya?"
Jantung Alina sekarang, selalu tidak karuan saat ia berada di dekat Abimana. Ia juga merasakan perasaan yang berbeda dari sebelumnya, ketika mendapatkan perhatian dari pemuda tampan itu.Jika dulu, Alina biasa saja dengan perhatiannya. Sekarang tidak lagi. Ia rasakan sebuah getaran di hatinya dan setiap hari perasaan itu semakin menguat. Alina tidak bisa mengabaikan perasaan itu, begitu saja."Alina ... Apa benar kamu jatuh cinta secepat ini? Ini salah, kan?" gumam Alina yang terlihat bingung. Ia juga berusaha untuk mengetik perasaan yang ada di dalam hatinya pada Abimana."Semisal, aku benar-benar jatuh cinta kepada bang Abi. Apakah dia bisa dipercaya? Apakah hal yang sama tidak akan terulang kembali? Apakah sikap bang Abi saat ini tidak akan pernah berubah padaku?"Begitu banyak pertanyaan dan keraguan di dalam hati Alina, meski sekarang sudah mulai terselip perasaan yang lain pada Abimana. Cinta, yang belum bisa ia akui di depan pemuda Yang selalu menanti jawaban darinya itu.Alina
Di perusahaan tempat kerja Abimana.Lelaki itu sedang sibuk untuk mengerjakan tugasnya sebagai manager pemasaran. Ia tengah mempersiapkan bahan presentasi untuk rapat nanti. Hari ini ia akan sibuk untuk rapat dan lain sebagainya.Abimana akan dipromosikan oleh bosnya, akan tetapi Abimana menolak itu. Sebab, ada kemungkinan besar ia akan pindah ke Jogja dan meneruskan bisnis ayahnya. Jika ia menerima tawaran untuk naik pangkat, maka ia akan terikat dengan kontrak dan makin lama bekerja di perusahaan ini. Sedangkan ia, sudah ada rencana untuk keluar dari pekerjaannya di sini."Pak Abimana, apa kamu yakin tidak akan menerima tawaran untuk naik pangkat? Kamu sudah lebih dari berhak untuk naik pangkat dan gaji. Kamu juga berkompeten," ucap bos Abimana yang merupakan bos Reno dulu.Abimana menggelengkan kepalanya dan menolak tawaran itu. Ia tersenyum dan berkata dengan sopan. "Tidak Pak, saya tidak menginginkan posisi itu. Bagi saya posisi ini sudah cukup.""Baiklah ... kalau kamu memang me
Setelah mendengar dari temannya kalau ia melihat Reno bersama dengan seorang wanita di supermarket, bahkan membeli susu ibu hamil. Hal itu membuat Lily terbakar api cemburu dan kelabakan. Ia langsung menemui suaminya yang masih bekerja di kantor dan mempertanyakan semuanya. Meminta penjelasan dari suaminya. Akan tetapi, seperti apa yang Lily duga, Reno berkilah dan tidak mengakui kalau ia bersama dengan seorang wanita di sana."Jangan bohong kamu Mas! Katakan padaku, siapa wanita itu?" tanya Lily dengan napas yang menderu dan menggebu-gebu oleh emosi. Ia tatap nyalang mata suaminya yang terlihat tenang."Aku nggak tahu apa maksud kamu, Sayang. Wanita siapa sih? Aku di sini dari tadi. Mungkin teman kamu salah lihat!" jelas Reno sambil menatap istrinya yang tampak marah."Lagian mana mungkin ... aku pergi saat jam kerja? Papamu bisa marah," ucap Reno dengan tenangnya memberikan alasan pada Lily. Setenang mungkin, ia berusaha agar Lily tidak curiga padanya.Namun, Lily masih menatap suam
Rey terlihat bingung, karena ia tidak membawa mobil untuk membawa Alina ke rumah sakit. "Sialan! Harusnya gue minta mobil aja sama bokap. Buat apa sok keren beli motor, taunya yang dibutuhin itu mobil," gerutu Rey yang saat ini sedang menggendong Alina.Beberapa orang di sana, membantu Rey membawakan barang-barang belanjaan dan tas Alina yang jatuh. Kemudian Rey membawa Alina naik ke dalam taksi dan berniat membawanya ke rumah sakit. Sementara motornya, ia titipkan pada pihak supermarket serta tukang parkir di sana. Ia juga menelpon temannya agar membawa motornya ke rumah."Al ... ayo bangun." Rey berucap dengan lirih, seraya menatap Alina yang masih tak sadarkan diri di atas pangkuannya. "Al ...""Pak, bisa lebih cepet nggak pak? Saya takut dia kenapa-napa!" ujar Rey pada supir taksi itu."Iya dek, ini udah cepet kok.""Saya bukan adek adek, Pak! Ya ampun ..." desis Rey kesal. Selama ini ia selalu dipanggil adek dengan wajah baby facenya itu. Padahal Rey tidak mau dipanggil adek. Dia
Di perusahaan tempat kerja Abimana.Lelaki itu sedang sibuk untuk mengerjakan tugasnya sebagai manager pemasaran. Ia tengah mempersiapkan bahan presentasi untuk rapat nanti. Hari ini ia akan sibuk untuk rapat dan lain sebagainya.Abimana akan dipromosikan oleh bosnya, akan tetapi Abimana menolak itu. Sebab, ada kemungkinan besar ia akan pindah ke Jogja dan meneruskan bisnis ayahnya. Jika ia menerima tawaran untuk naik pangkat, maka ia akan terikat dengan kontrak dan makin lama bekerja di perusahaan ini. Sedangkan ia, sudah ada rencana untuk keluar dari pekerjaannya di sini."Pak Abimana, apa kamu yakin tidak akan menerima tawaran untuk naik pangkat? Kamu sudah lebih dari berhak untuk naik pangkat dan gaji. Kamu juga berkompeten," ucap bos Abimana yang merupakan bos Reno dulu.Abimana menggelengkan kepalanya dan menolak tawaran itu. Ia tersenyum dan berkata dengan sopan. "Tidak Pak, saya tidak menginginkan posisi itu. Bagi saya posisi ini sudah cukup.""Baiklah ... kalau kamu memang me
Jantung Alina sekarang, selalu tidak karuan saat ia berada di dekat Abimana. Ia juga merasakan perasaan yang berbeda dari sebelumnya, ketika mendapatkan perhatian dari pemuda tampan itu.Jika dulu, Alina biasa saja dengan perhatiannya. Sekarang tidak lagi. Ia rasakan sebuah getaran di hatinya dan setiap hari perasaan itu semakin menguat. Alina tidak bisa mengabaikan perasaan itu, begitu saja."Alina ... Apa benar kamu jatuh cinta secepat ini? Ini salah, kan?" gumam Alina yang terlihat bingung. Ia juga berusaha untuk mengetik perasaan yang ada di dalam hatinya pada Abimana."Semisal, aku benar-benar jatuh cinta kepada bang Abi. Apakah dia bisa dipercaya? Apakah hal yang sama tidak akan terulang kembali? Apakah sikap bang Abi saat ini tidak akan pernah berubah padaku?"Begitu banyak pertanyaan dan keraguan di dalam hati Alina, meski sekarang sudah mulai terselip perasaan yang lain pada Abimana. Cinta, yang belum bisa ia akui di depan pemuda Yang selalu menanti jawaban darinya itu.Alina
Selama sebulan ini, Reno tidak menghubungi atau menemui Salsa, karena tawarannya menikah ditolak oleh gadis itu. Namun, ada satu hal yang membuat Reno memperhatikan Salsa. Ketika pada suatu hari, Reno dan teman-temannya tanpa sengaja mendatangi restoran tempat Salsa bekerja. Ia menanyakan Salsa pada manager restoran."Salsa sedang izin sakit, Pak. Beberapa hari yang lalu dia mual-mual dan muntah muntah. Jadi saya memintanya beristirahat di rumah.""Mual-mual dan muntah muntah?" Kening Reno berkerut mendengar penjelasan dari manager restoran tentang Salsa yang tidak masuk, karena sakit. Akan tetapi, yang menjadi atensinya adalah mual dan muntah."Memangnya ada apa ya, Pak? Apa Salsa karyawan saya membuat masalah pada Bapak?" tanya manager restoran itu dengan khawatir. Takutnya Salsa membuat masalah pada pelanggan yang saat ini menjadi pelanggan setia restoran ini."Tidak, dia tidak membuat masalah. Hanya saja, saya memiliki beberapa urusan dengannya. Boleh, saya minta alamat rumahnya?"
Salsa tetap menolak Reno, meskipun Reno mengatakan kalau mungkin Salsa akan hamil dari perbuatannya. Namun, Salsa tetap menolak Reno, menolak jadi pelakor."Kamu bukan pelakor, Sal. Kamu akan jadi istri saya.""Saya tidak mau Om. Misal saya benar-benar jadi istri Om, saya tidak mau mengambil kebahagiaan wanita lain," tutur Salsa dengan sopan."Kenapa ... kenapa dulu Lily tidak punya pemikiran seperti kamu? Tidak ... aku tidak bisa menyalahkan Lily. Aku juga yang bernafsu padanya," gumam Reno sambil memijat kepalanya yang terasa sakit. Salsa bisa melihat kerisauan dan penyesalan seorang Reno terhadap mantan istri pertamanya."Sayang sekali, sudah terlambat untuk kamu menyesal, Om Reno," kata Salsa dalam hatinya. Sudah terlambat bagi Reno untuk menyesal, karena Alina sudah pergi dari genggamannya.Nafsu, telah membuat Reno menjadi pria paling bodoh di dunia. Kehilangan cinta sejati, demi cinta sesaat dan cinta semu. Sekarang ia baru sadar kalau Alina adalah cinta terbaik dan paling memb
Tidak ada yang bisa mencegah Reno untuk pergi dari rumahnya. Sekalipun Lily menangis dan merengek kepadanya. Reno tetap pergi meninggalkan rumahnya, karena ia perlu menenangkan diri."Aku butuh untuk setidaknya untuk semalam ini, agar aku tidak melihat kamu Ly. Jadi jangan cegah aku untuk pergi!" seru Reno seraya menepis tangan istrinya dengan kasar.Lily terlihat sedih dengan sikap suaminya."Baik Mas, aku tidak akan mencegah kamu untuk pergi. Tapi ... kamu harus janji sama aku, Mas.""Apa?""Jangan pergi ke klub malam dan jangan main sama cewek lain, Mas!" pinta Lily.Pria itu menghela napas berat saat mendengarnya. Namun, tak lama kemudian ia mengganggukkan kepalanya."Janji, Mas?" ucap Lily seraya memegang tangan suaminya dengan erat. Ia tidak mau kalau sampai Reno bermain dengan wanita di luar sana, karena sedang bertengkar dengannya."Iya, aku janji.""Kamu tidur duluan, kasihan anak kita kalau begadang," kata Reno mengingatkan istrinya tentang anak mereka. Setidaknya walaupun da
Setelah berbicara dengan Alina, Reno bergegas pergi ke kantor polisi untuk menemui istrinya. Membujuk istrinya agar mau meminta maaf pada Alina dan AbimanaNamun, ketika ia sampai di sana, ia melihat ayah mertuanya sedang bersama dengan Lily dan bersama seorang polisi yang menangani kasus Lily. Reno heran, mengapa ayah mertuanya ada disini? Siapa yang menghubunginya?"Pa?" sapa Reno pada ayah mertuanya itu. Akan tetapi, Hadiwijaya tidak membalas ataupun menanggapinya. Tatapannya selalu meremehkan Reno."Kamu ini gunanya apa sih Reno? Istri kamu di kantor polisi' dan kamu malah kelayapan?" ucap Hadiwijaya marah pada Reno.Reno terlihat kesal, tapi ia berusaha untuk menahan diri dan akhirnya ia menjelaskan arti kelayapan yang dimaksud oleh hadiwijaya."Maaf Pa, tapi saya nggak kelayapan seperti apa yang papa pikirkan. Saya menemui kakak saya dan Alina di rumah sakit untuk memastikan kondisinya. Saya juga meminta maaf atas nama Lily, karena Lily menyerang mereka berdua.""Ini semua terja
Meskipun hubungan mereka sudah berakhir beberapa bulan yang lalu, tapi Reno masih bisa merasakan apa yang namanya cemburu pada mantan istri pertamanya itu. Bahkan cemburu pada Alina dan kakak angkatnya sendiri. Saat tiba di rumah sakit, ia melihat adegan pelukan Alina dan Abimana yang tampak mesra. Tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya. Namun, hal yang menjadi perhatian Reno adalah bagaimana cara keduanya saling bertatapan satu sama lain. Seperti, orang yang saling jatuh cinta. "Jadi ini alasan kamu ngotot bercerai dari aku, Al?" tanya Reno dengan nada yang menyindir pada Alina. Reno juga menatap mantan istri dan kakak angkatnya dengan tajam. Terlihat jelas kedua orang itu tidak senang dengan kehadiran Reno di sana. Apalagi Alina yang sudah lebih dari kata muak. Alina terlihat malas untuk menanggapi perkataan Reno yang menuduhnya.. "Alina bukan seperti kamu, yang selingkuh sama sahabatnya sendiri. Bahkan sampai hamil." Celetuk Abimana yang membalas tuduhan Reno dengan sindi