Tidak ada yang bisa mencegah Reno untuk pergi dari rumahnya. Sekalipun Lily menangis dan merengek kepadanya. Reno tetap pergi meninggalkan rumahnya, karena ia perlu menenangkan diri."Aku butuh untuk setidaknya untuk semalam ini, agar aku tidak melihat kamu Ly. Jadi jangan cegah aku untuk pergi!" seru Reno seraya menepis tangan istrinya dengan kasar.Lily terlihat sedih dengan sikap suaminya."Baik Mas, aku tidak akan mencegah kamu untuk pergi. Tapi ... kamu harus janji sama aku, Mas.""Apa?""Jangan pergi ke klub malam dan jangan main sama cewek lain, Mas!" pinta Lily.Pria itu menghela napas berat saat mendengarnya. Namun, tak lama kemudian ia mengganggukkan kepalanya."Janji, Mas?" ucap Lily seraya memegang tangan suaminya dengan erat. Ia tidak mau kalau sampai Reno bermain dengan wanita di luar sana, karena sedang bertengkar dengannya."Iya, aku janji.""Kamu tidur duluan, kasihan anak kita kalau begadang," kata Reno mengingatkan istrinya tentang anak mereka. Setidaknya walaupun da
Salsa tetap menolak Reno, meskipun Reno mengatakan kalau mungkin Salsa akan hamil dari perbuatannya. Namun, Salsa tetap menolak Reno, menolak jadi pelakor."Kamu bukan pelakor, Sal. Kamu akan jadi istri saya.""Saya tidak mau Om. Misal saya benar-benar jadi istri Om, saya tidak mau mengambil kebahagiaan wanita lain," tutur Salsa dengan sopan."Kenapa ... kenapa dulu Lily tidak punya pemikiran seperti kamu? Tidak ... aku tidak bisa menyalahkan Lily. Aku juga yang bernafsu padanya," gumam Reno sambil memijat kepalanya yang terasa sakit. Salsa bisa melihat kerisauan dan penyesalan seorang Reno terhadap mantan istri pertamanya."Sayang sekali, sudah terlambat untuk kamu menyesal, Om Reno," kata Salsa dalam hatinya. Sudah terlambat bagi Reno untuk menyesal, karena Alina sudah pergi dari genggamannya.Nafsu, telah membuat Reno menjadi pria paling bodoh di dunia. Kehilangan cinta sejati, demi cinta sesaat dan cinta semu. Sekarang ia baru sadar kalau Alina adalah cinta terbaik dan paling memb
Selama sebulan ini, Reno tidak menghubungi atau menemui Salsa, karena tawarannya menikah ditolak oleh gadis itu. Namun, ada satu hal yang membuat Reno memperhatikan Salsa. Ketika pada suatu hari, Reno dan teman-temannya tanpa sengaja mendatangi restoran tempat Salsa bekerja. Ia menanyakan Salsa pada manager restoran."Salsa sedang izin sakit, Pak. Beberapa hari yang lalu dia mual-mual dan muntah muntah. Jadi saya memintanya beristirahat di rumah.""Mual-mual dan muntah muntah?" Kening Reno berkerut mendengar penjelasan dari manager restoran tentang Salsa yang tidak masuk, karena sakit. Akan tetapi, yang menjadi atensinya adalah mual dan muntah."Memangnya ada apa ya, Pak? Apa Salsa karyawan saya membuat masalah pada Bapak?" tanya manager restoran itu dengan khawatir. Takutnya Salsa membuat masalah pada pelanggan yang saat ini menjadi pelanggan setia restoran ini."Tidak, dia tidak membuat masalah. Hanya saja, saya memiliki beberapa urusan dengannya. Boleh, saya minta alamat rumahnya?"
Jantung Alina sekarang, selalu tidak karuan saat ia berada di dekat Abimana. Ia juga merasakan perasaan yang berbeda dari sebelumnya, ketika mendapatkan perhatian dari pemuda tampan itu.Jika dulu, Alina biasa saja dengan perhatiannya. Sekarang tidak lagi. Ia rasakan sebuah getaran di hatinya dan setiap hari perasaan itu semakin menguat. Alina tidak bisa mengabaikan perasaan itu, begitu saja."Alina ... Apa benar kamu jatuh cinta secepat ini? Ini salah, kan?" gumam Alina yang terlihat bingung. Ia juga berusaha untuk mengetik perasaan yang ada di dalam hatinya pada Abimana."Semisal, aku benar-benar jatuh cinta kepada bang Abi. Apakah dia bisa dipercaya? Apakah hal yang sama tidak akan terulang kembali? Apakah sikap bang Abi saat ini tidak akan pernah berubah padaku?"Begitu banyak pertanyaan dan keraguan di dalam hati Alina, meski sekarang sudah mulai terselip perasaan yang lain pada Abimana. Cinta, yang belum bisa ia akui di depan pemuda Yang selalu menanti jawaban darinya itu.Alina
Di perusahaan tempat kerja Abimana.Lelaki itu sedang sibuk untuk mengerjakan tugasnya sebagai manager pemasaran. Ia tengah mempersiapkan bahan presentasi untuk rapat nanti. Hari ini ia akan sibuk untuk rapat dan lain sebagainya.Abimana akan dipromosikan oleh bosnya, akan tetapi Abimana menolak itu. Sebab, ada kemungkinan besar ia akan pindah ke Jogja dan meneruskan bisnis ayahnya. Jika ia menerima tawaran untuk naik pangkat, maka ia akan terikat dengan kontrak dan makin lama bekerja di perusahaan ini. Sedangkan ia, sudah ada rencana untuk keluar dari pekerjaannya di sini."Pak Abimana, apa kamu yakin tidak akan menerima tawaran untuk naik pangkat? Kamu sudah lebih dari berhak untuk naik pangkat dan gaji. Kamu juga berkompeten," ucap bos Abimana yang merupakan bos Reno dulu.Abimana menggelengkan kepalanya dan menolak tawaran itu. Ia tersenyum dan berkata dengan sopan. "Tidak Pak, saya tidak menginginkan posisi itu. Bagi saya posisi ini sudah cukup.""Baiklah ... kalau kamu memang me
Rey terlihat bingung, karena ia tidak membawa mobil untuk membawa Alina ke rumah sakit. "Sialan! Harusnya gue minta mobil aja sama bokap. Buat apa sok keren beli motor, taunya yang dibutuhin itu mobil," gerutu Rey yang saat ini sedang menggendong Alina.Beberapa orang di sana, membantu Rey membawakan barang-barang belanjaan dan tas Alina yang jatuh. Kemudian Rey membawa Alina naik ke dalam taksi dan berniat membawanya ke rumah sakit. Sementara motornya, ia titipkan pada pihak supermarket serta tukang parkir di sana. Ia juga menelpon temannya agar membawa motornya ke rumah."Al ... ayo bangun." Rey berucap dengan lirih, seraya menatap Alina yang masih tak sadarkan diri di atas pangkuannya. "Al ...""Pak, bisa lebih cepet nggak pak? Saya takut dia kenapa-napa!" ujar Rey pada supir taksi itu."Iya dek, ini udah cepet kok.""Saya bukan adek adek, Pak! Ya ampun ..." desis Rey kesal. Selama ini ia selalu dipanggil adek dengan wajah baby facenya itu. Padahal Rey tidak mau dipanggil adek. Dia
Setelah mendengar dari temannya kalau ia melihat Reno bersama dengan seorang wanita di supermarket, bahkan membeli susu ibu hamil. Hal itu membuat Lily terbakar api cemburu dan kelabakan. Ia langsung menemui suaminya yang masih bekerja di kantor dan mempertanyakan semuanya. Meminta penjelasan dari suaminya. Akan tetapi, seperti apa yang Lily duga, Reno berkilah dan tidak mengakui kalau ia bersama dengan seorang wanita di sana."Jangan bohong kamu Mas! Katakan padaku, siapa wanita itu?" tanya Lily dengan napas yang menderu dan menggebu-gebu oleh emosi. Ia tatap nyalang mata suaminya yang terlihat tenang."Aku nggak tahu apa maksud kamu, Sayang. Wanita siapa sih? Aku di sini dari tadi. Mungkin teman kamu salah lihat!" jelas Reno sambil menatap istrinya yang tampak marah."Lagian mana mungkin ... aku pergi saat jam kerja? Papamu bisa marah," ucap Reno dengan tenangnya memberikan alasan pada Lily. Setenang mungkin, ia berusaha agar Lily tidak curiga padanya.Namun, Lily masih menatap suam
"Nggak pernah sekalipun, aku bercanda soal perasaan aku sama kamu, Al. Aku selalu serius, apalagi ini soal kamu."Jawaban yang diberikan Abimana dari lubuk hatinya, sungguh membuat Alina terkejut bukan main. Bukannya ia tidak menyangka dengan jawaban itu, hanya saja hatinya merasa tak karuan."Abang serius sama kamu, Al. Abang ingin kamu jadi istri Abang, itu salah satu bukti keseriusan Abang sama kamu. Tapi Abang tahu, mungkin ini terlalu cepat untuk kamu dan kamu belum siap.""Kalau aku bilang, aku mau mencoba. Bagaimana, Bang?" tanya Alina dengan lirih. Kedua mata Abimana, kontan saja melebar saat mendengarnya."Apa? Maksudnya?""Nggak ada siaran ulang, Bang." Kekeh Alina dengan senyuman tipis tampak dibibirnya yang pucat."Al, please. Jangan buat Abang salah paham dan penasaran. Kamu mau mencoba apa?" tanya Abimana dengan tidak sabar.Terdengar helaan napas berat dari bibir Alina, hingga ia pun menjelaskan. Kalau ia siap untuk mencoba hubungan baru bersama Abimana. Setelah ia piki
Seketika tubuh Alina meremang, kala Abimana memeluknya dan bibir lelaki itu menyentuh tengkuknya dengan lembut, penuh perasaan. Gelayar aneh mulai muncul di dalam dirinya, seakan-akan meledak. Sentuhan Abimana membuat Alina geli, tapi juga merasa bahagia.Kini mereka adalah suami istri dan mereka sudah sah secara hukum negara maupun agama. Bukankah ini saatnya mereka untuk melakukan malam pertama?"Kamu wangi banget, Yang." Suara Abimana terdengar mendesah dan bibirnya masih terus mengecupi leher Alina.Wanita itu terkekeh mendengar perkataan Abimana yang terdengar seperti gombalan. "Mana ada wangi, Mas? Yang ada aku bau keringat, karena seharian di tempat acara resepsi pernikahan kita.""Keringatmu tetap wangi Sayang. Apa lagi saat kita melakukan kegiatan positif di atas ranjang itu yang membuat kita semakin berkeringat, pasti rasanya akan nikmat," ucap Abimana menggoda. Sontak saja Alina terkejut mendengar ucapan suaminya yang ternyata bisa vulgar seperti ini."Mas ..." desah Alina
Suasana di gedung hotel mewah itu menjadi saksi pernikahan Abimana dan Alina. Semuanya sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin. Pernikahan kedua Alina ini, jelas jauh lebih mewah dari pernikahan sebelumnya yang sederhana. Kalah jauh. Abimana lah yang menginginkan pernikahan ini menjadi pernikahan yang mewah. Ia ingin meratukan wanita yang ia cintai dengan gemerlap kemewahan dan kasih sayang. Apa yang ia lakukan ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang pria itu kepadanya. Semua wanita akan iri kepadanya hari ini, karena ia mendapatkan mempelai pria yang sangat mencintainya. Orang-orang juga akan banyak yang mendoakan agar keduanya bahagia. Sakinah, mawadah warahmah. Angga yang terharu dengan pernikahan kakaknya, tak bisa menahan tangis. Air matanya terus saja keluar, tak terkendali. Tira yang melihat itu pun mencoba membuat Angga berhenti menangis. "Masa kamu nangis sih? Ini hari bahagia kakak kamu loh. Ayo senyum ah! Jelek tahu!" tukas Tira gemas melihat
Rupanya, pria yang mengendarai mobil truk itu adalah Toni. Dengan sengaja Toni menabrak mobil yang membawa Reno dan Weni ke rumah sakit jiwa. Setelah menantikan momen di mana Reno keluar dari rumah sakit. Akhirnya waktu itu pun tiba, di mana ia akan membalaskan dendamnya pada Reno."Toni?""Jangan sentuh anak saya!" seru Weni sambil menahan rasa sakit ditubuhnya saat ia melihat sepasang mata Toni yang menatap penuh kebencian pada Reno."Diam! Ini bukan urusan lo. Ini urusan gue sama anak lo yang gila cewek dsn brengsek!" ujar Tono membentak Weni.Dengan kedua tangannya sendiri, ia menarik Reno yang terluka keluar dari mobil. Tanpa peduli tubuh Reno akan terluka oleh luka baru. Terlihat tangan Reno berdarah-darah karena kaca yang menancap di sana. Sedangkan Weni, ia hanya bisa melihat dari dalam mobil, karena ia terjebak badan mobil dan sulit untuk keluar."Reno! Reno!""Lepaskan anak saya! Jangan kamu sakiti anak saya," ujar Weni panik. Ia berusaha melepaskan dirinya dan segera meno
Rey dan ibunya terlihat senang saat mengetahui Tira sedang hamil. Sedangkan wanita itu seperti tenggelam sendiri dan merasa kalau semua ini adalah mimpi. Tira tidak percaya kalau ia bisa hamil secepat ini, padahal baru satu bulan ia dan Rey menikah."Sayang, ayo kita makan bareng sama kak Alina. Sekalian kasih tahu kabar baik ini sama dia. Dia pasti senang kalau tahu kamu sedang hamil," ucap Rey yang mengajak istrinya untuk makan bersama dengan Alina sekalian memberitahu kabar bahagia ini."Ayo. Kebetulan Angga juga ada di sini. Kita bisa kumpul barengan." Tira setuju dengan ajakan suaminya. Ia tersenyum dan tak sabar untuk memberitahu kabar baik ini pada sahabatnya.Tira mengusap perutnya yang masih datar dengan perasaan haru. "Nggak nyangka. Ternyata di dalam sini ada bayi aku sama Rey." Wanita itu seakan tidak percaya bahwa Allah telah memberikannya kepercayaan secepat ini untuk memiliki seorang momongan. Semua adalah kehendaknya dan pastinya Rey Tira sudah dipercaya oleh yang kuas
Diamnya Alina dan sikap abai wanita itu, membuat Abimana tidak tahan lagi. Abimana paham, mengapa wanita itu bersikap seperti ini kepadanya. Itu semua karena kebohongan yang ia lakukan. Tapi, daripada didiamkan seperti ini, di mana lebih suka kalau Alina marah-marah kepadanya. Mengutarakan semua rasa amarahnya. Sangat tidak nyaman baginya diabaikan.Abimana mengatakan kalau ia bersedia melakukan apa saja agar Alina mau memaafkannya dan mau bicara padanya. Alina pun berkata padanya. "Kalau begitu, larilah ke gunung Everest, lalu naiklah ke puncaknya. Maka, aku akan mempertimbangkan untuk memaafkan kamu Mas."Sontak saja Abimana terkekeh mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Alina padanya. Apa wanita itu bercanda menyuruhnya untuk berlari ke gunung Everest dan naik ke puncak gunungnya?"Kenapa malah ketawa? Kamu nggak mau aku maafin, Mas?" tanya Alina dengan wajah serius dan tatapan mata tajam pada Abimana. Tidak terlihat ada candaan di dalam raut wajahnya."Sayang. Kamu serius ny
"Dasar anak kurang ajar!"Ketika William hendak menampar Bella lagi, mamanya Bella dengan cepat menghentikan suaminya itu."Pa! Bisa kan nggak usah pakai kekerasan?" Tegur wanita paruh baya itu pada suaminya. Ia memohon pada Wiliam untuk tidak memukul Bella, menggunakan kekerasan. "Bisa kan bicara baik-baik, Pa?"William berusaha untuk meredakan emosinya yang saat ini menggebu-gebu berkat kelakuan anak semata wayangnya itu. "Kamu sudah berbuat apa pada Abimana dan tunangannya? Kamu menyinggung mereka lagi kan?" tanya William yang mencoba bicara baik-baik."Aku nggak ngelakuin apa-apa kok." Bella menyangkalnya."BOHONG!" sentak William yang seketika membuat Bella kaget. Jantungnya seakan berhenti berdetak, kala ia mendengar bentakan dari papanya."Pa ... udah.""Tolong Mama jangan ikut campur. Papa seperti ini demi mendidik anak kita. Dia sudah sangat keterlaluan, Ma." William meminta istrinya untuk diam saja.Ia pun merasakan kepada Bella bahwa perusahaan yang ia pimpin saat ini sedan
"Bang! Kak Alina kenapa?" Angga panik, begitu ia keluar dari restoran dan melihat calon kakak iparnya sedang menggendong kakaknya yang tidak sadarkan diri.Abimana menoleh ke belakang dan melihat ke arah Angga. "Kakak kamu pingsan. Abang akan bawa dia ke rumah sakit.""Ya udah ayo Bang. Aku ikut ya.""Kakak juga ikut Bi." Riana datang dan tiba-tiba saja ia mengatakan ingin ikut bersama dengan Abimana. Rianti dan Dinda berasa dibelakangnya."Nggak usah. Biar aku sama Angga aja."Abimana langsung membawa Alina ke dalam mobil. Angga juga ikut ke dalam mobilnya dan ia mengemudikan mobil Abimana. Pemuda itu terlihat mengkhawatirkan Alina, walaupun ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Namun, dari sorot mata dan raut wajahnya sudah memperlihatkan semuanya. Bagaimana cara ia menatap kekasihnya dengan khawatir?"Bang, banyak yang ingin aku bicarakan sama Abang," kata Angga seraya melirik Abimana dari kaca depan mobil itu. Ia terlihat seperti menahan diri dari tadi."Abang akan jelasin semuany
Jawaban dari Alina, sontak saja membuat semua orang yang ada di sana menatap Alina dengan bingung. Terutama keluarga Abimana. Mereka yang baru mengetahui kalau Alina mandul dan wanita itu juga membenarkannya. "Alina, apa benar kamu mandul?" Pertanyaan Wirya kepada Alina, membuat suasana di ruangan itu mendadak dingin dan terasa tegang. Terlebih lagi, Alina menundukkan kepalanya dengan tidak percaya diri. Ia merasa takut dengan pandangan orang-orang saat ini terhadap dirinya. Namun, di sisi lainnya, Bella tersenyum melihat Alina terpojokkan setelah apa yang ia ungkapkan. Ia merasa menjadi pahlawan yang mengungkapkan fakta besar. "Iya Om, saya memang mandul." Wirya, Galih dan ketiga kakak Abimana tercengang mendengar jawaban Alina. Mereka tidak percaya kalau Alina akan mengakui itu. Sedangkan Alina, ia berpikir kalau keluarga Abimana mungkin akan membatalkan pernikahannya dan Abimana karena hal ini. "Kalau kalian mau membatalkan pernikahan karena saya mandul. Saya—" "Tidak
Rencana Toni untuk menghabisi Reno, ternyata tidak semudah yang dibayangkan olehnya. Reno tidak pernah keluar rumah sejak Lily dan bayi itu meninggal. Tapi saat ini, Reno dibawa ke rumah sakit karena kecanduan minuman keras dan ada tanda-tanda gangguan jiwa.Fakta tentang Salsa yang berpura-pura hamil dan menggugat cerai dirinya juga semakin membuatnya stress dan berakibat pada tubuhnya.Ini adalah kesempatan Toni untuk menghabisi Reno. Ia tidak bisa biarkan Reno hidup, setelah Reno membuat wanita yang ia cintai dan bayinya tiada. Ternyata bayi yang dikandung Lily sebelumnya adalah bayinya. Hal itu terbukti dari tes DNA yang dilakukan oleh Toni secara diam-diam dengan anak yang sudah tiada itu. Amarah Toni semakin memuncak, saat ia mengetahui semuanya. Dendam semakin membara saja dalam hatinya."Lily, putriku ... kalian tenang saja. Aku membalaskan dendam kalian dan membuat orang yang sudah membuat kalian seperti ini, mati dengan mengenaskan."Saat ini Toni sedang mencari celah untuk