Setelah mendengar dari temannya kalau ia melihat Reno bersama dengan seorang wanita di supermarket, bahkan membeli susu ibu hamil. Hal itu membuat Lily terbakar api cemburu dan kelabakan. Ia langsung menemui suaminya yang masih bekerja di kantor dan mempertanyakan semuanya. Meminta penjelasan dari suaminya. Akan tetapi, seperti apa yang Lily duga, Reno berkilah dan tidak mengakui kalau ia bersama dengan seorang wanita di sana."Jangan bohong kamu Mas! Katakan padaku, siapa wanita itu?" tanya Lily dengan napas yang menderu dan menggebu-gebu oleh emosi. Ia tatap nyalang mata suaminya yang terlihat tenang."Aku nggak tahu apa maksud kamu, Sayang. Wanita siapa sih? Aku di sini dari tadi. Mungkin teman kamu salah lihat!" jelas Reno sambil menatap istrinya yang tampak marah."Lagian mana mungkin ... aku pergi saat jam kerja? Papamu bisa marah," ucap Reno dengan tenangnya memberikan alasan pada Lily. Setenang mungkin, ia berusaha agar Lily tidak curiga padanya.Namun, Lily masih menatap suam
"Nggak pernah sekalipun, aku bercanda soal perasaan aku sama kamu, Al. Aku selalu serius, apalagi ini soal kamu."Jawaban yang diberikan Abimana dari lubuk hatinya, sungguh membuat Alina terkejut bukan main. Bukannya ia tidak menyangka dengan jawaban itu, hanya saja hatinya merasa tak karuan."Abang serius sama kamu, Al. Abang ingin kamu jadi istri Abang, itu salah satu bukti keseriusan Abang sama kamu. Tapi Abang tahu, mungkin ini terlalu cepat untuk kamu dan kamu belum siap.""Kalau aku bilang, aku mau mencoba. Bagaimana, Bang?" tanya Alina dengan lirih. Kedua mata Abimana, kontan saja melebar saat mendengarnya."Apa? Maksudnya?""Nggak ada siaran ulang, Bang." Kekeh Alina dengan senyuman tipis tampak dibibirnya yang pucat."Al, please. Jangan buat Abang salah paham dan penasaran. Kamu mau mencoba apa?" tanya Abimana dengan tidak sabar.Terdengar helaan napas berat dari bibir Alina, hingga ia pun menjelaskan. Kalau ia siap untuk mencoba hubungan baru bersama Abimana. Setelah ia piki
Setelah pernikahan itu terjadi, Salsa dan Reno langsung diberikan buku nikah masing-masing. Reno juga menyiapkan rumah untuk ditinggali oleh Salsa, ATM serta kebutuhan lainnya untuk istri sahnya itu. Status Salsa juga lebih kuat di mata hukum agama dan negara, dibandingkan Lily. Jadi, Salsa adalah istri sah dan Lily tetaplah istri siri. Meskipun Reno menikah dengan Lily lebih dulu dibandingkan dengan Salsa."Saya tidak perlu rumah, Mas. Saya masih bisa tinggal di kosan saya."Reno langsung menatap tajam ke arah ah Salsa. Ia tidak setuju dengan perkataan wanita itu yang menolak rumah pemberiannya. "Mana mungkin saya membiarkan kamu tetap tinggal di sana? Kamu sedang mengandung anak saya, Salsa. Saya tidak mungkin membiarkan wanita yang mengandung anak saya, serba kekurangan.""Tapi Mas, orang-orang akan curiga kalau saya pindah. Apa lagi kalau istri Mas Reno tahu, kalau saya menempati rumah ini!" kata Salsa yang tidak mau tinggal di rumah yang dibelikan Reno untuknya."Lily tidak tahu
"Kenapa saya harus menundukkan kepala saya di depan kamu? Saya tidak membunuh ibu kamu! Jangan sembarangan bicara ya! Saya bisa tuntut kamu," ujar Weni yang balik marah dan mengancam Alina, kalau ia akan menuntutnya."Silahkan saja. Saya juga bisa menuntut ibu, karena ibu sudah menyembunyikan keadaan Lily yang sedang hamil dan berbohong pada saya waktu itu!" kata Alina membalas ancaman Weni tanpa rasa takut. Weni terlihat kesal pada Alina, tapi ia tidak mengatakan apa-apa lagi pada Alina."Saya harap anda selalu sehat, Bu Weni. Agar anda bisa menyaksikan betapa bahagianya pernikahan anak anda dan menantu kesayangan anda itu," ucap Alina sarkas."Sialan kamu!" umpat Weni yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Alina yang sudah melangkah pergi dari sana.Sedangkan Abimana diam saja dan mengikuti Alina dari belakang, tanpa berkomentar apa-apa. Alina benar-benar kesal, moodnya kacau setiap kali bertemu dengan masa lalunya itu. Terutama Weni, mantan ibu mertuanya.Bahkan ketika Alina dan
Malam itu Reno tidur di rumah Salsa, dia ketiduran di sana setelah pulang bekerja. Tadinya dia ke sana hanya untuk mengecek keadaan Salsa dan membelikan wanita itu makanan. Tapi malah berujung ketiduran di sana."Aku udah bangunin Mas dari semalam. Tapi Mas masih tidur, malah sampai ngorok!" seru Salsa yang marah-marah pada Reno. Ia sudah membangunkan Reno berulang kali, tapi Reno terus saja tidur. Untung saja mereka tidak tidur bersama."Maaf, aku juga nggak tahu kalau bakal ketiduran di sini. Tapi kenapa kamu semarah ini sih? Aku kan suami kamu, jadi nggak apa-apa kalau aku tidur di rumah ini sama kamu." Reno terheran-heran, mengapa Salsa marah-marah padanya karena ia tidur di sini? Ia kan suaminya dan memiliki hak untuk bersama Salsa."Bagaimana bisa aku nyaman tinggal bersama dengan cowok yang sudah memperkosaku?" ucap Salsa tanpa filter. Lagi-lagi kata-kata pedas Salsa membuat hati Reno tak nyaman. Bahkan sekarang ia harus membiasakan diri dengan kata-kata Salsa."Oke, aku yang s
"Jadi ini yang membuat Alina gelisah dari tadi," kata Abimana dalam hati. Ketika ia sudah paham apa yang dikhawatirkan Alina."Keluargaku baik, aku udah cerita tentang kamu sama mereka."Mata Alina menatap Abimana dengan melebar, ia terkejut dengan pernyataan pemuda itu."Jangan khawatir. Mereka udah tau gimana keadaan kamu, status kamu. Dan mereka akan menerima pilihan aku. Selama pilihan aku itu seorang wanita," ucap Abimana sambil tersenyum."Mas, jangan bercanda.""Hey, siapa yang bercanda? Aku serius!" sanggah Abimana. Ia tidak bercanda sama sekali. Abimana memang sudah menceritakan tentang Alina kepada keluarganya, ayahnya dan kakak-kakaknya merespon dengan baik keinginan Abimana untuk menikahi seorang wanita. Selama wanita itu adalah wanita baik dan dicintai olehnya. Mereka tidak akan melarang, apa yang menjadi keinginan Abimana."Keluargaku bukan keluarga yang patriarki. Kamu akan melihat betapa baiknya mereka, Al. Mereka pasti akan menerima kamu," ucap Abimana yang berusaha m
Abimana tampak tak nyaman dengan sentuhan, tatapan dan kata-kata wanita itu kepadanya. Ia langsung menepis tangan wanita itu dan menatapnya sengit. Ia selalu bersikap dingin, pada seseorang yang tidak dikenalnya."Siapa kamu? Kenapa kamu pegang-pegang tangan saya?" tanya Abimana jutek. Ia merasa tidak kenal pada wanita ini, tapi wanita ini bersikap dan menatapnya seolah mereka sudah saling kenal sebelumnya."Abi ... kamu lupa sama aku?" tanya wanita itu yang terlihat kecewa, karena sikap Abimana yang seperti orang asing padanya."Saya tidak kenal kamu. Jadi bagaimana saya bisa lupa?" kata Abimana lagi dengan dingin. Kemudian ia melangkah pergi menuju ke dalam lift, tanpa berpamitan dulu pada wanita itu.Namun, wanita itu tidak membiarkan Abimana pergi begitu saja. Ia menghadang jalannya, sebelum Abimana masuk ke dalam lift."Tunggu Abi! Apa karena kita udah putus, terus kamu jadi bersikap kayak gini sama aku?" ucap wanita itu dengan nada kecewa.Abimana tercekat, saat ia teringat sesu
Reno berusaha untuk fokus pada pekerjaannya, walaupun saat ini ada Lily bersamanya. Ia berusaha untuk tetap tenang, supaya tidak menimbulkan kecurigaan Lily setelah pertengkaran mereka tadi pagi. Tidak ada obrolan yang hangat diantara mereka, yang ada saling curiga dan saling mengawasi."Sepertinya aku tidak bisa ketemu Salsa hari ini."Pria itu menghela napas gusar, ia melihat istrinya yang sedang duduk di sofa sambil memakan camilan. Tapi pikirannya mengarah pada Salsa.***Siang itu, Abimana pergi dari kantornya untuk makan siang bersama dengan Alina dan melihat kerja kelompok kekasihnya itu. Tepat saat Abimana pergi, pimpinan perusahaan dan Bella mencarinya. Akhirnya mereka pun tidak bertemu.Di sebuah rumah makan lesehan, Alina dan empat anggota kelompoknya akan makan siang sambil kerja kelompok di sana. Kebetulan, salah satu teman kelompok Alina adalah pemilik rumah makan lesehan itu. Suasana rumah makan itu terlihat asri, dengan udara yang sejuk dan pemandangan indah."Wow ...
Alina dibawa ke rumah sakit setelah dirasa air ketubannya sudah pecah, dibantu oleh orang-orang yang ada di butik. Mereka naik ambulance agar lebih cepat sampai dan bisa menghindari kemacetan. Alina ditemani oleh Tira, sementara bayinya dititipkan pada ibu mertuanya lebih dulu. Disaat-saat seperti ini, Tira harus ada bersama dengan Alina. Bahkan saat Tira melahirkan putranya yang bernama Aksa, Alina ada di sana bersamanya."Bu, apa sudah dihubungi suaminya?" tanya seorang perawat pada Tira."Iya, ini mau saya telpon, Sus." Tira mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Dia bergegas menghubungi Abimana untuk memberitahukan kondisi istrinya.3 kali ditelpon, tapi Abimana tidak kunjung mengangkat telponnya. "Aduh, si pak Abi gimana sih? Biasanya juga gercep angkat telpon. Kok ini mendadak lemot."Hingga akhirnya dia menelpon suaminya, karena dia baru ingat kalau suaminya mungkin saat ini sedang bersama dengan Abimana untuk membahas masalah pekerjaan."Halo Mas Rey!""Ada apa yang?" tan
Apa yang sudah diputuskan Abimana harus terlaksana, apalagi jika itu mengenai istrinya. Siang itu, Abimana sudah berada di depan butik untuk menjemput istrinya. Meski istrinya sudah mengatakan padanya, kalau dia tidak mau pergi ke dokter."Mas, aku kan udah bilang sama Mas. Aku nggak mau periksa ke dokter. Ini cuma asam lambung doang," ucap Alina kesal.Abimana menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya terlihat datar dan tatapan matanya menunjukkan kalau dia tidak menerima penolakan."Pokoknya kalau aku bilang pergi ke dokter, harus ke dokter.""Aku kan nggak kenapa-napa Mas.""Pokonya ke rumah sakit!" ujar Abimana tegas.Bibir Alina mencebik saat mendengar keras kepala suaminya. Abimana memang sulit diubah pikiran dan tekadnya. Jangan lupa, bahwa pria itu adalah pejuang yang keras kepala. Dia keras kepala dan bersikeras mendapatkan Alina. Dari awal sampai akhir, dia terus berusaha sampai dia bisa mendapatkannya. Inilah dia dan keras kepalanya yang tak bisa diganggu gugat.Dengan terpa
"Mas berangkat duluan ya Sayang." Pria itu memberikan kecupan mesra di kening istrinya seraya berpamitan."Kita barengan aja Mas. Aku juga kan mau ke butik," kata Alina sambil menyimpan gelas air minum yang sudah kosong ke atas meja. Dia juga sudah bersiap-siap untuk pergi ke butik.Abimana malah kembali membuatnya duduk di atas kursi. Padahal Alina sudah berdiri dan siap-siap pergi ke butik. "Kamu berangkatnya agak siangan aja Sayang. Semalam kan kita habis anu, kamu pasti masih capek."Lagi-lagi Abimana mengingatkan mereka akan malam panas mereka semalam. Meski sudah berkali-kali melakukannya dan membahas ini, Alina tetap merasa malu. "Mas...""Kenapa sih? Orang cuma ada kita berdua aja di sini. Kamu masih malu?" goda Abimana seraya memegang dagu sang istri.Matanya menatap istrinya dengan penuh cinta seperti biasa. Dia tidak pernah bosan melihat istrinya setiap hari dan hampir setiap detik, cintanya bertambah terus menerus seakan tak akan pernah habis dan selalu diisi ulang.Inikah
Rey melihat istrinya sedang jongkok sambil memegangi perutnya. Tak hanya itu, kedua mata istrinya berurai oleh cairan bening yang hangat. Suara tangisannya terdengar menyakitkan, sampai ke ulu hati Rey."Sayang? Kamu kenapa di sini?" tanya Rey yang tak kunjung membuat sang istri berhenti menangis dan mau melihat ke arahnya. Tira malah semakin menyembunyikan dirinya dari Rey."Maafin aku ya, Sayang." Pria yang akan segera jadi ayah itu, ikut berjongkok bersama istrinya dan disamping istrinya. Dengan tulus dia meminta maaf, tapi Tira sepertinya tidak mempercayai permintaan maafnya dan malah berkata lain-lain."Ngapain kamu ke sini? Pasti kamu mau marahin aku lagi kan? Sana pergi! Jangan ganggu aku sama bayiku," ujar Tira mengusir suaminya pergi dari sana dengan wajah bad mood."Eh? Kok gitu sih? Bayi kita ya, bukan bayi kamu aja. Orang aku kok yang nanam benihnya," celetuk Rey yang sontak saja mendapatkan pelototan maut dari istrinya. "Kenapa? Aku bicara benar kan? Benihnya dari aku loh
Ketika ibu dan ayah mertuanya menanyakan keadaannya, Tira hanya bisa menangis sambil mengatakan maaf. Mereka jadi kebingungan melihat Tira seperti ini. Hingga akhirnya Rey yang masih setengah sadar, tiba di dapur dan melihat asap mengepul di sana."Ada apa sih? Siapa orang yang masak malam-malam dan bikin dapur kebakar kayak gini?" tanya Rey pada semua orang yang sudah ada di sana.Papa Rey terlihat kesal dengan perkataan putranya. Dia terlihat santai, padahal istrinya bisa saja terluka saat berada di dapur. "Rey! Kamu ini gimana sih? Kenapa kamu biarkan istri kamu ke dapur sendiri hah?""Hah? Istriku ke dapur sendirian?" kata Rey dengan polosnya."Iya, sepertinya dia lagi masak nasi goreng tapi gosong nasinya. Kenapa sih kamu nggak perhatian sama istri kamu?" ucap mamanya kali ini dengan galak."Ma, tolong jangan marah-marah sama Mas Rey. Aku sendiri yang mau ke dapur, ini bukan salah dia." Tira membela suaminya, karena memang dia sendiri yang ingin pergi ke dapur dan membuat makanan
Ketika Alina dan Abimana sedang menikmati masa bulan madu mereka yang indah. Rey dan Tira sedang menikmati masa sebelum mereka menjadi orang tua. Kandungan Tira sudah menginjak bulan ketiga ,dia sudah tidak mengalami mual-mual lagi seperti sebelumnya. Tapi sekarang sikapnya sangat membuat Rey kebingungan. Setiap hari Rey dibuat sibuk dan Tira tidak bisa melihat suaminya diam."Rey, bangun. Rey." Tira menggoyang-goyangkan tubuh suaminya dengan kedua tangannya.Dia mencoba membangunkan suaminya itu. Namun, Rey masih tertidur lelap dan belum ada tanda-tanda mau bangun. Tira semakin jengkel dan akhirnya dia pun mengambil peluit yang ada di dalam lemari nakas. Kemudian dia meniup peluit itu tak jauh dari telinga Rey.Prit... Prit...Suara peluit itu terdengar kencang dan kontan saja membuat kedua mata Rey terbuka lebar. Pemuda itu benar-benar terbangun. "Astaghfirullah! Sayang!" pekik Rey kaget, seraya mengorek-ngorek telinganya yang terasa sakit setelah apa yang dilakukan istrinya barusan
Seakan tidak pernah puas dengan istrinya, Abimana kembali lanjutkan aktivitas suami istri itu pada pagi hari. Hingga mereka berdua baru bisa bersantai pada sore hari. Ketika perut keduanya sama-sama lapar dan ketika Alina ingin pergi jalan-jalan keluar. Dia bosan di dalam kamar, bisa-bisa suaminya terus melakukan ini seharian."Kamu mau jalan-jalan? Memang nggak capek heum?" ucap Abimana seraya mengelus dagu istrinya dengan lembut. Abimana tersenyum pada istrinya itu yang merengek ingin jalan-jalan."Gak. Aku lebih capek kalau terus-terusan berada di kamar ini. Kamu pasti bakal mesum terus sama aku, Mas." Alina mengucapkannya dengan blak-blakan. Kedua tangannya menyilang di dada dan matanya menunjukkan kekesalan."Baiklah. Kita akan keluar. Tapi gantilah dulu bajumu Sayang. Jangan sampai kamu memakai pakaian terbuka saat kita keluar nanti," ucap Abimana yang akhirnya menuruti rengekan istrinya.Seulas senyum manis nan indah, terlihat di bibir Alina dan membuat Abimana turut bahagia."T
Seketika tubuh Alina meremang, kala Abimana memeluknya dan bibir lelaki itu menyentuh tengkuknya dengan lembut, penuh perasaan. Gelayar aneh mulai muncul di dalam dirinya, seakan-akan meledak. Sentuhan Abimana membuat Alina geli, tapi juga merasa bahagia.Kini mereka adalah suami istri dan mereka sudah sah secara hukum negara maupun agama. Bukankah ini saatnya mereka untuk melakukan malam pertama?"Kamu wangi banget, Yang." Suara Abimana terdengar mendesah dan bibirnya masih terus mengecupi leher Alina.Wanita itu terkekeh mendengar perkataan Abimana yang terdengar seperti gombalan. "Mana ada wangi, Mas? Yang ada aku bau keringat, karena seharian di tempat acara resepsi pernikahan kita.""Keringatmu tetap wangi Sayang. Apa lagi saat kita melakukan kegiatan positif di atas ranjang itu yang membuat kita semakin berkeringat, pasti rasanya akan nikmat," ucap Abimana menggoda. Sontak saja Alina terkejut mendengar ucapan suaminya yang ternyata bisa vulgar seperti ini."Mas ..." desah Alina
Suasana di gedung hotel mewah itu menjadi saksi pernikahan Abimana dan Alina. Semuanya sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin. Pernikahan kedua Alina ini, jelas jauh lebih mewah dari pernikahan sebelumnya yang sederhana. Kalah jauh. Abimana lah yang menginginkan pernikahan ini menjadi pernikahan yang mewah. Ia ingin meratukan wanita yang ia cintai dengan gemerlap kemewahan dan kasih sayang. Apa yang ia lakukan ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang pria itu kepadanya. Semua wanita akan iri kepadanya hari ini, karena ia mendapatkan mempelai pria yang sangat mencintainya. Orang-orang juga akan banyak yang mendoakan agar keduanya bahagia. Sakinah, mawadah warahmah. Angga yang terharu dengan pernikahan kakaknya, tak bisa menahan tangis. Air matanya terus saja keluar, tak terkendali. Tira yang melihat itu pun mencoba membuat Angga berhenti menangis. "Masa kamu nangis sih? Ini hari bahagia kakak kamu loh. Ayo senyum ah! Jelek tahu!" tukas Tira gemas melihat