Lily memulai kembali aktingnya, ia menangis di depan semua orang agar ia tidak perlu meminta maaf pada Alina. "Mas, aku nggak salah. Aku nggak bisa minta maaf sama Alina," ucap Lily memelas."Disini jelas-jelas kamu bersalah, Li." Reno berbicara dengan lembut pada istri keduanya. Tidak sampai membentak, seperti caranya menegur Alina. Sungguh, sikapnya sangat berbeda.Alina mengepalkan tangan, menahan rasa emosi di dalam dirinya, karena melihat sikap Reno pada Lily yang selalu lembut, meskipun Lily berbuat kesalahan. Sangat berbeda sekali, dengan cara Reno bersikap kepadanya. Bahkan tak jarang, Reno membentak Alina atas kesalahan kecil yang ia lakukan."Minta maaf sama kakak madumu, ya Li? Mas mau lihat kedua istri Mas, pada akur."Alis Alina terangkat ke atas, mulutnya refleks menganga dan ia langsung menutup mulut dengan satu tangan sambil menahan rasa mual yang datang, ketika Reno mengatakan hal yang menurutnya sangat menjijikan."Huwek! Akur katanya? Sama maduku? Amit-amit." Kata A
Berat bagi Abimana untuk meninggalkan rumah ini, padahal yang sebenarnya, ia sangat berat meninggalkan Alina bersama Reno, Lily dan Weni di sana. Ia takut kalau Alina akan disakiti oleh mereka bertiga. Meskipun ia tahu dari Johan, kalau Alina menunda proses perceraiannya."Abang pergi ya, Al. Kalau ada apa-apa, kamu bisa telpon Abang. Kamu menganggap sebagai Abang kamu sendiri?" ucap Abimana dengan senyum yang dipaksakan. Lidahnya sulit mengucapkan ini, tapi ia ingin membuat Alina tidak menyadari perasaannya yang terpendam.Wanita berambut panjang itu tersenyum manis, lalu ia berkata pada Abimana. "Iya Bang! Alina kan nggak punya Abang, jadi tentu saja, Bang Abi itu Abang aku."Melihat senyuman Alina, Abimana menyimpan senyuman manis itu di dalam ingatannya. Semoga saja, perasaannya akan menghilang setelah ia pergi jauh dari sini."Reno!" ujar Abimana memanggilku adiknya yang baru saja keluar dari rumah bersama dengan Lily dan Weni."Iya Bang? Mau berangkat sekarang?" kata Reno pada k
Sulit bagi Reno untuk membagi keadilan pada kedua istrinya dan ibunya. Dia ingin mempertahankan Alina dan dia harus bersikap tegas pada ibunya yang selalu memulai pertengkaran lebih dulu.Perdebatan pagi itu pun dimenangkan oleh Alina dengan permintaan maaf dari Weni dan Lily. Setelahnya, Alina dan Reno berangkat bekerja bersama. Reno akan mengantar Alina ke toko pakaian dan setelahnya, Reno akan pergi ke kantornya."Sayang.""Iya Mas? Ada apa?""Rok kamu apa nggak kependekan?" tanya Reno seraya melihat ke arah Alina yang memakai rok di atas lutut sedikit."Ini kan pakaian kerja aku, Mas. Aku biasa pakai ini dan dalamnya pakai stoking juga," jelas Alina pada suaminya itu. Baginya, penampilannya ini tidak ada yang salah.Reno tidak terima dengan penjelasan dari Alina, bahkan ia menunjukkan secara terang-terangan perasaan tidak nyamannya, saat melihat istrinya berpakaian dan berdandan seperti itu."Yang lain juga berpakaian seperti ini, Mas.""Untuk hari ini, kamu boleh pakai pakaian da
Tanpa sepengetahuan Reno, Lily selalu diam-diam bertemu dengan seorang pria. Pria itu terlihat sangat mencintainya dan rela melakukan apapun untuknya, meskipun cintanya tidak mendapatkan balasan apa-apa. Selain tubuh Lily, tapi tidak dengan hatinya. Sebab, hati Lily hanya untuk Reno."Kamu mau aku bunuh dia?" tanya pria itu kepada Lily. Wanita itu langsung menjawabnya dengan anggukan kepala."Iya, aku mau kamu bunuh dia. Aku benci sama dia, Ton!"Niat Lily sudah kuat dan tekadnya sudah bulat, ia ingin menghabisi Alina. Wanita yang selama ini menghalangi jalannya untuk bersama dengan Reno."Bukannya aku tidak bisa membunuhnya. Hanya saja, aku merasa kita tidak perlu sampai membunuh Alina," kata pria itu pada Lily."Kenapa? Dia udah nyakitin hati aku, dia nindas aku. Kenapa kita nggak bisa bunuh dia? Jangan bilang ... kamu takut ya?" tanya Lily sambil menatap pria itu dengan tajam."Kenapa harus takut sama cewek lemah kayak dia? Aku tuh cuma nggak mau, kamu ngambil keputusan gegabah. Ka
Syukuran empat bulanan? Reno merasa kalau ide Alina sangat bagus, ia juga memuji pemikiran Alina yang peduli pada Lily dan calon anak mereka."Syukuran empat bulanan,Al?"Alina menganggukkan kepalanya. "Iya Mas. Sekarang kan kandungan Lily udah 4 bulan. Baiknya, kita ngadain syukuran di rumah buat dia.""Sayang ... niat kamu baik, ide kamu juga sangat bagus. Tapi gimana tanggapan orang-orang nanti tentang ini? Mereka akan beranggapan kalau Lily udah hamil empat bulan? Dan nggak banyak orang yang tahu, kalau Lily adalah istri kedua aku, Al."Wanita itu langsung berdecak, menahan kesalnya dalam hati. Niatnya untuk menjebak Reno, Lily dan Weni dalam acara empat bulanan, terpaksa harus gagal, sebab Reno tidak sebodoh itu. Ya, dia tidak cukup bodoh, bahkan mungkin dia sangat pintar, karena bisa berselingkuh dari Alina sebelum pria itu menikah dengan selingkuhannya."Iya juga ya. Tapi kasihan Lily loh, Mas. Kasihan bayinya juga, kalau nggak diadakan acara empat bulanan. Apa lagi Lily sedang
"Tadi pagi kamu udah ribut sama Lily. Aku mau kalian maaf-maafan," ucap Reno lembut pada Alina.Alina menghela napas panjang, ia sepertinya enggan meminta maaf. Tapi dia terpaksa melakukan itu, agar Reno tidak bicara macam-macam padanya lagi atau kepalanya akan kembali pusing."Li, aku minta maaf ya." Wanita itu meminta maaf, lalu ia menarik Lily ke dalam pelukannya. Seolah menunjukkan di depan Reno, kalau dia benar-benar tulus meminta maaf pada wanita itu."Jangan marah lagi ya, Li. Kalau lagi marah, jangan kemana-mana. Di rumah aja ... kasihan mama sama mas Reno. Kasihan bayi kamu juga. Kamu harus banyak istirahat," tutur Alina seraya mengelus punggung Lily.Lily tampak kesal mendengar ucapan Alina dan dia sudah menduga kalau Alina hanya pura-pura baik padanya."Nggak usah banyak bacot kamu, Na!" desis Lily pelan, di telinga Alina."Udah, kamu diem aja Li. Kamu mau mas Reno marah sama kita, gara-gara kita berantem?" tanya Alina yang memang ada benarnya juga."Ini semua gara-gara kam
Pesan dari Abimana yang mengabarkannya, jika pria itu sudah sampai di Banjarmasin. Alina tersenyum melihat pesan dari kakak iparnya yang selalu perhatian padanya itu. Mungkin, perhatiannya, melebihi perhatian suaminya sendiri.[Waalaikumsalam, Bang. Alhamdulillah kalau Abang udah sampe. Alina seneng dengernya, Bang. Abang istirahat ya ...]Satu pesan balasan, Alina kirimkan pada Abimana. Pria itu langsung senyum-senyum sendiri, dengan perasaan yang berdebar, setiap kali ia berinteraksi dengan Alina. Rasa rindu dalam hatinya, semakin mencuat, meskipun belum genap satu hari, ia meninggalian ibu kota dan tidak bertemu dengan adik iparnya itu.Dengan semangat, Abimana membalas pesannya lagi.[Kamu juga tidur ya. Jaga kesehatan, Al. Jangan banyak pikiran. Kalau ada apa-apa, hubungi Abang :)]Alina membalasnya lagi dengan emoji senyum, yang mana emoji itu bisa membuat jantung Abimana tidak aman. Lelaki itu memegang dadanya, tingkahnya seperti abg yang baru saja jatuh cinta."Alina ... belum
Abimana masih tidak menyangka, kalau semalam ia akan bermimpi seperti itu dengan Alina di dalamnya. Mereka menjadi suami-istri dan bercinta penuh gairah. Ini sangat gila dan ia tidak pernah membayangkan sebelumnya. Sebab, mencintai wanita yang merupakan adik iparnya sendiri juga, merupakan sebuah kemustahilan yang besar. Wanita yang tidak mungkin bisa ia miliki."Pak Abimana?"Seorang pria yang saat ini duduk berhadapan dengan Abimana, memanggilnya. Tapi Abimana masih tenggelam dalam pikirannya sendiri."Pak Abimana?" Pria itu memanggilnya sekali lagi dan barulah Abimana menyahut."A-ah iya Pak Galih?" sahut Abimana yang baru fokus sekarang. Dia melihat ke arah rekan bisnisnya di sana."Bapak kenapa? Apa Bapak tidak enak badan? Dari tadi saya perhatikan Bapak melamun terus dan wajah Bapak juga pucat," tutur pria bernama Galih itu dengan khawatir."Tidak, saya tidak apa-apa, Pak. Maaf barusan saya tidak fokus," kata Abimana dengan sopan, mau minta maaf kepada rekan bisnisnya itu."Haha
Suasana di gedung hotel mewah itu menjadi saksi pernikahan Abimana dan Alina. Semuanya sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya dan sesempurna mungkin. Pernikahan kedua Alina ini, jelas jauh lebih mewah dari pernikahan sebelumnya yang sederhana. Kalah jauh.Abimana lah yang menginginkan pernikahan ini menjadi pernikahan yang mewah. Ia ingin meratukan wanita yang ia cintai dengan gemerlap kemewahan dan kasih sayang. Apa yang ia lakukan ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang pria itu kepadanya. Semua wanita akan iri kepadanya hari ini, karena ia mendapatkan mempelai pria yang sangat mencintainya. Orang-orang juga akan banyak yang mendoakan agar keduanya bahagia. Sakinah, mawadah warahmah.Angga yang terharu dengan pernikahan kakaknya, tak bisa menahan tangis. Air matanya terus saja keluar, tak terkendali. Tira yang melihat itu pun mencoba membuat Angga berhenti menangis."Masa kamu nangis sih? Ini hari bahagia kakak kamu loh. Ayo senyum ah! Jelek tahu!" tukas Tira gemas melihat Angga
Rupanya, pria yang mengendarai mobil truk itu adalah Toni. Dengan sengaja Toni menabrak mobil yang membawa Reno dan Weni ke rumah sakit jiwa. Setelah menantikan momen di mana Reno keluar dari rumah sakit. Akhirnya waktu itu pun tiba, di mana ia akan membalaskan dendamnya pada Reno."Toni?""Jangan sentuh anak saya!" seru Weni sambil menahan rasa sakit ditubuhnya saat ia melihat sepasang mata Toni yang menatap penuh kebencian pada Reno."Diam! Ini bukan urusan lo. Ini urusan gue sama anak lo yang gila cewek dsn brengsek!" ujar Tono membentak Weni.Dengan kedua tangannya sendiri, ia menarik Reno yang terluka keluar dari mobil. Tanpa peduli tubuh Reno akan terluka oleh luka baru. Terlihat tangan Reno berdarah-darah karena kaca yang menancap di sana. Sedangkan Weni, ia hanya bisa melihat dari dalam mobil, karena ia terjebak badan mobil dan sulit untuk keluar."Reno! Reno!""Lepaskan anak saya! Jangan kamu sakiti anak saya," ujar Weni panik. Ia berusaha melepaskan dirinya dan segera meno
Rey dan ibunya terlihat senang saat mengetahui Tira sedang hamil. Sedangkan wanita itu seperti tenggelam sendiri dan merasa kalau semua ini adalah mimpi. Tira tidak percaya kalau ia bisa hamil secepat ini, padahal baru satu bulan ia dan Rey menikah."Sayang, ayo kita makan bareng sama kak Alina. Sekalian kasih tahu kabar baik ini sama dia. Dia pasti senang kalau tahu kamu sedang hamil," ucap Rey yang mengajak istrinya untuk makan bersama dengan Alina sekalian memberitahu kabar bahagia ini."Ayo. Kebetulan Angga juga ada di sini. Kita bisa kumpul barengan." Tira setuju dengan ajakan suaminya. Ia tersenyum dan tak sabar untuk memberitahu kabar baik ini pada sahabatnya.Tira mengusap perutnya yang masih datar dengan perasaan haru. "Nggak nyangka. Ternyata di dalam sini ada bayi aku sama Rey." Wanita itu seakan tidak percaya bahwa Allah telah memberikannya kepercayaan secepat ini untuk memiliki seorang momongan. Semua adalah kehendaknya dan pastinya Rey Tira sudah dipercaya oleh yang kuas
Diamnya Alina dan sikap abai wanita itu, membuat Abimana tidak tahan lagi. Abimana paham, mengapa wanita itu bersikap seperti ini kepadanya. Itu semua karena kebohongan yang ia lakukan. Tapi, daripada didiamkan seperti ini, di mana lebih suka kalau Alina marah-marah kepadanya. Mengutarakan semua rasa amarahnya. Sangat tidak nyaman baginya diabaikan.Abimana mengatakan kalau ia bersedia melakukan apa saja agar Alina mau memaafkannya dan mau bicara padanya. Alina pun berkata padanya. "Kalau begitu, larilah ke gunung Everest, lalu naiklah ke puncaknya. Maka, aku akan mempertimbangkan untuk memaafkan kamu Mas."Sontak saja Abimana terkekeh mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Alina padanya. Apa wanita itu bercanda menyuruhnya untuk berlari ke gunung Everest dan naik ke puncak gunungnya?"Kenapa malah ketawa? Kamu nggak mau aku maafin, Mas?" tanya Alina dengan wajah serius dan tatapan mata tajam pada Abimana. Tidak terlihat ada candaan di dalam raut wajahnya."Sayang. Kamu serius ny
"Dasar anak kurang ajar!"Ketika William hendak menampar Bella lagi, mamanya Bella dengan cepat menghentikan suaminya itu."Pa! Bisa kan nggak usah pakai kekerasan?" Tegur wanita paruh baya itu pada suaminya. Ia memohon pada Wiliam untuk tidak memukul Bella, menggunakan kekerasan. "Bisa kan bicara baik-baik, Pa?"William berusaha untuk meredakan emosinya yang saat ini menggebu-gebu berkat kelakuan anak semata wayangnya itu. "Kamu sudah berbuat apa pada Abimana dan tunangannya? Kamu menyinggung mereka lagi kan?" tanya William yang mencoba bicara baik-baik."Aku nggak ngelakuin apa-apa kok." Bella menyangkalnya."BOHONG!" sentak William yang seketika membuat Bella kaget. Jantungnya seakan berhenti berdetak, kala ia mendengar bentakan dari papanya."Pa ... udah.""Tolong Mama jangan ikut campur. Papa seperti ini demi mendidik anak kita. Dia sudah sangat keterlaluan, Ma." William meminta istrinya untuk diam saja.Ia pun merasakan kepada Bella bahwa perusahaan yang ia pimpin saat ini sedan
"Bang! Kak Alina kenapa?" Angga panik, begitu ia keluar dari restoran dan melihat calon kakak iparnya sedang menggendong kakaknya yang tidak sadarkan diri.Abimana menoleh ke belakang dan melihat ke arah Angga. "Kakak kamu pingsan. Abang akan bawa dia ke rumah sakit.""Ya udah ayo Bang. Aku ikut ya.""Kakak juga ikut Bi." Riana datang dan tiba-tiba saja ia mengatakan ingin ikut bersama dengan Abimana. Rianti dan Dinda berasa dibelakangnya."Nggak usah. Biar aku sama Angga aja."Abimana langsung membawa Alina ke dalam mobil. Angga juga ikut ke dalam mobilnya dan ia mengemudikan mobil Abimana. Pemuda itu terlihat mengkhawatirkan Alina, walaupun ia tidak mengatakan sepatah kata pun. Namun, dari sorot mata dan raut wajahnya sudah memperlihatkan semuanya. Bagaimana cara ia menatap kekasihnya dengan khawatir?"Bang, banyak yang ingin aku bicarakan sama Abang," kata Angga seraya melirik Abimana dari kaca depan mobil itu. Ia terlihat seperti menahan diri dari tadi."Abang akan jelasin semuany
Jawaban dari Alina, sontak saja membuat semua orang yang ada di sana menatap Alina dengan bingung. Terutama keluarga Abimana. Mereka yang baru mengetahui kalau Alina mandul dan wanita itu juga membenarkannya. "Alina, apa benar kamu mandul?" Pertanyaan Wirya kepada Alina, membuat suasana di ruangan itu mendadak dingin dan terasa tegang. Terlebih lagi, Alina menundukkan kepalanya dengan tidak percaya diri. Ia merasa takut dengan pandangan orang-orang saat ini terhadap dirinya. Namun, di sisi lainnya, Bella tersenyum melihat Alina terpojokkan setelah apa yang ia ungkapkan. Ia merasa menjadi pahlawan yang mengungkapkan fakta besar. "Iya Om, saya memang mandul." Wirya, Galih dan ketiga kakak Abimana tercengang mendengar jawaban Alina. Mereka tidak percaya kalau Alina akan mengakui itu. Sedangkan Alina, ia berpikir kalau keluarga Abimana mungkin akan membatalkan pernikahannya dan Abimana karena hal ini. "Kalau kalian mau membatalkan pernikahan karena saya mandul. Saya—" "Tidak
Rencana Toni untuk menghabisi Reno, ternyata tidak semudah yang dibayangkan olehnya. Reno tidak pernah keluar rumah sejak Lily dan bayi itu meninggal. Tapi saat ini, Reno dibawa ke rumah sakit karena kecanduan minuman keras dan ada tanda-tanda gangguan jiwa.Fakta tentang Salsa yang berpura-pura hamil dan menggugat cerai dirinya juga semakin membuatnya stress dan berakibat pada tubuhnya.Ini adalah kesempatan Toni untuk menghabisi Reno. Ia tidak bisa biarkan Reno hidup, setelah Reno membuat wanita yang ia cintai dan bayinya tiada. Ternyata bayi yang dikandung Lily sebelumnya adalah bayinya. Hal itu terbukti dari tes DNA yang dilakukan oleh Toni secara diam-diam dengan anak yang sudah tiada itu. Amarah Toni semakin memuncak, saat ia mengetahui semuanya. Dendam semakin membara saja dalam hatinya."Lily, putriku ... kalian tenang saja. Aku membalaskan dendam kalian dan membuat orang yang sudah membuat kalian seperti ini, mati dengan mengenaskan."Saat ini Toni sedang mencari celah untuk
Semuanya seperti mimpi bagi semua orang yang berada di dalam ruangan ini. Terutama Sinta, ibu kandung dari Lily itu langsung tak sadarkan diri, karena ia tak kuasa menahan perasaannya. Kehilangan anak perempuan satu-satunya, membuatnya sangat berduka dan mungkin lukanya akan tetap menetap di hatinya seumur hidup.Sedangkan Reno, pria itu seakan kehilangan dirinya dan pandangan matanya kosong. Tersirat penyesalan dan kesedihan di dalam matanya."Puas kamu Mas! Anak dan istrimu sudah meninggal. Itu semua gara-gara kamu dan istri barumu. Kamu sangat keterlaluan." Alina memukul-mukul tubuh Reno dengan emosi. Meskipun Lily sudah menyakitinya, tapi Alina sudah memaafkannya dan merasa kasihan pada Lily yang diperlakukan seperti ini oleh Reno."Cukup aku saja yang kamu perlakukan seperti itu, Mas. Kenapa kamu melakukannya juga pada Lily? Lily ... dia sahabatku, Mas. Kenapa Mas? Kenapa!!"Ternyata sebenarnya, Alina tetap menganggap Lily sebagai sahabatnya. Bahkan sampai akhir hayat, Alina tida