Home / Romansa / Dikejar-kejar Brondong / Bab 2 Kembali ke Rumah

Share

Bab 2 Kembali ke Rumah

Author: Leneva
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Malam penuh kesedihan dan kemarahan, telah berganti menjadi pagi yang cerah, penuh dengan harapan baru. Teorinya begitu, tetapi sayangnya tidak terjadi pada Sofie.

Di pagi yang cerah ini, ia harus merasakan sakit kepala yang teramat sangat, dikarenakan kelelahan psikis yang dia alami semalam. Untuk itu, Sofie hanya berbaring di atas tempat tidurnya dan berharap sakitnya menghilang.

Sayangnya, teriakan Raffa yang memintanya untuk segera bangun membuat sakit kepalanya menjadi.

"Ibu, ayo bangun! Ayo, temenin aku makan!"

"Ibu, ayo! Aku sudah lapar!" rengek Raffa sambil menggoyangkan badan Sofie.

Dengan kepala yang terasa berat dan juga mata yang tidak mau diajak kompromi, Sofie berusaha untuk bangun. Sayangnya, kepalanya terasa semakin sakit, bagaikan dihujamkan ke dinding berulang kali.

"Fa, maafin ibu. Kepala ibu sakit sekali, Raffa bisa kan turun sendiri. Nanti minta tolong eyang untuk ambilin makanannya, kalau nggak ada eyang, kan bisa minta tolong bi Eni. Ibu mau istirahat dulu," ucap Sofie dengan suara yang lemah.

"Ibu sakit? Ibu sakit kepalanya? Mau aku ambilin obat?" tanya Raffa yang membaca kondisi sang bunda.

"Iya, kepala ibu sakit. Raffa mau ambilin obatnya?"

Raffa menjawabnya dengan menganggukkan kepala.

"Tolong ambilin paracetamol, ada di tas ransel ibu. Bungkusnya warna biru. Trus, sekalian ambilin roti keju, sama air di meja."

Dengan cepat, bocah mungil itu bergerak mengambil kebutuhan sang bunda dan kembali dengan kedua tangan yang penuh memegang permintaan Sofie.

"Ini Bu!" ucap Raffa sambil memberikan obat, roti dan botol air minum.

"Makasih, Raffa sayang," ucap Sofie sambil mengecup kening putranya.

"Mulut ibu panas," lirih Raffa dan bocah mungil itupun meletakkan telapak tangannya di kening Sofie, yang membuat Sofie terkekeh bercampur haru.

"Kamu kayak ngerti aja ibu kenapa. Kamu nanti kalau sudah besar, apa mau jadi dokter?"

"Mau! Biar aku bisa ngobatin ibu kalau ibu sakit," jawab Raffa penuh semangat.

"Tapi, ibu jangan sakit. Afa sedih kalau ibu sakit, soalnya ibu jadi nggak bisa kemana-mana, nggak bisa nemenin Afa main," ucap Raffa sambil memeluk erat Sofie.

"Iya Sayang, ibu juga nggak pingin sakit, tapi sekarang Allah lagi ngasih ibu sakit. Mungkin Allah lagi nyuruh ibu istirahat. Nah, sekarang Afa sarapan ya. Biar Afa sehat dan tambah kuat!"

Putra kecil Sofie pun kembali mencium pipi sang bunda, sebelum ia berlari kecil untuk sarapan, di lantai bawah. Melihat cucunya turun sendiri tanpa putri, ibu Sofie pun bertanya, "Lho, Raffa kok sendiri? Ibu mana?"

"Ibu sakit, Yangti. Kepala ibu panas banget! Tapi, tadi sudah Afa obatin," jawab Raffa.

"Ibu sakit? Trus, tadi Raffa sudah obatin pakai apa?"

"Obat para ... hmm Afa lupa nama obatnya, tapi tadi ibu sudah Afa kasih roti sama minum."

"MasyaAllah, cucu yangti ini memang pintar. Ya sudah, sekarang Raffa sarapan dulu ya, sekalian bareng yangkung. Yangti mau lihat ibu dulu, ya."

"Iya Yangti," ucap Raffa yang segera menuju meja makan.

Sementara itu, ibu Sofie menemui Sofie yang masih berbaring di atas tempat tidurnya.

"Kata Raffa kamu sakit?" tanya ibu Sofie sambil meletakkan telapak tangannya di kening putranya.

"Biasalah Bu, lagi pingin manja dan diperhatikan," canda Sofie.

"Tumben, biasanya galak. Hmm kamu sudah cek pakai termometer?"

Sofie pun menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

Sang bunda segera mengambil termometer yang tersimpan di laci meja rias, lalu meletakkannya di ketiak Sofie. Beberapa saat kemudian, angka pada termometer pun menunjukkan suhu badan Sofie.

"Tiga puluh delapan koma tujuh, kamu demam. Ibu buatkan bubur ayam, ya. Oiya, nanti ibu bawakan madu juga. Sekarang kamu perbanyak istighfar, ya. Semoga sakit ini menghapus semua dosa."

"Aaamiin, makasih Bu," jawab Sofie sambil tersenyum.

Beberapa saat kemudian, ibu dan ayah Sofie asyik berbincang sambil menikmati sarapan bersama sang cucu dan setelahnya, mereka membiarkan Raffa bermain sementara mereka berbincang mengenai masalah rumah tangga Sofie.

"Sofie sudah cerita lagi, ada apa sebenarnya?" tanya sang ayah.

"Belum, biarkan dia tenang dulu. Lagian sekarang dia demam, pasti dia stress luar biasa, sampai badannya terdampak," jawab ibu.

"Hmm aku akan panggil Ardian kesini. Umur pernikahan mereka kan tergolong baru, belum sampai tujuh tahun, baru enam tahun beberapa bulan, kok sudah ada masalah sampai Sofie memutuskan pulang?"

"Eh, ini Ardian kirim pesan. Coba aku baca dulu," ucap ibu Sofie.

"Keraskan bacanya, saya mau tahu dia ngomong apa," pinta ayah Sofie.

Ibu Sofie pun mulai membacakan pesan dari suami putrinya, "Assalamu'alaikum. Bu maaf, bisa saya ke rumah? Saya khawatir sama Sofie, perasaan saya nggak enak. Sofie baik-baik saja kan, Bu?"

"Suruh dia kesini, bilang saja bapak mau bicara."

Ibu Sofie segera mengirimkan pesan, sesuai dengan permintaan suaminya.

Beberapa saat kemudian, ibu menghampiri Sofie dan berkata, "Sof, bapak tadi minta Ardian untuk datang. Bapak mau bicara sama suami kamu dan sebaiknya kamu dengarkan penjelasannya."

"Bu, aku nggak mau ketemu sama Ardian. Dengar namanya aja, sudah bikin aku mual."

"Kamu nggak perlu ketemu, kamu bisa mendengarkan penjelasannya dari balik dinding. Jadi kamu juga akan tahu, apa yang diucapkannya dan kamu juga bisa membantahnya kapanpun dianggap perlu," ucap ibu.

Sofie pun menjawabnya dengan tidak bersemangat dan berharap semoga masalah yang ia hadapi cepat berakhir tanpa menimbulkan masalah yang baru.

Matahari semakin meninggi, udara yang dihembuskan pun terasa semakin panas, begitu juga dengan suasana hati Sofie, yang memanas menjelang kedatangan Ardian si pengkhianat cinta. Ada satu hal yang ingin Sofie lakukan, sebelum Ardian tiba, yaitu menjauhkan putranya dari Ardian. Semua itu ia lakukan, karena ia tidak ingin, putranya mewarisi perilaku miring ayahnya.

Untuk itu, Sofie meminta Syifa, adik semata wayangnya untuk mengajak Raffa pergi ke taman bermain.

"Fa, tolong kamu ajak Raffa main di taman. Pokoknya main sepuasnya, sampai sore juga nggak papa."

"Hmm, tumben. Emangnya ada apa? Eh Mbak sakit, kok balik ke sini?"

"Tunggu, ini ada apa sih, sebenarnya?" tanya Syifa.

"Iya, tadi pagi aku demam, tapi alhamdulilah sekarang sudah mendingan. Aku sebenarnya nggak mau cerita dulu, tapi kamu harus tahu posisi aku," jawab Sofie yang membuat adiknya semakin penasaran.

"Posisi apaan? Buruan cerita!"

Sofie menghela nafasnya, lalu memandang jauh dan ia mulai menuturkan kisah cintanya yang kandas dalam sekejap.

"Ardi selingkuh ..."

"Wooo ... tunggu! Ardi? Bukan mas Ardi?"

"Dia nggak layak aku panggil dengan sebutan mas. Kamu diam dan dengerin aku dulu, nanti kamu akan paham," jawab Sofie dan Syifa pun menutup mulutnya rapat-rapat untuk mendengarkan penuturan kakaknya.

"Ardi telah menikah siri dengan selingkuhannya. Nama selingkuhannya Karina, dia lebih muda dua tahun dari aku. Aku nggak masalah kalau dia mau nikah lagi, tetapi harus dengan cara yang syar'i."

"Ardian malah memacari Karina selama beberapa pekan, sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menghalalkan hubungan mereka," tutur Sofie yang berhasil membuat Syifa terdiam sambil menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Yang konyol buatku adalah Ardian menikahi janda dan berujung menjandakan istri sahnya. Keren kan cara berfikirnya?"

"Mbak, aku nggak bisa komentar apapun."

"Aku butuh do'anya aja, biar urusanku sama Adrian cepat selesai."

"Mbak, jadinya Mbak Sofie mau minta cerai?"

"Iya, tapi kamu juga harus tahu alasan aku meminta cerai dari Ardi, bukanlah semata karena dia menduakan aku, tapi ada masalah yang lebih besar dari itu semua yang nggak pernah aku ceritakan ke siapapun."

"Apa tuh, Mbak?" tanya Syifa penuh rasa penasaran.

"Aku nggak bisa ungkapin sekarang. Pokoknya, tolong kamu bawa Raffa jalan-jalan, biarkan dia main sepuasnya," pinta Sofie dan Syifa pun menjawabnya dengan anggukan kepala.

Beberapa jam kemudian, beberapa saat setelah waktu Dzuhur tiba, Adrian datang menemui orang tua Sofie, sekaligus ingin menjemput Sofie untuk pulang bersamanya. Tetapi, sepertinya keinginan itu harus ia tunda, setelah mendapatkan sambutan yang dingin dari sang mertua.

"Maaf Pak, Bu, maafkan saya ..."

Related chapters

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 3 Kedatangan Ardian

    Belum selesai kalimat yang Ardian ucapkan, ayah Sofie pun segera memotongnya, "Kamu minta maaf untuk apa? Sebutkan kesalahanmu dulu!" Ardian pun membeku, saat mendengar pertanyaan sang mertua. Lidahnya kelu, suaranya tercekat, semua itu karena sebenarnya ia sadar benar akan kesalahan yang telah ia perbuat, tetapi di saat yang sama, egonya sebagai seorang pria juga muncul, sehingga Ardian berucap, "Saya tahu, saya bukan suami yang sempurna untuk Sofie dan saya meminta maaf untuk itu.""Kamu belum menyebutkan kesalahanmu. Sekarang, bapak mau tanya. Kenapa Sofie tiba-tiba pulang sambil menangis di saat seharusnya ia dan Raffa sudah tidur?"Jantung Ardian pun berdegup dengan kencang, kali ini ia sungguh tidak dapat menjawab sang mertua dengan jawaban yang menyejukkan. Tetapi, tiba-tiba Sofie muncul dari dalam sambil membawa minuman dan kemudian, ia duduk di seberang Ardian, lalu berucap, "Kok nggak dijawab? Tinggal jawab aja, saya sudah punya istri baru. Janda anak satu, gitu aja kok rep

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 4 Selamat Tinggal

    Sebuah penawaran dari ayah Sofie yang sangat tidak disangka oleh Ardian, membuat dirinya terkejut sehingga tidak dapat berkata apa. Bahkan ibunya pun sama terkejutnya dengan Ardian."Mas rela, Sofie dipoligami?!""Poligami itu Sunnah, Rasulallah telah mencontohkannya untuk menghindari fitnah. Bukankah itu lebih baik, agar Rafa tidak kehilangan ayahnya," jawab sang ayah.Sementara itu, Ardian masih belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan mertuanya. Bahkan kini pikirannya menjadi bercabang, setelah usulan poligami dari ayah Sofie.Di satu sisi, ia masih berat untuk melepaskan Sofie karena kebaikan dan perhatian yang Sofie berikan selama lima tahun pernikahannya, bukan itu saja, Sofie juga turut andil dalam perekonomian keluarga dengan bekerja secara remote sebagai ilustrator sebuah buku cerita anak-anak."Pak, saya coba bicarakan dulu dengan Sofie. Saya tidak ingin mengambil keputusan yang akan berakhir dengan pertengkaran yang lebih dalam," acap Adrian yang berusa

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 5 Surat Gugatan

    Sepulang dari rumah orang tua Sofie, di dalam perjalanan menuju tempat tinggalnya bersama Karina, Ardian mengajukan gugatan cerainya terlebih dahulu di pengadilan agama Jakarta Utara. Walaupun ada setitik keraguan di dalam hatinya akan keputusan untuk benar-benar mengakhiri pernikahannya dengan Sofie, tetapi setiap ia teringat akan Karina yang manja dan selalu bergantung padanya, maka banyangan Sofie menghilang dengan seketika.Tetapi, disaat ia harus menuliskan gugatan cerainya terhadap Sofie, ia pun kembali membeku, seolah ada sisi dari dirinya yang terdalam, yang menolak keputusan itu. Keraguan pun kembali menyelimuti, tangannya tidak dapat menuliskan alasan dirinya menggugat cerai Sofie. "Apa gugatannya? Apa alasannya? Duh, kok jadi bingung?!" lirih Adrian yang kebingungan akan tuntutan yang harus ia tuliskan, karena selama pernikahannya dengan Sofie, tidak pernah sekalipun Sofie melepaskan kewajibannya untuk menghormati dan melayaninya.Semua kebutuhannya selalu disediakan oleh S

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 6 Sidang Perdana

    Senin pagi yang cerah tetapi tidak dengan hati Sofie yang kelam, karena ia harus menghadiri sidang perdana perceraiannya dengan Adrian. Dengan berbekal bukti perselingkuhan berupa salinan percakapan antara Adrian dan Karina dari media sosial dan juga keterangan beberapa teman dan kerabat, Sofie ditemani sang ayah berangkat menghadiri sidang perdananya.Ketika sedang menunggu sidang dimulai, ayah Sofie mengajak putrinya untuk bercakap-cakap guna mengurangi ketegangan."Sof, bismillah, ada Allah yang selalu menyertai setiap langkah kita, percayalah Allah tidak akan melupakan hamba-Nya."Sofie pun menggenggam erat tangan pria yang telah bersusah payah membesarkannya dan mendidiknya hingga dewasa itu, dengan rasa penuh syukur karena kesabaran ayahnya membuat ia kuat menghadapi sebuah babak baru dalam hidupnya yang tak pernah ia impikan sebelumnya."Bismillah, bersama Allah kita bisa. Semoga persidangan ini cepat selesai, jadi nggak bikin stres berkepanjangan. Aaaminn."Beberapa saat kemud

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 7 Awal Sofie dan Ardian

    Setelah Sofie menunjukkan bukti berupa rekapan rekening bank sebelum dan sesudah menikah dengan Adrian, tuduhan Ardian akan Sofie yang materialistis terbantahkan dengan sendirinya.Sidang dilanjutkan dengan gugatan ke-dua, yaitu perginya Sofie dari Adrian."Baiklah, sidang kami lanjutkan dengan gugatan ke-dua, yaitu perginya Saudari Sofie tanpa ijin dengan membawa serta putra tunggalnya dan beberapa barang termasuk kendaraan pribadi milik penggugat.""Apakah dapat dijelaskan kejadiannya, hingga ibu Sofie memutuskan meninggalkan bapak Adrian dengan status tujuh tahun usia pernikahan?" tanya hakim ketua."Saya meninggalkan Adrian bukan tanpa sebab dan tanpa alasan. Saya meninggalkan Adrian karena ia telah mengakui perselingkuhannya dan pernikahan sirinya dengan seorang janda," jawab Sofie yang membuat majelis hakim mengernyitkan dahi mereka serta memberikan pandangan penuh tanya ke arah Adrian, yang tampak gugup."Tolong Anda jelaskan lagi, kami menjadi tidak mengerti dengan duduk perka

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 8 New Couple

    Adrian pun mulai tertantang untuk menaklukkan hati Sofie, dengan mengumpulkan data-data akan aktivitas kegemaran, makanan hingga segala hal yang tidak disukai oleh Sofie, dengan bertanya kepada orang-orang yang ia anggap dekat dengan Sofie."Rin, Lu kan deket ama Sofie, boleh ...""Boleh apa? Lu mau ngedeketin Sofie? Lu yakin sudah punya nyali?" potong Rina."Lu jangan nakutin gue dong! Emang segitu seremnya si Sofie?""Eh Yan, gue kasih tau ya, Lu jangan main-main sama perasaan orang, kalau Lu emang tulus mau deket sama Sofie, bukan pakai embel-embel taruhan, gue bakalan kasih semuanya. Gue juga seneng kalau temen gue seneng, tapi gue nggak mau kalau ada niatan lain. Sofie itu bukan barang taruhan, cewek itu berharga, Bro!"Adrian pun terdiam sesaat, karena niatannya telah terbaca oleh Rina, tetapi ia berkilah, bahwa perasaan yang ia miliki adalah tulus."Rin, gue bukan cowok brengsek, gue juga punya hati. Kalau Sofie nggak menarik dan nggak bikin gue penasaran, gue juga nggak bakala

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 9 Kemunafikan Ardian

    Berita kehamilan Sofie menyebar dengan cepat hingga sampai ke telinga rekan masa sekolahnya terdahulu dan ucapan selamat tak henti ditujukan kepada Adrian, saat mereka berkumpul bersama di sebuah cafe."Beuu, mantap banget Lo, Yan. Baru nikah, udah langsung ngisi aja Lo!"Adrian pun hanya merespon dengan senyuman. Tetapi, kemudian salah satu temannya mulai mengingatkan akan taruhan yang mereka buat beberapa bulan yang lalu."Hei Yan, kita harus bayar berapa nih?"Mendengar pertanyaan itu, Adrian memicingkan matanya, sembari berucap, "Hmm gue nggak cuma berhasil nikahin tapi juga berhasil ngamilin. Kalian semua hutang besar sama gue!""Oke-oke! Perorang lima ratus ribu, kan?"Adrian menjawabnya dengan anggukan kepala dan posisi telapak tangannya ke atas.Kesepuluh rekannya segera mengeluarkan lembaran uang dari dalam dompet mereka untuk diberikan kepada Adrian. Seketika itu juga, ekspresi kemenangan dan kesombongannya pun terlihat."Eh Yan, trus gimana setelah nikah sama si miss jutek

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 10 Istirahat

    Hari-hari berlalu, kandungan Sofie telah berusia dua belas pekan, yang membuat tubuhnya terlihat lebih berisi dan keluhan akan morning sickness tidak lagi ia rasakan. Aktivitas hariannya pun kembali normal, dimana ia masih tetap bekerja sebagai konsultan desain interior."Yang, emangnya kamu nggak capek, kalau harus kembali lembur? Tetap harus jaga kondisi badan, ingat sekarang ada yang tumbuh di sini," ucap Ardian sambil mengusap perut Sofie yang sedikit lebih berisi."In syaa Allah nggak papa, Mas. Kalau aku capek, aku akan istirahat. Lagian aku sudah nggak banyak ke proyek, urusan lapangan sudah aku serahkan semuanya sama supervisor lapangan," jawab Sofie."Aku juga nggak akan lembur setiap hari, hanya kalau memang sangat dibutuhkan saja," lanjut Sofie sambil tersenyum ke arah Ardian."Pokoknya harus diingat, kalau sekarang ada yang tumbuh di dalam sini. Jangan memaksakan diri, kalau bisa malah berhenti kerja, gimana?""Mas minta aku resign?""Bukan minta sekarang, tetapi untuk pe

Latest chapter

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 75 Berusaha Bangkit

    "Mbak, ingat Rain nggak?" tanya Shafa.Sambil mengernyitkan keningnya, Sofie balik bertanya, "Rain Korea suaminya Kim Tae Hae?""Mbaaaak, sejak kapan aku kenal sama Rain yang ono? Rain, temen SMP aku itu lho, yang blasteran ...""Oh yang ganteng itu! Yang kamu suka tapi dianya jual mahal itu, kan?" goda Sofie sambil terkekeh."Idih, bener," sahut Shafa yang membuat Sofie terbahak."Keknya puas banget nih kakak satu," tambah Shafa."Sorry, sorry. Anyway, ada apa sama Rain ganteng?" goda Sofie lagi."He's a lawyer, mungkin mbak Sof butuh jasanya, maybe someday gitu?""Hmmm dia sudah nikah belum, kamu lamar gih, biar kamu segera pindah dari sini," goda Sofie lagi sambil terbahak."Sungguh menyesal aku bertanya," sungut Shafa.Shafa pun beranjak dari hadapan Sofie untuk kembali ke kamarnya, tetapi Sofie menahan pintunya sambil berucap, "Iya deh, maaf. Jangan ngambek dong, duduk lagi sini, sok cerita.""Udah nggak mood," sahut Shafa datar."Aduh, adik manis jadi ngambek. Cini-cini, mbak m

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 74 Rain dan Shafa

    Matahari pagi menjelang siang di kota Bogor telah bersinar terang, tetapi udara dinginnya masih terasa menerpa kulit. Keheningan di salah satu sudut kota, dimanfaatkan oleh Rain dan Shafa untuk menikmati hidangan ringan khas kota Bogor. Keduanya pun larut dalam perbincangan yang telah lama tidak mereka lakukan. "Jilbab kamu tambah panjang aja, Shaf and you look great," puji Rain. "Kamu tambah makmur ..." "Hei, aku cuma nambah beberapa kilo ..." "Aku nggak bilang kamu gendutan, cuma bilang tambah makmur, it's compliment," jelas Shafa. Sambil menyeruput kopi hangatnya, Rain bertanya, "Well thanks, but anyway, kamu ngapin disini?" "Belanja," jawab singkat Shafa, sambil menunjukkan tas belanjaannya. "I can see that, tapi kok disini? Sejak kapan kamu pindah ke sini?" "Pingin tenang aja, capek di Jakarta. Macet, panas, apa-apa mahal, dimana-mana belanja harus pakai kris," jawab Shafa. "Padahal kalau pakai pisau dikira mau ngerampok ..." "Shafaaa! Aku tuh serius, eh k

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 73 Rain

    Dua puluh empat jam setelah Ryuji sadar, ia telah dijadwalkan untuk menjalani serangkaian pemeriksaan di rumah sakit oleh tim dokter yang menanganinya. Pemeriksaan MRI kepala, darah lengkap dan prosedur pemeriksaan kesehatan lengkap lainnya dilakukan secara bertahap dan menyeluruh. Sementara itu, Harumi dan Ryuzaki menunggu dengan penuh harap akan hasilnya. Keduanya mendampingi Ryuji dalam setiap pemeriksaan, termasuk saat pemindaian otak menggunakan MRI yang memakan waktu sekitar empat puluh lima menit. Setelahnya, mereka masih harus menunggu sekitar setengah jam untuk mendapatkan hasilnya. Dokter radiologi harus membacanya dengan seksama, sebelum memberikan kesimpulan atas apa yang terpindai pada otak Ryuji. Jauh di bagian timur bumi, angin dingin berhembus perlahan di kaki gunung Salak, Jawa Barat. Gemericik air terdengar jelas dari aliran curug Ngumpet dengan kolam alami di bawahnya. Langit lembayung senja, tampak syahdu dengan kehadiran burung-burung yang berterbangan dan

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 72 Sadarnya Ryuji

    Hari berganti, pekan pun dilalui, Ryuzaki belum mendapatkan titik terang akan keberadaan Sofie dan keluarganya, yang seakan hilang ditelan bumi.Tetapi, hilangnya Sofie kemudian tergantikan dengan berita baik mengenai Ryuji, dimana tanda-tanda akan kesadarannya mulai tampak. Dokter pun meminta agar Ryuzaki dan Harumi untuk lebih intensif dalam mengajaknya berbicara dan memberikan semangat untuk pulih, karena pasien dalam kondisi tidak sadar, masih tetap dapat mendengar suara-suara di sekelilingnya."Ryu, bangunlah. Coba buka matamu, papa dan mama ada disini. Ayo nak, buka matamu. Kamu akan kehilangan momen turunnya salju, jika kamu tidak bangun juga," ujar Harumi.Tetapi, tetap tidak ada sedikitpun gerakan dari Ryuji. Hal ini membuat Harumi kembali terduduk pasrah. Kesedihan dan kelelahan hati tampak jelas di wajah Harumi. Wanita di usianya telah lebih dari separuh abad itu biasanya masih nampak segar dan ayu, tetapi dengan cobaan yang menimpa keluarganya, sinar wajahnya perlahan men

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 71 Ryuzaki dan Harumi

    "Maaf Tuan, Sofie dan keluarganya melarikan diri, dia menghilang. Semua kamera cctv yang terpasang di teras rumahnya sudah tidak aktif. Kami rasa ia telah mematikannya. Maafkan kelalaian kami!" ujar Ken.Kening Ryuzaki berkerut dan tangannya mengepal kuat. Kemudian ia menarik nafas panjang sambil menutup kedua matanya, seolah ia menahan sebuah emosi yang dalam.Lalu, ia bertanya, "Bagaimana dengan alat detektor yang terpasang di mobilnya?""Itu juga tidak aktif. Maafkan kami!""Hmm ternyata benar dugaanku, dia sangat cerdas, tapi aku tahu satu hal, dia orang baik dan begitu juga dengan keluarganya. Aku percaya dia menghilang karena apa yang Ryuji dan kita semua telah perbuat kepadanya. Biarkan dia menghilang, aku yakin itu tidak akan lama. Kalaupun iya, biarkanlah. Sepanjang Ryuji tidak mencarinya, buat apa kita pusing memikirkannya," ucap Ryuzaki."Kalau begitu, kalian bisa kembali ke Tokyo. Ken, urusi semua kepindahan kalian. Sampai di Tokyo, hubungi Tanaka, dia akan memberikan peke

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 70 Hilang

    Suatu pagi di kota London, di dalam sebuah rumah mewah, di kamar yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan, terdengar suara mesin yang menunjukkan denyut jantung Ryuji per menit. Sementara pemandangan di luar, dipenuhi dengan daun-daun mulai berguguran, menunjukkan telah memasuki musim gugur, dimana suhu udara mulai perlahan menurun ke angka belasan derajat celsius. Perubahan suhu, tidak membuat perubahan dalam kondisi Ryuji, yang masih belum menampakkan perkembangannya. Kekhawatiran Harumi akan kondisi putra tunggalnya membuat dirinya murung dan tak jarang menitikkan airmata. Segala do'a ia panjatkan di sepertiga malam terakhir. Tetapi sepertinya Yang Maha Perencana masih mempunyai rencana lain Ryuji. "Ryu, bangunlah Nak. Kenapa kamu tidur terus? Bukalah matamu sebentar saja, ibu ingin kamu melihat ibu. Ibu ingin kamu melihat kamu tersenyum, bukan diam seperti patung. Ayolah Nak, bangunlah! Apa kamu nggak kangen sama Sofie? Kamu nggak kangen motormu?" Tak peduli berapa kalimat

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 69 Lelahnya Sofie

    Seluruh emosi pun bercampur menjadi satu, kemarahan, ketidakpahaman akan apa yang sebenarnya terjadi, membuat Sofie mencari jawaban melalui sang pengawal."Abe! Abe, cepat kesini!" panggil Sofie setengah berteriak.Mendengar namanya dipanggil, dengan berjalan tergopoh-gopoh, Abe menghampiri Sofie dan bertanya, "Ada apa, Mbak?""Kamu lihat ini! Lihat ini semua!" seru Sofie penuh emosi.Lalu, dengan suara dan tangan yang gemetar, Sofie menunjukkan foto-foto yang tersimpan di dalam laptop Ryuji sembari bertanya, "Ini apa, Be? Kenapa Ryu melakukan ini? Ini kan sama saja dengan menguntit?"Abe tidak segera menjawabnya karena ia tidak menyangka jika Sofie dapat membuka kode rahasia laptop Ryuji. "Be, cepat jawab! Kalian semua pasti tahu akan ini semua, kan? Kalian sendiri yang bilang kalau Ryuji dipantau selama dua puluh empat jam setiap hari. Jadi kalian pasti tahu ini apa?!" Rasa serba bersalah meliputi Abe dan dengan suara yang lirih ia menjawab, "Maaf Mbak, tapi ...""Oke, cukup, cu

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 68 Tertahan

    Seluruh emosi pun bercampur menjadi satu, kemarahan, ketidakpahaman akan apa yang sebenarnya terjadi, membuat Sofie mencari jawaban melalui sang pengawal."Abe! Abe, cepat kesini!" panggil Sofie setengah berteriak.Mendengar namanya dipanggil, dengan berjalan tergopoh-gopoh, Abe menghampiri Sofie dan bertanya, "Ada apa, Mbak?""Kamu lihat ini! Lihat ini semua!" seru Sofie penuh emosi.Lalu, dengan suara dan tangan yang gemetar, Sofie menunjukkan foto-foto yang tersimpan di dalam laptop Ryuji sembari bertanya, "Ini apa, Be? Kenapa Ryu melakukan ini? Ini kan sama saja dengan menguntit?"Abe tidak segera menjawabnya karena ia tidak menyangka jika Sofie dapat membuka kode rahasia laptop Ryuji. "Be, cepat jawab! Kalian semua pasti tahu akan ini semua, kan? Kalian sendiri yang bilang kalau Ryuji dipantau selama dua puluh empat jam setiap hari. Jadi kalian pasti tahu ini apa?!" Rasa serba bersalah meliputi Abe dan dengan suara yang lirih ia menjawab, "Maaf Mbak, tapi ...""Oke, cukup, cu

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 67 Misteri Berlanjut

    Hari berganti, pekan pun dilewati. Setelah berlibur selama sepuluh hari di Danau Toba dan juga ke berbagai daerah di Sumatera Utara, tiba saatnya untuk kembali ke Jakarta.Sementara itu, kedua orangtua Ryuji juga telah menyelesaikan ibadah umrohnya dan tak lupa untuk membeli buah tangan untuk Sofie dan putranya.Tetapi, dari semua itu, tetap ada satu yang tidak berubah, yaitu kondisi Ryuji yang masih tetap dalam keadaan tidak sadarkan diri. "Selama kami pergi, apakah ada sedikit perkembangan dari kondisi Ryuji?" tanya Ryuzaki kepada dokter yang merawat Ryuji."Maaf, tetapi kondisi Ryuji masih tetap seperti saat ia sampai disini," jawab dr. Smith."Apa tidak ada cara untuk membangunkannya?" tanya Harumi."Sampai saat ini, kami belum mempunyai kemampuan untuk itu. Dari beberapa kasus sadarnya pasien yang mengalami koma, belum ada satupun yang merupakan hasil dari keilmuan kedokteran ini. Hanya benar-benar kuasa Sang Pencipta," jawab dr. Smith."Tetapi jangan patah semangat untuk member

DMCA.com Protection Status