Share

Bab 10 Istirahat

Penulis: Leneva
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari-hari berlalu, kandungan Sofie telah berusia dua belas pekan, yang membuat tubuhnya terlihat lebih berisi dan keluhan akan morning sickness tidak lagi ia rasakan. Aktivitas hariannya pun kembali normal, dimana ia masih tetap bekerja sebagai konsultan desain interior.

"Yang, emangnya kamu nggak capek, kalau harus kembali lembur? Tetap harus jaga kondisi badan, ingat sekarang ada yang tumbuh di sini," ucap Ardian sambil mengusap perut Sofie yang sedikit lebih berisi.

"In syaa Allah nggak papa, Mas. Kalau aku capek, aku akan istirahat. Lagian aku sudah nggak banyak ke proyek, urusan lapangan sudah aku serahkan semuanya sama supervisor lapangan," jawab Sofie.

"Aku juga nggak akan lembur setiap hari, hanya kalau memang sangat dibutuhkan saja," lanjut Sofie sambil tersenyum ke arah Ardian.

"Pokoknya harus diingat, kalau sekarang ada yang tumbuh di dalam sini. Jangan memaksakan diri, kalau bisa malah berhenti kerja, gimana?"

"Mas minta aku resign?"

"Bukan minta sekarang, tetapi untuk pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 11 Mulai Terkuak

    Bulan madu singkat di Malang, dengan menikmati keindahan matahari terbit di gunung Bromo, meninggalkan sebuah energi baru bagi Sofie. Terlebih, selama tiga hari berbulan madu, Sofie merasakan curahan cinta dan kasih sayang dari Adrian.Hal ini berefek hingga keduanya kembali ke rutinitas harian mereka di ibukota dan tanpa terasa dua tahun sudah dilewati, bayi yang dinantikan akhirnya lahir. Bayi laki-laki buang diberi nama Raffa Attila, membawa suasana baru dalam kehidupan berumahtangga Sofie dan Ardian. Sofie memutuskan untuk menjadi seorang ibu full time karena ia tidak ingin kehilangan momen-momen kebersamaan dengan bayinya. Tetapi, hadirnya bayi di tengah-tengah Sofie dan Ardian, membuat Ardian mulai kembali kepada selingkuhannya."Ngapain Bang, aku sekarang sudah nikah. Ngapain datang lagi?! Dulu Abang yang ninggalin aku secara tiba-tiba, kenapa sekarang datang? Bukannya istri Abang baru melahirkan?""Itulah masalahnya, Sofie jadi sibuk sama Raffa. Waktu untukku sudah tinggal si

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 12 Sidang Perceraian

    Jantung Sofie berdegup dengan kencang, seakan hampir keluar untuk mencari penyebabnya. Kemarahan dan rasa malunya sudah tidak dapat diungkapkan lagi. Hanya ada satu cara terbaik yang terpikirkan oleh Sofie, yaitu mengakhiri pernikahannya dengan Andrian. Untuk itu, ia menemui kedua orangtuanya terlebih dahulu, untuk menceritakan permasalahan pelik yang ia hadapi."Lho Sof, tumben kamu pulang sore-sore?" tanya sang bunda.Belum sempat Sofie menjawabnya, sang bunda kembali bertanya, "Lho kok cuma sama Raffa, Adrian mana?" "Yah, Bu, aku mau bicara," ucap Sofie dengan mimik yang serius, tanpa menjawab pertanyaan yang terlebih dahulu ditujukan padanya."Ada apa, Sof? Kok, sepertinya ada masalah yang sangat besar?" tanya ibu Sofie."Lebih baik kita duduk terlebih dahulu," sahut sang ayah.Sebelum Sofie berbicara dengan kedua orangtuanya, ia meminta agar Raffa bermain di halaman belakang dan setelah Raffa tak terlihat, Sofie mulai berbicara."Yah, Ibu, aku nggak mau panjang lebar, tapi sebai

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 13 Bertemu Kembali

    Perseteruan antara Sofie dan Adrian berlangsung cukup sengit di ruang sidang. Hingga pada sidang ke tiga, dimana memasuki babak keterangan saksi dan disanalah seluruh teman-teman Sofie hadir untuk memberikan keterangan, termasuk memperdengarkan hasil rekaman suara Adrian."Ijinkan saya untuk memperdengarkan hasil rekaman suara antara Adrian dan kami, teman-temannya," ucap Riga saat dirinya menjadi saksi untuk Sofie.Hakim ketua pun memberikan ijinnya dan sesaat kemudian terdengarlah suara Ardian yang dengan nada bicara yang penuh dengan kesombongan itu, menghina dan sangat merendahkan Sofie."Perempuan yang nurut seperti anjing," adalah sebuah kalimat penghinaan yang sangat besar kepada Sofie dan berhasil membuat ekspresi wajah para hakim berubah. Pandangan mata tajam yang menusuk diarahkan kepada Ardian, seolah menanyakan maksud dari penghinaan yang ia lakukan terhadap istrinya.Tetapi, kemudian Riga kembali berbicara, "Seperti yang sudah diperdengarkan, sekarang saya akan memberika

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 14 End of Sofie and Adrian

    Matahari perlahan bergerak ke arah barat dan sinarnya tak lagi membakar kulit yang terbuka dan saat untuk kembali ke rumah.Sofie dan Rakha telah menghabiskan waktu makan siang mereka bersama dengan berbagi cerita."Kha, aku pulang duluan, ya," pamit Sofie yang mulai beranjak pergi."Eh tunggu, Mbak! May I have your number? Maybe I need it someday," sahut Rakha cepat."Need it for what?""Ah sudahlah, nggak perlu pakai alasan. Sini mana HP-nya," pinta Sofie.Dengan cepat, Rakha memberikan gawainya ke Sofie dan sesaat kemudian nomor telepon Sofie telah tersimpan di dalamnya."Sudah ya, aku pulang. Oiya, kali ini aku nggak butuh pengawal. Yuk, assalamu'alaikum," pamit Sofie yang kemudian beranjak menjauh sambil melambaikan tangannya."Wa'alaikumsalam. See you, Mbak!"Tanpa melihat ke belakang lagi, Sofie tetap berjalan dan menjawab seruan Rakha dengan menunjukkan isyarat jari tangannya.Sementara, Rakha hanya dapat melambaikan tangannya hingga Sofie menghilang dari pandangannya."At leas

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 15 Hari Pertama Kembali Bekerja

    Semua mata dan telinga tertuju pada satu titik, yaitu kepada Ryan sang manajer, untuk menantikan drama pertama kedatangan desainer baru rasa lama. Ryan yang cukup lama menjadi senior Sofie di kampus hingga di kantor, dengan santai menjawab, "Just like you, never change. Checkmate all the time. Welcome home, Sis. Nice to have you back in our team." Sambutan Ryan ditambah dengan tepuk tangannya berhasil mengembalikan suasana dan membuat staf desain ikut bertepuk tangan menyambut Sofie. Namun, beberapa saat sebelum Sofie memulai tugasnya, Ryan meminta Sofie untuk bicara empat mata di ruangannya. "Masuk, Sof." "Thanks. Nice room, banyak yang berubah ya. Ruangan ini jadi lebih lapang," ucap Sofie sambil memandang ke seluruh sudut. "Seven years itu bukan waktu yang sesaat. Sit down, please." Setelah keduanya duduk, mimik wajah Ryan tampak serius dengan memandang lurus ke arah Sofie, lalu berucap, "I'm sorry about your marriage." "Makasih but don't be sorry, cause I'm happy now," sahu

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 16 Pulang Larut

    "Pihak kepolisian akhirnya melepaskan tembakan gas air mata ke arah kerumunan massa yang melakukan pelemparan batu ke arah polisi. Aksi demo yang berujung dengan ...." Suara berita di televisi pun dimatikan oleh Ryan dan tentu saja mengundang protes anak buahnya. Tetapi berbeda dengan protes yang dilayangkan oleh Sofie, "Kok dimatiin? Ryan kamu nggak boleh melakukan pembunuhan terhadap suara TV!" "Sue me after this, of you want," sahut Ryan, yang kemudian langsung memberikan pengumuman kepada seluruh staff desain. "Attention please, barusan vwog menjamin keamanan di dalam gedung ini." "So, saya nggak minta kalian lembur, anggap aja lagi office gathering. That's why, kalian boleh order makanan untuk malam ini. Tentukan menunya dan seperti biasa, Diana yang akan mengurusnya," lanjut Ryan dan kemudian ia kembali masuk ke dalam ruangannya. Tanpa menunggu lagi, para staf desain segera menghubungi keluarganya masing-masing di rumah, termasuk Sofie. Tetapi, sebelum Sofie berucap, sang

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 17 Kekuatan Sang Tuan Muda

    Setelah berjibaku dengan kepadatan lalulintas, akhirnya Sofie sampai juga di tujuan dan tak lupa ia mengucapkan beribu terimakasih kepada Ryan. "Makasih, Bang. Maafin aku ngerepotin di hari pertama aku masuk." "Ngerepotin apa? Udah buruan masuk, kasian yang sudah nungguin," sahut Ryan. "Yowes, makasih sekali lagi. Eh, salam buat mbak Nita, makasih udah minjemin suaminya buat jadi supir," canda Sofie. "Sof, kamu mending..." Tanpa menunggu Ryan menyelesaikan kalimatnya, Sofie segera bergerak cepat untuk keluar dari mobil dan menutup pintunya. Lalu tak lupa ia melambaikan tangannya sambil mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum!" "Wa'alaikumsalam." Keesokan paginya, saat Sofie tengah bersiap untuk pergi bekerja, Raffa memandanginya dengan wajah sedih. Sofie segera menyadari akan ekspresi putra semata wayangnya itu, ia pun berbalik menghadap Raffa dan berdiri dengan kedua lututnya untuk mensejajarkan dengan putranya. Lalu, ia menggenggam tangan putranya dan membelai rambut lurus yang

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 18 Staf Desain Baru

    Tanpa terasa waktu bergulir dengan cepat, Sofie telah menyelesaikan masa percobaan tiga bulannya dan telah menandatangani kontrak kerja tiga tahunnya, sebagai desainer senior di Chokusen. "Bang, kok aku langsung jadi desainer senior? Kan aku baru masuk?" tanya Sofie kepada Ryan. "Kamu memang baru tiga bulan disini, tapi pengalamanmu sebelumnya di Chokusen selama hampir empat tahun sudah cukup membuatmu menjadi senior." "So, nikmati gaji bulananmu yang fantastis," lanjut Ryan. Sofie cukup terkejut dengan angka nominal pendapatannya yang akan dia dapatkan dalam sebulan, dimana gaji pokoknya belum termasuk pendapatan proyek yang dimasukkan dalam bonus per semester. Dimana besaran bonus itu dapat mencapai tiga hingga lima kali gajinya, semua itu tergantung pada berapa nilai proyek setiap desainer Chokusen dapatkan, sehingga setiap desainer akan mendapatkan bonus yang beragam sesuai dengan nilai proyek yang mereka tangani. "Makasih, Bang! Aku back to work, ya," ucap Sofie yang berseger

Bab terbaru

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 75 Berusaha Bangkit

    "Mbak, ingat Rain nggak?" tanya Shafa.Sambil mengernyitkan keningnya, Sofie balik bertanya, "Rain Korea suaminya Kim Tae Hae?""Mbaaaak, sejak kapan aku kenal sama Rain yang ono? Rain, temen SMP aku itu lho, yang blasteran ...""Oh yang ganteng itu! Yang kamu suka tapi dianya jual mahal itu, kan?" goda Sofie sambil terkekeh."Idih, bener," sahut Shafa yang membuat Sofie terbahak."Keknya puas banget nih kakak satu," tambah Shafa."Sorry, sorry. Anyway, ada apa sama Rain ganteng?" goda Sofie lagi."He's a lawyer, mungkin mbak Sof butuh jasanya, maybe someday gitu?""Hmmm dia sudah nikah belum, kamu lamar gih, biar kamu segera pindah dari sini," goda Sofie lagi sambil terbahak."Sungguh menyesal aku bertanya," sungut Shafa.Shafa pun beranjak dari hadapan Sofie untuk kembali ke kamarnya, tetapi Sofie menahan pintunya sambil berucap, "Iya deh, maaf. Jangan ngambek dong, duduk lagi sini, sok cerita.""Udah nggak mood," sahut Shafa datar."Aduh, adik manis jadi ngambek. Cini-cini, mbak m

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 74 Rain dan Shafa

    Matahari pagi menjelang siang di kota Bogor telah bersinar terang, tetapi udara dinginnya masih terasa menerpa kulit. Keheningan di salah satu sudut kota, dimanfaatkan oleh Rain dan Shafa untuk menikmati hidangan ringan khas kota Bogor. Keduanya pun larut dalam perbincangan yang telah lama tidak mereka lakukan. "Jilbab kamu tambah panjang aja, Shaf and you look great," puji Rain. "Kamu tambah makmur ..." "Hei, aku cuma nambah beberapa kilo ..." "Aku nggak bilang kamu gendutan, cuma bilang tambah makmur, it's compliment," jelas Shafa. Sambil menyeruput kopi hangatnya, Rain bertanya, "Well thanks, but anyway, kamu ngapin disini?" "Belanja," jawab singkat Shafa, sambil menunjukkan tas belanjaannya. "I can see that, tapi kok disini? Sejak kapan kamu pindah ke sini?" "Pingin tenang aja, capek di Jakarta. Macet, panas, apa-apa mahal, dimana-mana belanja harus pakai kris," jawab Shafa. "Padahal kalau pakai pisau dikira mau ngerampok ..." "Shafaaa! Aku tuh serius, eh k

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 73 Rain

    Dua puluh empat jam setelah Ryuji sadar, ia telah dijadwalkan untuk menjalani serangkaian pemeriksaan di rumah sakit oleh tim dokter yang menanganinya. Pemeriksaan MRI kepala, darah lengkap dan prosedur pemeriksaan kesehatan lengkap lainnya dilakukan secara bertahap dan menyeluruh. Sementara itu, Harumi dan Ryuzaki menunggu dengan penuh harap akan hasilnya. Keduanya mendampingi Ryuji dalam setiap pemeriksaan, termasuk saat pemindaian otak menggunakan MRI yang memakan waktu sekitar empat puluh lima menit. Setelahnya, mereka masih harus menunggu sekitar setengah jam untuk mendapatkan hasilnya. Dokter radiologi harus membacanya dengan seksama, sebelum memberikan kesimpulan atas apa yang terpindai pada otak Ryuji. Jauh di bagian timur bumi, angin dingin berhembus perlahan di kaki gunung Salak, Jawa Barat. Gemericik air terdengar jelas dari aliran curug Ngumpet dengan kolam alami di bawahnya. Langit lembayung senja, tampak syahdu dengan kehadiran burung-burung yang berterbangan dan

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 72 Sadarnya Ryuji

    Hari berganti, pekan pun dilalui, Ryuzaki belum mendapatkan titik terang akan keberadaan Sofie dan keluarganya, yang seakan hilang ditelan bumi.Tetapi, hilangnya Sofie kemudian tergantikan dengan berita baik mengenai Ryuji, dimana tanda-tanda akan kesadarannya mulai tampak. Dokter pun meminta agar Ryuzaki dan Harumi untuk lebih intensif dalam mengajaknya berbicara dan memberikan semangat untuk pulih, karena pasien dalam kondisi tidak sadar, masih tetap dapat mendengar suara-suara di sekelilingnya."Ryu, bangunlah. Coba buka matamu, papa dan mama ada disini. Ayo nak, buka matamu. Kamu akan kehilangan momen turunnya salju, jika kamu tidak bangun juga," ujar Harumi.Tetapi, tetap tidak ada sedikitpun gerakan dari Ryuji. Hal ini membuat Harumi kembali terduduk pasrah. Kesedihan dan kelelahan hati tampak jelas di wajah Harumi. Wanita di usianya telah lebih dari separuh abad itu biasanya masih nampak segar dan ayu, tetapi dengan cobaan yang menimpa keluarganya, sinar wajahnya perlahan men

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 71 Ryuzaki dan Harumi

    "Maaf Tuan, Sofie dan keluarganya melarikan diri, dia menghilang. Semua kamera cctv yang terpasang di teras rumahnya sudah tidak aktif. Kami rasa ia telah mematikannya. Maafkan kelalaian kami!" ujar Ken.Kening Ryuzaki berkerut dan tangannya mengepal kuat. Kemudian ia menarik nafas panjang sambil menutup kedua matanya, seolah ia menahan sebuah emosi yang dalam.Lalu, ia bertanya, "Bagaimana dengan alat detektor yang terpasang di mobilnya?""Itu juga tidak aktif. Maafkan kami!""Hmm ternyata benar dugaanku, dia sangat cerdas, tapi aku tahu satu hal, dia orang baik dan begitu juga dengan keluarganya. Aku percaya dia menghilang karena apa yang Ryuji dan kita semua telah perbuat kepadanya. Biarkan dia menghilang, aku yakin itu tidak akan lama. Kalaupun iya, biarkanlah. Sepanjang Ryuji tidak mencarinya, buat apa kita pusing memikirkannya," ucap Ryuzaki."Kalau begitu, kalian bisa kembali ke Tokyo. Ken, urusi semua kepindahan kalian. Sampai di Tokyo, hubungi Tanaka, dia akan memberikan peke

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 70 Hilang

    Suatu pagi di kota London, di dalam sebuah rumah mewah, di kamar yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan, terdengar suara mesin yang menunjukkan denyut jantung Ryuji per menit. Sementara pemandangan di luar, dipenuhi dengan daun-daun mulai berguguran, menunjukkan telah memasuki musim gugur, dimana suhu udara mulai perlahan menurun ke angka belasan derajat celsius. Perubahan suhu, tidak membuat perubahan dalam kondisi Ryuji, yang masih belum menampakkan perkembangannya. Kekhawatiran Harumi akan kondisi putra tunggalnya membuat dirinya murung dan tak jarang menitikkan airmata. Segala do'a ia panjatkan di sepertiga malam terakhir. Tetapi sepertinya Yang Maha Perencana masih mempunyai rencana lain Ryuji. "Ryu, bangunlah Nak. Kenapa kamu tidur terus? Bukalah matamu sebentar saja, ibu ingin kamu melihat ibu. Ibu ingin kamu melihat kamu tersenyum, bukan diam seperti patung. Ayolah Nak, bangunlah! Apa kamu nggak kangen sama Sofie? Kamu nggak kangen motormu?" Tak peduli berapa kalimat

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 69 Lelahnya Sofie

    Seluruh emosi pun bercampur menjadi satu, kemarahan, ketidakpahaman akan apa yang sebenarnya terjadi, membuat Sofie mencari jawaban melalui sang pengawal."Abe! Abe, cepat kesini!" panggil Sofie setengah berteriak.Mendengar namanya dipanggil, dengan berjalan tergopoh-gopoh, Abe menghampiri Sofie dan bertanya, "Ada apa, Mbak?""Kamu lihat ini! Lihat ini semua!" seru Sofie penuh emosi.Lalu, dengan suara dan tangan yang gemetar, Sofie menunjukkan foto-foto yang tersimpan di dalam laptop Ryuji sembari bertanya, "Ini apa, Be? Kenapa Ryu melakukan ini? Ini kan sama saja dengan menguntit?"Abe tidak segera menjawabnya karena ia tidak menyangka jika Sofie dapat membuka kode rahasia laptop Ryuji. "Be, cepat jawab! Kalian semua pasti tahu akan ini semua, kan? Kalian sendiri yang bilang kalau Ryuji dipantau selama dua puluh empat jam setiap hari. Jadi kalian pasti tahu ini apa?!" Rasa serba bersalah meliputi Abe dan dengan suara yang lirih ia menjawab, "Maaf Mbak, tapi ...""Oke, cukup, cu

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 68 Tertahan

    Seluruh emosi pun bercampur menjadi satu, kemarahan, ketidakpahaman akan apa yang sebenarnya terjadi, membuat Sofie mencari jawaban melalui sang pengawal."Abe! Abe, cepat kesini!" panggil Sofie setengah berteriak.Mendengar namanya dipanggil, dengan berjalan tergopoh-gopoh, Abe menghampiri Sofie dan bertanya, "Ada apa, Mbak?""Kamu lihat ini! Lihat ini semua!" seru Sofie penuh emosi.Lalu, dengan suara dan tangan yang gemetar, Sofie menunjukkan foto-foto yang tersimpan di dalam laptop Ryuji sembari bertanya, "Ini apa, Be? Kenapa Ryu melakukan ini? Ini kan sama saja dengan menguntit?"Abe tidak segera menjawabnya karena ia tidak menyangka jika Sofie dapat membuka kode rahasia laptop Ryuji. "Be, cepat jawab! Kalian semua pasti tahu akan ini semua, kan? Kalian sendiri yang bilang kalau Ryuji dipantau selama dua puluh empat jam setiap hari. Jadi kalian pasti tahu ini apa?!" Rasa serba bersalah meliputi Abe dan dengan suara yang lirih ia menjawab, "Maaf Mbak, tapi ...""Oke, cukup, cu

  • Dikejar-kejar Brondong   Bab 67 Misteri Berlanjut

    Hari berganti, pekan pun dilewati. Setelah berlibur selama sepuluh hari di Danau Toba dan juga ke berbagai daerah di Sumatera Utara, tiba saatnya untuk kembali ke Jakarta.Sementara itu, kedua orangtua Ryuji juga telah menyelesaikan ibadah umrohnya dan tak lupa untuk membeli buah tangan untuk Sofie dan putranya.Tetapi, dari semua itu, tetap ada satu yang tidak berubah, yaitu kondisi Ryuji yang masih tetap dalam keadaan tidak sadarkan diri. "Selama kami pergi, apakah ada sedikit perkembangan dari kondisi Ryuji?" tanya Ryuzaki kepada dokter yang merawat Ryuji."Maaf, tetapi kondisi Ryuji masih tetap seperti saat ia sampai disini," jawab dr. Smith."Apa tidak ada cara untuk membangunkannya?" tanya Harumi."Sampai saat ini, kami belum mempunyai kemampuan untuk itu. Dari beberapa kasus sadarnya pasien yang mengalami koma, belum ada satupun yang merupakan hasil dari keilmuan kedokteran ini. Hanya benar-benar kuasa Sang Pencipta," jawab dr. Smith."Tetapi jangan patah semangat untuk member

DMCA.com Protection Status