"Aku minta cerai! Ceraikan aku secepatnya!" Dua kalimat yang merubah kehidupan Sofie, seorang ibu rumah tangga dengan satu putra. Sebuah skenario kehidupan yang tidak pernah terbayangkan oleh Sofie, bahwa dirinya akan menjadi salah satu korban perselingkuhan dari sebuah pernikahan. Mimpi membangun kehidupan bersama, hingga akhir hayat dengan Ardian, pria yang telah memberinya seorang putra, ternyata benar-benar hanya mimpi. Setelah tujuh tahun membina rumah tangga, Ardian mengungkapkan bahwa ia telah berselingkuh. "Ada seseorang yang aku cintai, dia janda akibat KDRT," tutur Ardian bak petir di siang bolong. Mendengar pengakuan Ardian, Sofie hanya mematung, tanpa bereaksi apapun. Hal ini membuat Ardian merasa jika Sofie tidak lagi mencintainya. "Sof....""Sof? Sof?! Apa Ar?! Kamu mau ngaku kalau kamu selingkuh?! Selingkuh sama janda? KDRT?!" hardik Sofie dengan hati yang hancur berkeping-keping. "Anu Sof, begini... de...," ucap Ardian terbata, tetapi belum sempat ia menyelesaika
Malam penuh kesedihan dan kemarahan, telah berganti menjadi pagi yang cerah, penuh dengan harapan baru. Teorinya begitu, tetapi sayangnya tidak terjadi pada Sofie. Di pagi yang cerah ini, ia harus merasakan sakit kepala yang teramat sangat, dikarenakan kelelahan psikis yang dia alami semalam. Untuk itu, Sofie hanya berbaring di atas tempat tidurnya dan berharap sakitnya menghilang.Sayangnya, teriakan Raffa yang memintanya untuk segera bangun membuat sakit kepalanya menjadi."Ibu, ayo bangun! Ayo, temenin aku makan!""Ibu, ayo! Aku sudah lapar!" rengek Raffa sambil menggoyangkan badan Sofie.Dengan kepala yang terasa berat dan juga mata yang tidak mau diajak kompromi, Sofie berusaha untuk bangun. Sayangnya, kepalanya terasa semakin sakit, bagaikan dihujamkan ke dinding berulang kali."Fa, maafin ibu. Kepala ibu sakit sekali, Raffa bisa kan turun sendiri. Nanti minta tolong eyang untuk ambilin makanannya, kalau nggak ada eyang, kan bisa minta tolong bi Eni. Ibu mau istirahat dulu," uc
Belum selesai kalimat yang Ardian ucapkan, ayah Sofie pun segera memotongnya, "Kamu minta maaf untuk apa? Sebutkan kesalahanmu dulu!" Ardian pun membeku, saat mendengar pertanyaan sang mertua. Lidahnya kelu, suaranya tercekat, semua itu karena sebenarnya ia sadar benar akan kesalahan yang telah ia perbuat, tetapi di saat yang sama, egonya sebagai seorang pria juga muncul, sehingga Ardian berucap, "Saya tahu, saya bukan suami yang sempurna untuk Sofie dan saya meminta maaf untuk itu.""Kamu belum menyebutkan kesalahanmu. Sekarang, bapak mau tanya. Kenapa Sofie tiba-tiba pulang sambil menangis di saat seharusnya ia dan Raffa sudah tidur?"Jantung Ardian pun berdegup dengan kencang, kali ini ia sungguh tidak dapat menjawab sang mertua dengan jawaban yang menyejukkan. Tetapi, tiba-tiba Sofie muncul dari dalam sambil membawa minuman dan kemudian, ia duduk di seberang Ardian, lalu berucap, "Kok nggak dijawab? Tinggal jawab aja, saya sudah punya istri baru. Janda anak satu, gitu aja kok rep
Sebuah penawaran dari ayah Sofie yang sangat tidak disangka oleh Ardian, membuat dirinya terkejut sehingga tidak dapat berkata apa. Bahkan ibunya pun sama terkejutnya dengan Ardian."Mas rela, Sofie dipoligami?!""Poligami itu Sunnah, Rasulallah telah mencontohkannya untuk menghindari fitnah. Bukankah itu lebih baik, agar Rafa tidak kehilangan ayahnya," jawab sang ayah.Sementara itu, Ardian masih belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan mertuanya. Bahkan kini pikirannya menjadi bercabang, setelah usulan poligami dari ayah Sofie.Di satu sisi, ia masih berat untuk melepaskan Sofie karena kebaikan dan perhatian yang Sofie berikan selama lima tahun pernikahannya, bukan itu saja, Sofie juga turut andil dalam perekonomian keluarga dengan bekerja secara remote sebagai ilustrator sebuah buku cerita anak-anak."Pak, saya coba bicarakan dulu dengan Sofie. Saya tidak ingin mengambil keputusan yang akan berakhir dengan pertengkaran yang lebih dalam," acap Adrian yang berusa
Sepulang dari rumah orang tua Sofie, di dalam perjalanan menuju tempat tinggalnya bersama Karina, Ardian mengajukan gugatan cerainya terlebih dahulu di pengadilan agama Jakarta Utara. Walaupun ada setitik keraguan di dalam hatinya akan keputusan untuk benar-benar mengakhiri pernikahannya dengan Sofie, tetapi setiap ia teringat akan Karina yang manja dan selalu bergantung padanya, maka banyangan Sofie menghilang dengan seketika.Tetapi, disaat ia harus menuliskan gugatan cerainya terhadap Sofie, ia pun kembali membeku, seolah ada sisi dari dirinya yang terdalam, yang menolak keputusan itu. Keraguan pun kembali menyelimuti, tangannya tidak dapat menuliskan alasan dirinya menggugat cerai Sofie. "Apa gugatannya? Apa alasannya? Duh, kok jadi bingung?!" lirih Adrian yang kebingungan akan tuntutan yang harus ia tuliskan, karena selama pernikahannya dengan Sofie, tidak pernah sekalipun Sofie melepaskan kewajibannya untuk menghormati dan melayaninya.Semua kebutuhannya selalu disediakan oleh S
Senin pagi yang cerah tetapi tidak dengan hati Sofie yang kelam, karena ia harus menghadiri sidang perdana perceraiannya dengan Adrian. Dengan berbekal bukti perselingkuhan berupa salinan percakapan antara Adrian dan Karina dari media sosial dan juga keterangan beberapa teman dan kerabat, Sofie ditemani sang ayah berangkat menghadiri sidang perdananya.Ketika sedang menunggu sidang dimulai, ayah Sofie mengajak putrinya untuk bercakap-cakap guna mengurangi ketegangan."Sof, bismillah, ada Allah yang selalu menyertai setiap langkah kita, percayalah Allah tidak akan melupakan hamba-Nya."Sofie pun menggenggam erat tangan pria yang telah bersusah payah membesarkannya dan mendidiknya hingga dewasa itu, dengan rasa penuh syukur karena kesabaran ayahnya membuat ia kuat menghadapi sebuah babak baru dalam hidupnya yang tak pernah ia impikan sebelumnya."Bismillah, bersama Allah kita bisa. Semoga persidangan ini cepat selesai, jadi nggak bikin stres berkepanjangan. Aaaminn."Beberapa saat kemud
Setelah Sofie menunjukkan bukti berupa rekapan rekening bank sebelum dan sesudah menikah dengan Adrian, tuduhan Ardian akan Sofie yang materialistis terbantahkan dengan sendirinya.Sidang dilanjutkan dengan gugatan ke-dua, yaitu perginya Sofie dari Adrian."Baiklah, sidang kami lanjutkan dengan gugatan ke-dua, yaitu perginya Saudari Sofie tanpa ijin dengan membawa serta putra tunggalnya dan beberapa barang termasuk kendaraan pribadi milik penggugat.""Apakah dapat dijelaskan kejadiannya, hingga ibu Sofie memutuskan meninggalkan bapak Adrian dengan status tujuh tahun usia pernikahan?" tanya hakim ketua."Saya meninggalkan Adrian bukan tanpa sebab dan tanpa alasan. Saya meninggalkan Adrian karena ia telah mengakui perselingkuhannya dan pernikahan sirinya dengan seorang janda," jawab Sofie yang membuat majelis hakim mengernyitkan dahi mereka serta memberikan pandangan penuh tanya ke arah Adrian, yang tampak gugup."Tolong Anda jelaskan lagi, kami menjadi tidak mengerti dengan duduk perka
Adrian pun mulai tertantang untuk menaklukkan hati Sofie, dengan mengumpulkan data-data akan aktivitas kegemaran, makanan hingga segala hal yang tidak disukai oleh Sofie, dengan bertanya kepada orang-orang yang ia anggap dekat dengan Sofie."Rin, Lu kan deket ama Sofie, boleh ...""Boleh apa? Lu mau ngedeketin Sofie? Lu yakin sudah punya nyali?" potong Rina."Lu jangan nakutin gue dong! Emang segitu seremnya si Sofie?""Eh Yan, gue kasih tau ya, Lu jangan main-main sama perasaan orang, kalau Lu emang tulus mau deket sama Sofie, bukan pakai embel-embel taruhan, gue bakalan kasih semuanya. Gue juga seneng kalau temen gue seneng, tapi gue nggak mau kalau ada niatan lain. Sofie itu bukan barang taruhan, cewek itu berharga, Bro!"Adrian pun terdiam sesaat, karena niatannya telah terbaca oleh Rina, tetapi ia berkilah, bahwa perasaan yang ia miliki adalah tulus."Rin, gue bukan cowok brengsek, gue juga punya hati. Kalau Sofie nggak menarik dan nggak bikin gue penasaran, gue juga nggak bakala