Sepulang dari rumah orang tua Sofie, di dalam perjalanan menuju tempat tinggalnya bersama Karina, Ardian mengajukan gugatan cerainya terlebih dahulu di pengadilan agama Jakarta Utara. Walaupun ada setitik keraguan di dalam hatinya akan keputusan untuk benar-benar mengakhiri pernikahannya dengan Sofie, tetapi setiap ia teringat akan Karina yang manja dan selalu bergantung padanya, maka banyangan Sofie menghilang dengan seketika.
Tetapi, disaat ia harus menuliskan gugatan cerainya terhadap Sofie, ia pun kembali membeku, seolah ada sisi dari dirinya yang terdalam, yang menolak keputusan itu. Keraguan pun kembali menyelimuti, tangannya tidak dapat menuliskan alasan dirinya menggugat cerai Sofie."Apa gugatannya? Apa alasannya? Duh, kok jadi bingung?!" lirih Adrian yang kebingungan akan tuntutan yang harus ia tuliskan, karena selama pernikahannya dengan Sofie, tidak pernah sekalipun Sofie melepaskan kewajibannya untuk menghormati dan melayaninya.Semua kebutuhannya selalu disediakan oleh Sofie, semua keluh kesahnya selalu didengarkan oleh Sofie, kelelahannya pun selalu diobati oleh Sofie dengan pinjatan lembut dan suasana rumah yang tenang."Apa yang harus aku tulis?"Adrian pun berpikir cukup lama, hingga akhirnya ia menuliskan gugatannya kepada wanita yang telah memberinya satu anak laki-laki. Walaupun dengan hati yang dipenuhi oleh keraguan, tetapi hawa nafsu akan percintaan terlarangnya dengan Karina, lebih kuat menggetarkan hatinya.Sementara itu, Sofie termenung di dalam kamarnya. Menyesali sikap dinginnya yang selalu ia tunjukkan kepada Adrian, walaupun di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Adrian adalah pria yang masih ia cintai dan merupakan cinta pertamanya."Kenapa hatiku tidak sejalan dengan sikapku? Kenapa aku harus bersikap seperti itu kepada Adrian?" lirih Sofie yang menyesali sikapnya terhadap Adrian.Sofie pun merenungi semua sikapnya selama ia menjadi istri Adrian, perlahan ia mulai menyadari akar masalah dalam keluarganya. Sikapnya yang tidak ingin membuat Ardian merasa terkekang dengan kecurigaan dan prasangka, ternyata disalah artikan sebagai ketidakpedulian."Jadi selama ini, Ardian menganggap aku nggak peduli, nggak peka dan dingin?""Kenapa dia nggak pernah komplain? Kenapa dia nggak bilang? Atau dia sudah pernah ngomong tapi aku yang nggak ngeh?"Tetapi di tengah kegundahan hatinya, Sofie kembali pada karakternya yang sangat rasional, dimana ia mendapatkan pembenaran dari hatinya."Ah ngapain dibahas lagi, toh Adrian sudah punya yang baru dan jelas-jelas dia tidak mau melepaskan selingkuhannya dan mencari pembenaran atas perilaku miringnya. Ngapain aku repot mikirin masa lalu?""Sof, lihat ke depan jangan berbalik arah. Terus ke depan, dimana cita-cita baru menanti untuk dirangkai. Ayo Sof, kamu bisa! Kamu bisa!""Selanjutnya, aku akan cari pekerjaan. Hmm, kembali ke desain interior atau baju?""Ah, aku gugling dulu mana yang terbaik untuk aku. Sofie, fighting!"Dengan penuh semangat, seperti baterai yang baru ditambahkan dayanya, Sofie mulai menata kehidupannya sebagai seorang ibu tunggal. Ia mencari dan terus mencari lowongan pekerjaan yang cocok untuknya.Sementara itu, Adrian telah selesai memasukkan berkas perceraiannya ke pengadilan agama, lalu ia bergegas menemui Karina untuk memberikan kabar baik yang telah mereka nantikan."Gimana tadi, Kang? Sofie ngamuk? Bapaknya ngancam apa?" tanya Karina yang penasaran dengan hasil pertemuan Ardian."Yang, kamu duduk dulu," ajak Adrian sambil menggandeng tangan Karina ke sofa.Setelah keduanya duduk, Adrian pun berucap, "Seperti yang sudah kita duga, Sofie tetap dingin dan nggak peduli sama aku. Dia malah ngusulin langsung talak tiga dan dia hanya minta hak-nya Raffa aja!""Wah, benar-benar lancar dan mulus jalan kita, ya Kang. Eh tapi, perbulannya dia minta berapa?" tanya Karina."Ah, paling dikasih dua juta juga sudah diam. Sofie itu nggak pernah masalahin berapa uang yang akang kasih. Makanya kamu tenang aja, jatah kamu sudah pasti lebih besar dan nggak akan diganggu gugat sama Sofie," jawab Adrian santai sambil memeluk dan mencium selingkuhannya."Bener ya, Kang. Jatahku tetap," ucap manja Karina sambil bergelayut di lengan Adrian.Dengan tatapan penuh cinta dan gemas, Adrian menjawabnya sambil memainkan hidung Karina, "Tenang, jatahmu tidak akan pernah aku kurangi, malah mungkin bisa ditambah. Makanya tolong Sayang do'akan Akang, biar dapat promosi jadi manajer.""Tenang Kang, aku selalu mendo'akan biar rejeki Akang lancar dan semoga tahun ini Akang diangkat jadi manajer, aaamiiinn."Beberapa hari kemudian, surat gugatan cerai dari Adrian telah diterima Sofie di rumah orangtuanya. Tanpa menunggu lagi, Sofie segera membuka amplopnya lalu membaca isinya. Betapa terkejutnya, ketika gugatannya adalah sebuah fitnah.Ibunda Sofie pun menghampiri untuk mencari tahu surat apa yang putrinya terima."Surat dari mana, Sof?"Dengan cepat Sofie menjawabnya, "Dari pengadilan agama, ini surat gugatan cerai Adrian.""Trus, apa isinya? Kok kamu kayak kaget begitu?""Ibu baca aja sendiri, trus kira-kira kaget nggak?" jawab Sofie sambil memberikan kertas kepada sang bunda.Ibu Sofie membacanya dengan seksama, dari kalimat perkalimat, paragraf perparagraf dan mulai memberikan reaksi dengan mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepalanya."Hmm mantab ya, gugatannya," sahut Sofie sambil melipat kedua tangannya dan bersandar pada sofa."Adrian lagi mode mengarang indah, Bu," tambah Sofie.Ibu Sofie pun membacanya dengan keras, "Menggugat Sofie Anastasya dengan alasan sebagai berikut, satu, tergugat selama menjadi istri dari penggugat tidak pernah melayani dengan ikhlas, dibuktikan dengan permintaan hadiah atau transferan setiap bulannya.""Dua, tergugat pergi dari rumah tanpa ijin dari penggugat, selaku suami tergugat dan membawa serta putra semata wayangnya bersama dengan seluruh barang-barang termasuk kendaraan pribadi milik penggugat.""Tiga, tergugat juga membawa serta barang-barang penting milik penggugat yang biasa digunakan untuk bekerja, yaitu laptop dan printer. Dengan dibawanya barang penting tersebut, penggugat mengaku kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaannya."Ibu Sofie pun menarik nafasnya sambil menggelengkan kepalanya.'Sof, secara tidak langsung, kamu dibilang maling sama Adrian," ucap ibu Sofie."Yup! Sofie the maling!" seru Sofie penuh emosi."Terus, kapan sidang pertamanya?""Dua pekan lagi. Ah, aku malas banget buat datang ke persidangan yang isinya tipu-tipu kek gini!""Kamu harus datang, kamu difitnah, kamu harus bersihkan nama kamu, trus kamu harus tuntut hak kamu sama hak Raffa. Kalau kamu nggak datang, Adrian akan seenaknya sendiri memutuskan berapa banyak yang harus ia berikan untuk Raffa. Ingat, Adrian berkewajiban memberikan nafkah untuk Raffa, sampai ia menikah nanti. Itu yang harus kamu tuntut dan pastikan dia mau menafkahi putranya," ucap ibu Sofie.Dengan malas, Sofie pun harus menyetujuinya dan kini, ia harus menyiapkan kalimat-kalimat sanggahan dari seluruh gugatan Adrian terhadap dirinya."Hmmm bisa nggak ya, aku ungkap masalah sebenarnya? Aku bilang kalau dia yang selingkuh, punya istri baru secara tidak syar'i?""Hmmm itu aja kali ya, gugatan balasan aku?"Senin pagi yang cerah tetapi tidak dengan hati Sofie yang kelam, karena ia harus menghadiri sidang perdana perceraiannya dengan Adrian. Dengan berbekal bukti perselingkuhan berupa salinan percakapan antara Adrian dan Karina dari media sosial dan juga keterangan beberapa teman dan kerabat, Sofie ditemani sang ayah berangkat menghadiri sidang perdananya.Ketika sedang menunggu sidang dimulai, ayah Sofie mengajak putrinya untuk bercakap-cakap guna mengurangi ketegangan."Sof, bismillah, ada Allah yang selalu menyertai setiap langkah kita, percayalah Allah tidak akan melupakan hamba-Nya."Sofie pun menggenggam erat tangan pria yang telah bersusah payah membesarkannya dan mendidiknya hingga dewasa itu, dengan rasa penuh syukur karena kesabaran ayahnya membuat ia kuat menghadapi sebuah babak baru dalam hidupnya yang tak pernah ia impikan sebelumnya."Bismillah, bersama Allah kita bisa. Semoga persidangan ini cepat selesai, jadi nggak bikin stres berkepanjangan. Aaaminn."Beberapa saat kemud
Setelah Sofie menunjukkan bukti berupa rekapan rekening bank sebelum dan sesudah menikah dengan Adrian, tuduhan Ardian akan Sofie yang materialistis terbantahkan dengan sendirinya.Sidang dilanjutkan dengan gugatan ke-dua, yaitu perginya Sofie dari Adrian."Baiklah, sidang kami lanjutkan dengan gugatan ke-dua, yaitu perginya Saudari Sofie tanpa ijin dengan membawa serta putra tunggalnya dan beberapa barang termasuk kendaraan pribadi milik penggugat.""Apakah dapat dijelaskan kejadiannya, hingga ibu Sofie memutuskan meninggalkan bapak Adrian dengan status tujuh tahun usia pernikahan?" tanya hakim ketua."Saya meninggalkan Adrian bukan tanpa sebab dan tanpa alasan. Saya meninggalkan Adrian karena ia telah mengakui perselingkuhannya dan pernikahan sirinya dengan seorang janda," jawab Sofie yang membuat majelis hakim mengernyitkan dahi mereka serta memberikan pandangan penuh tanya ke arah Adrian, yang tampak gugup."Tolong Anda jelaskan lagi, kami menjadi tidak mengerti dengan duduk perka
Adrian pun mulai tertantang untuk menaklukkan hati Sofie, dengan mengumpulkan data-data akan aktivitas kegemaran, makanan hingga segala hal yang tidak disukai oleh Sofie, dengan bertanya kepada orang-orang yang ia anggap dekat dengan Sofie."Rin, Lu kan deket ama Sofie, boleh ...""Boleh apa? Lu mau ngedeketin Sofie? Lu yakin sudah punya nyali?" potong Rina."Lu jangan nakutin gue dong! Emang segitu seremnya si Sofie?""Eh Yan, gue kasih tau ya, Lu jangan main-main sama perasaan orang, kalau Lu emang tulus mau deket sama Sofie, bukan pakai embel-embel taruhan, gue bakalan kasih semuanya. Gue juga seneng kalau temen gue seneng, tapi gue nggak mau kalau ada niatan lain. Sofie itu bukan barang taruhan, cewek itu berharga, Bro!"Adrian pun terdiam sesaat, karena niatannya telah terbaca oleh Rina, tetapi ia berkilah, bahwa perasaan yang ia miliki adalah tulus."Rin, gue bukan cowok brengsek, gue juga punya hati. Kalau Sofie nggak menarik dan nggak bikin gue penasaran, gue juga nggak bakala
Berita kehamilan Sofie menyebar dengan cepat hingga sampai ke telinga rekan masa sekolahnya terdahulu dan ucapan selamat tak henti ditujukan kepada Adrian, saat mereka berkumpul bersama di sebuah cafe."Beuu, mantap banget Lo, Yan. Baru nikah, udah langsung ngisi aja Lo!"Adrian pun hanya merespon dengan senyuman. Tetapi, kemudian salah satu temannya mulai mengingatkan akan taruhan yang mereka buat beberapa bulan yang lalu."Hei Yan, kita harus bayar berapa nih?"Mendengar pertanyaan itu, Adrian memicingkan matanya, sembari berucap, "Hmm gue nggak cuma berhasil nikahin tapi juga berhasil ngamilin. Kalian semua hutang besar sama gue!""Oke-oke! Perorang lima ratus ribu, kan?"Adrian menjawabnya dengan anggukan kepala dan posisi telapak tangannya ke atas.Kesepuluh rekannya segera mengeluarkan lembaran uang dari dalam dompet mereka untuk diberikan kepada Adrian. Seketika itu juga, ekspresi kemenangan dan kesombongannya pun terlihat."Eh Yan, trus gimana setelah nikah sama si miss jutek
Hari-hari berlalu, kandungan Sofie telah berusia dua belas pekan, yang membuat tubuhnya terlihat lebih berisi dan keluhan akan morning sickness tidak lagi ia rasakan. Aktivitas hariannya pun kembali normal, dimana ia masih tetap bekerja sebagai konsultan desain interior."Yang, emangnya kamu nggak capek, kalau harus kembali lembur? Tetap harus jaga kondisi badan, ingat sekarang ada yang tumbuh di sini," ucap Ardian sambil mengusap perut Sofie yang sedikit lebih berisi."In syaa Allah nggak papa, Mas. Kalau aku capek, aku akan istirahat. Lagian aku sudah nggak banyak ke proyek, urusan lapangan sudah aku serahkan semuanya sama supervisor lapangan," jawab Sofie."Aku juga nggak akan lembur setiap hari, hanya kalau memang sangat dibutuhkan saja," lanjut Sofie sambil tersenyum ke arah Ardian."Pokoknya harus diingat, kalau sekarang ada yang tumbuh di dalam sini. Jangan memaksakan diri, kalau bisa malah berhenti kerja, gimana?""Mas minta aku resign?""Bukan minta sekarang, tetapi untuk pe
Bulan madu singkat di Malang, dengan menikmati keindahan matahari terbit di gunung Bromo, meninggalkan sebuah energi baru bagi Sofie. Terlebih, selama tiga hari berbulan madu, Sofie merasakan curahan cinta dan kasih sayang dari Adrian.Hal ini berefek hingga keduanya kembali ke rutinitas harian mereka di ibukota dan tanpa terasa dua tahun sudah dilewati, bayi yang dinantikan akhirnya lahir. Bayi laki-laki buang diberi nama Raffa Attila, membawa suasana baru dalam kehidupan berumahtangga Sofie dan Ardian. Sofie memutuskan untuk menjadi seorang ibu full time karena ia tidak ingin kehilangan momen-momen kebersamaan dengan bayinya. Tetapi, hadirnya bayi di tengah-tengah Sofie dan Ardian, membuat Ardian mulai kembali kepada selingkuhannya."Ngapain Bang, aku sekarang sudah nikah. Ngapain datang lagi?! Dulu Abang yang ninggalin aku secara tiba-tiba, kenapa sekarang datang? Bukannya istri Abang baru melahirkan?""Itulah masalahnya, Sofie jadi sibuk sama Raffa. Waktu untukku sudah tinggal si
Jantung Sofie berdegup dengan kencang, seakan hampir keluar untuk mencari penyebabnya. Kemarahan dan rasa malunya sudah tidak dapat diungkapkan lagi. Hanya ada satu cara terbaik yang terpikirkan oleh Sofie, yaitu mengakhiri pernikahannya dengan Andrian. Untuk itu, ia menemui kedua orangtuanya terlebih dahulu, untuk menceritakan permasalahan pelik yang ia hadapi."Lho Sof, tumben kamu pulang sore-sore?" tanya sang bunda.Belum sempat Sofie menjawabnya, sang bunda kembali bertanya, "Lho kok cuma sama Raffa, Adrian mana?" "Yah, Bu, aku mau bicara," ucap Sofie dengan mimik yang serius, tanpa menjawab pertanyaan yang terlebih dahulu ditujukan padanya."Ada apa, Sof? Kok, sepertinya ada masalah yang sangat besar?" tanya ibu Sofie."Lebih baik kita duduk terlebih dahulu," sahut sang ayah.Sebelum Sofie berbicara dengan kedua orangtuanya, ia meminta agar Raffa bermain di halaman belakang dan setelah Raffa tak terlihat, Sofie mulai berbicara."Yah, Ibu, aku nggak mau panjang lebar, tapi sebai
Perseteruan antara Sofie dan Adrian berlangsung cukup sengit di ruang sidang. Hingga pada sidang ke tiga, dimana memasuki babak keterangan saksi dan disanalah seluruh teman-teman Sofie hadir untuk memberikan keterangan, termasuk memperdengarkan hasil rekaman suara Adrian."Ijinkan saya untuk memperdengarkan hasil rekaman suara antara Adrian dan kami, teman-temannya," ucap Riga saat dirinya menjadi saksi untuk Sofie.Hakim ketua pun memberikan ijinnya dan sesaat kemudian terdengarlah suara Ardian yang dengan nada bicara yang penuh dengan kesombongan itu, menghina dan sangat merendahkan Sofie."Perempuan yang nurut seperti anjing," adalah sebuah kalimat penghinaan yang sangat besar kepada Sofie dan berhasil membuat ekspresi wajah para hakim berubah. Pandangan mata tajam yang menusuk diarahkan kepada Ardian, seolah menanyakan maksud dari penghinaan yang ia lakukan terhadap istrinya.Tetapi, kemudian Riga kembali berbicara, "Seperti yang sudah diperdengarkan, sekarang saya akan memberika
Setahun pun berlalu, Ryuji dan Sofie yang terpisah ribuan kilometer, telah disibukkan dengan aktivitasnya masing-masing. Ryuji kembali ke bangku kuliah, guna mempersiapkan dirinya menjadi pemimpin Ryu Corporation, sementara Sofie tengah membangun bisnisnya sendiri.Pelatihan yang ia berikan kepada warga desa Sukamaju telah menelurkan karya-karya yang memiliki daya jual tinggi, sehingga tawaran untuk mengikuti pameran UMKM berulang kali diterimanya."Mbak, kayaknya sekarang kita sudah siap untuk ikut pameran di Jakarta," ucap Shafa."Hmm kayaknya sih begitu, tapi aku males ngurus registrasi sama semua perintilannya itu," sahut Sofie.Shafa pun berpikir sesaat, kemudian ia mengusulkan sebuah nama untuk mewakili Sofie, "Mbak, gimana kalau aku telpon Rain? Dia kan pengacara, pasti dia sanggup untuk ngurusin semua printilan ini. Ya minimal, dia bisa bantuin pakai kenalannya.""Baiklah, kuserahkan kepada dirimu, adikku tersayang. Oiya, kalau Rain belum nikah, lamar sekalian aja. Kan sudah
"Kamu ... ah kamu siapa? Maaf, aku sama sekali nggak bisa mengingatmu, tapi aku merasa kalau kita berdua sangat dekat dan aku merasa kamu mengetahui rahasiaku," ucap Ryuji.Abe pun terkekeh mendengarnya, lalu ia melangkah lebih dekat, lalu menarik kursi untuk ia duduki di depan Ryuji.Lalu, dengan tersenyum, Abe menjawab, "Kamu benar, aku adalah orang yang menyimpan semua rahasiamu. Aku mengetahui sisi terbaik dan terburukmu. Aku juga mengetahui kekuatan dan kelemahanmu.""Berarti kamu adalah orang yang penting dalam kehidupanku. Nah, karena kamu adalah orang yang memegang rahasiaku, tolong ceritakan tentang aku, siapakah aku dan dimanakah aku sekarang? Karena aku merasa ini bukanlah tempat tinggalku yang sebenarnya," ucap Ryuji."Memang benar, ini bukanlah tempat tinggalmu. Apakah kamu tahu, sekarang berada di negara apa?" tanya Abe."It's easy, I'm in London. I can tell by their accent and the weather, lots of rain," jawab Ryuji."That's right, so do you know who is your parent?""H
Tanpa terasa, waktu bergulir dengan cepat. Sofie telah memulai pelatihan menggambar, desain dan kuliner yang dilaksanakan setiap hari Sabtu di balai desa. Pesertanya meliputi anak-anak, remaja hingga dewasa. Tentu saja, Sofie tidak sendiri dalam melatih, sang ayah yang merupakan seorang arsitek dan juga Shafa yang seorang chef turut membantu dalam pelatihan tersebut. Setelah pelatihan berjalan selama enam bulan, Sofie mengadakan evaluasi dengan cara membuat pameran hasil karya pelatihannya. Untuk menambah semangat pesertanya, Sofie mengundang media dan juga perusahaan mebel di Jakarta. Sementara, Rakha atau Ryuji telah menyelesaikan terapi paska kehilangan kesadarannya. "Jadi bagaimana perkembangan Ryuji saat ini, Dok?" tanya Ryuzaki. "Seperti yang dapat Anda rasakan, Ryuji perlahan telah kembali tanpa ada kemunculan karakter yang lain tetapi ingatannya masih kacau antara Ryuji dan Rakha. Kami akan mengadakan tes kembali sebelum Ryuji dapat kembali ke tengah masyarakat, jika has
"Mbak, ingat Rain nggak?" tanya Shafa.Sambil mengernyitkan keningnya, Sofie balik bertanya, "Rain Korea suaminya Kim Tae Hae?""Mbaaaak, sejak kapan aku kenal sama Rain yang ono? Rain, temen SMP aku itu lho, yang blasteran ...""Oh yang ganteng itu! Yang kamu suka tapi dianya jual mahal itu, kan?" goda Sofie sambil terkekeh."Idih, bener," sahut Shafa yang membuat Sofie terbahak."Keknya puas banget nih kakak satu," tambah Shafa."Sorry, sorry. Anyway, ada apa sama Rain ganteng?" goda Sofie lagi."He's a lawyer, mungkin mbak Sof butuh jasanya, maybe someday gitu?""Hmmm dia sudah nikah belum, kamu lamar gih, biar kamu segera pindah dari sini," goda Sofie lagi sambil terbahak."Sungguh menyesal aku bertanya," sungut Shafa.Shafa pun beranjak dari hadapan Sofie untuk kembali ke kamarnya, tetapi Sofie menahan pintunya sambil berucap, "Iya deh, maaf. Jangan ngambek dong, duduk lagi sini, sok cerita.""Udah nggak mood," sahut Shafa datar."Aduh, adik manis jadi ngambek. Cini-cini, mbak m
Matahari pagi menjelang siang di kota Bogor telah bersinar terang, tetapi udara dinginnya masih terasa menerpa kulit. Keheningan di salah satu sudut kota, dimanfaatkan oleh Rain dan Shafa untuk menikmati hidangan ringan khas kota Bogor. Keduanya pun larut dalam perbincangan yang telah lama tidak mereka lakukan. "Jilbab kamu tambah panjang aja, Shaf and you look great," puji Rain. "Kamu tambah makmur ..." "Hei, aku cuma nambah beberapa kilo ..." "Aku nggak bilang kamu gendutan, cuma bilang tambah makmur, it's compliment," jelas Shafa. Sambil menyeruput kopi hangatnya, Rain bertanya, "Well thanks, but anyway, kamu ngapin disini?" "Belanja," jawab singkat Shafa, sambil menunjukkan tas belanjaannya. "I can see that, tapi kok disini? Sejak kapan kamu pindah ke sini?" "Pingin tenang aja, capek di Jakarta. Macet, panas, apa-apa mahal, dimana-mana belanja harus pakai kris," jawab Shafa. "Padahal kalau pakai pisau dikira mau ngerampok ..." "Shafaaa! Aku tuh serius, eh k
Dua puluh empat jam setelah Ryuji sadar, ia telah dijadwalkan untuk menjalani serangkaian pemeriksaan di rumah sakit oleh tim dokter yang menanganinya. Pemeriksaan MRI kepala, darah lengkap dan prosedur pemeriksaan kesehatan lengkap lainnya dilakukan secara bertahap dan menyeluruh. Sementara itu, Harumi dan Ryuzaki menunggu dengan penuh harap akan hasilnya. Keduanya mendampingi Ryuji dalam setiap pemeriksaan, termasuk saat pemindaian otak menggunakan MRI yang memakan waktu sekitar empat puluh lima menit. Setelahnya, mereka masih harus menunggu sekitar setengah jam untuk mendapatkan hasilnya. Dokter radiologi harus membacanya dengan seksama, sebelum memberikan kesimpulan atas apa yang terpindai pada otak Ryuji. Jauh di bagian timur bumi, angin dingin berhembus perlahan di kaki gunung Salak, Jawa Barat. Gemericik air terdengar jelas dari aliran curug Ngumpet dengan kolam alami di bawahnya. Langit lembayung senja, tampak syahdu dengan kehadiran burung-burung yang berterbangan dan
Hari berganti, pekan pun dilalui, Ryuzaki belum mendapatkan titik terang akan keberadaan Sofie dan keluarganya, yang seakan hilang ditelan bumi.Tetapi, hilangnya Sofie kemudian tergantikan dengan berita baik mengenai Ryuji, dimana tanda-tanda akan kesadarannya mulai tampak. Dokter pun meminta agar Ryuzaki dan Harumi untuk lebih intensif dalam mengajaknya berbicara dan memberikan semangat untuk pulih, karena pasien dalam kondisi tidak sadar, masih tetap dapat mendengar suara-suara di sekelilingnya."Ryu, bangunlah. Coba buka matamu, papa dan mama ada disini. Ayo nak, buka matamu. Kamu akan kehilangan momen turunnya salju, jika kamu tidak bangun juga," ujar Harumi.Tetapi, tetap tidak ada sedikitpun gerakan dari Ryuji. Hal ini membuat Harumi kembali terduduk pasrah. Kesedihan dan kelelahan hati tampak jelas di wajah Harumi. Wanita di usianya telah lebih dari separuh abad itu biasanya masih nampak segar dan ayu, tetapi dengan cobaan yang menimpa keluarganya, sinar wajahnya perlahan men
"Maaf Tuan, Sofie dan keluarganya melarikan diri, dia menghilang. Semua kamera cctv yang terpasang di teras rumahnya sudah tidak aktif. Kami rasa ia telah mematikannya. Maafkan kelalaian kami!" ujar Ken.Kening Ryuzaki berkerut dan tangannya mengepal kuat. Kemudian ia menarik nafas panjang sambil menutup kedua matanya, seolah ia menahan sebuah emosi yang dalam.Lalu, ia bertanya, "Bagaimana dengan alat detektor yang terpasang di mobilnya?""Itu juga tidak aktif. Maafkan kami!""Hmm ternyata benar dugaanku, dia sangat cerdas, tapi aku tahu satu hal, dia orang baik dan begitu juga dengan keluarganya. Aku percaya dia menghilang karena apa yang Ryuji dan kita semua telah perbuat kepadanya. Biarkan dia menghilang, aku yakin itu tidak akan lama. Kalaupun iya, biarkanlah. Sepanjang Ryuji tidak mencarinya, buat apa kita pusing memikirkannya," ucap Ryuzaki."Kalau begitu, kalian bisa kembali ke Tokyo. Ken, urusi semua kepindahan kalian. Sampai di Tokyo, hubungi Tanaka, dia akan memberikan peke
Suatu pagi di kota London, di dalam sebuah rumah mewah, di kamar yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan, terdengar suara mesin yang menunjukkan denyut jantung Ryuji per menit. Sementara pemandangan di luar, dipenuhi dengan daun-daun mulai berguguran, menunjukkan telah memasuki musim gugur, dimana suhu udara mulai perlahan menurun ke angka belasan derajat celsius. Perubahan suhu, tidak membuat perubahan dalam kondisi Ryuji, yang masih belum menampakkan perkembangannya. Kekhawatiran Harumi akan kondisi putra tunggalnya membuat dirinya murung dan tak jarang menitikkan airmata. Segala do'a ia panjatkan di sepertiga malam terakhir. Tetapi sepertinya Yang Maha Perencana masih mempunyai rencana lain Ryuji. "Ryu, bangunlah Nak. Kenapa kamu tidur terus? Bukalah matamu sebentar saja, ibu ingin kamu melihat ibu. Ibu ingin kamu melihat kamu tersenyum, bukan diam seperti patung. Ayolah Nak, bangunlah! Apa kamu nggak kangen sama Sofie? Kamu nggak kangen motormu?" Tak peduli berapa kalimat