Doreen berdiri dengan satu kaki di luar bangsal. Dia melihat melalui jendela.Dia melihat Kaedyn sedang berbicara dengan Elena.Kecemburuan membuncah di hatinya.Dia mengetuk pintu.Manajernya membantu Doreen duduk di kursi roda, membuka pintu bangsal, lalu masuk."Sekretaris Elena, terima kasih banyak telah menyelamatkan Kae hari ini." Doreen meletakkan kotak makan di nakas. "Aku membawakan makanan untuk kalian."Elena memandang Doreen sambil berkata, "Terima kasih. Siapa pun itu, aku akan menolongnya."Jadi, Elena tidak melakukannya untuk Kaedyn.Doreen tidak memercayai apa yang dikatakan Elena.Dia merasa bahwa Elena masih mencintai Kaedyn.Memikirkan hal ini, Doreen hanya merasa tertekan.Terutama ketika dia mendengar Kaedyn telah mengatur pesawat pribadi guna mengantar Elena kembali ke Kota Burgan untuk memulihkan diri.Hal ini membuat Doreen sedikit gelisah.Terkadang firasat wanita lebih sensitif dibandingkan pria yang tidak sensitif secara emosional.Doreen tidak mau mengakui b
Elena berkata dengan lemah, "Kalau saat itu orangnya kamu, aku juga akan mengulurkan tangan."Tindakan Elena untuk menyelamatkan orang itu dilakukan secara refleks. Selain itu jika sesuatu terjadi pada Kaedyn, Elena tidak tahu apa yang akan terjadi dengan pengobatan adiknya.Elena tidak menyelamatkan Kaedyn karena Elena mencintainya.Namun, sepertinya tidak ada memercayainya."Media ini suka menulis sembarangan."Perkataan Elena sebelumnya mereda sebagian amarah Nathan.Nathan tidak pernah menyangka bahwa suatu hari dia akan menjadi simpanan wanita yang sudah menikah, bahkan merasa sedikit cemburu tanpa alasan.Setengah amarahnya yang tersisa akan Nathan lampiaskan pada Elena lain kali."Kaedyn mengatur penerbangan untuk membawaku kembali ke Kota Burgan besok."Ketika Nathan mendengarnya, dia tersenyum. Dia mengeluarkan ponselnya lalu langsung menelepon seseorang. "Atur penerbangan ke Kota Burgan untukku malam ini."Dia menutup telepon, kemudian tatapannya menjadi gelap. "Aku akan meng
Pesawat tiba di Kota Burgan tepat pukul delapan malam.Elena meminum obat penghilang rasa sakit yang memiliki efek mengantuk.Tidak lama setelah pesawat lepas landas, dia tertidur.Nathan melihat Elena sudah tertidur. Nathan takut Elena menyentuh tangannya yang terluka saat tidur, jadi dia menggenggam jemari wanita itu.Kapan pun Elena bergerak, Nathan akan mengetahuinya.Elena masih tidur ketika pesawat mendarat.Nathan dengan hati-hati menggendongnya turun dari pesawat.Dua barisan pengawal berjaga di luar. Leon berjalan mendekat dengan hormat lalu merendahkan suaranya ketika berkata, "Bos, Tuan Besar sudah mengatur orang untuk datang ke Kota Burgan."Tatapan Nathan tampak tenang. "Hm."Di dalam mobil, Leon tidak berani melihat ke jok belakang, jadi dia menaikkan penghalangnya.Di jok belakang.Nathan membiarkan Elena untuk duduk di atas pangkuannya.Dia memeluk wanita itu.Elena sebenarnya sedikit terjaga ketika dia digendong ke dalam mobil, tetapi otaknya masih pusing, jadi dia tid
"Untuk terakhir kalinya."Elena meletakkan teleponnya sambil menyahut.Nathan mengalihkan perhatiannya dengan hal lain. Dia membelai rambut Elena dengan malas. "Aku akan membantumu mencuci rambutmu malam ini."Elena meliriknya dengan curiga. "Nggak perlu, kamu bisa mencari seorang gadis untuk membantuku."Elena tidak begitu percaya bahwa Nathan bisa mencuci rambut panjang perempuan.Dia takut kesakitan."El-el, apakah kamu nggak percaya padaku?" Nathan mengangkat sebelah alisnya, kemudian menyingsingkan lengan bajunya. Dia seperti akan mencuci rambut Elena sekarang. "Aku sangat pandai mencuci rambut panjang.""Apakah kamu sering mencuci rambut perempuan?"Elena tampak bertanya-tanya.Kalau tidak, bagaimana mungkin Nathan pandai melakukannya?Nathan mengetuk kepala Elena dengan jari telunjuknya sambil tersenyum tipis. "Hentikan pikiran di kepalamu. Dulu aku sering mencuci rambut panjangnya Meryl.""Kamu punya adik perempuan? Kakak yang baik."Elena juga menginginkan seorang kakak lelaki
"Kamu benar-benar nggak ingin tahu siapa aku bagi Kak Nathan?"Janine meminta pelayan untuk membawakannya segelas jus.Sikap pelayan itu penuh hormat.Elena memperhatikan sikap pelayan itu."Kalau begitu siapa kamu baginya?" tanya Elena sambil mengangkat alisnya.Melihat Elena sama sekali tidak marah, Janine pun senang. "Kak Nathan sangat menyedihkan. Kamu sama sekali nggak cemburu. Kalau wanita nggak cemburu, itu tandanya dia nggak mencintai pria itu.""Aku cemburu di dalam hati."Elena menjawab dengan tenang.Nathan baru saja masuk, lalu dia mendengar kata-kata Elena.Dia berjalan ke arah Elena, membungkuk lalu mengangkat dagu Elena. "Apakah kamu benar-benar cemburu?"Nathan terkekeh.Dia tahu bahwa El-el-nya tidak cemburu.Elena mungkin memiliki kesan baik terhadap Nathan, tetapi belum sampai tahap cinta.Janine menjadi lebih diam saat Nathan masuk.Nathan memegang tangan Elena.Elena ingin melepaskan diri, tetapi Nathan menahannya dengan kuat.Dia memainkan tangan Elena sembari mem
Elena bertanya kepada dokter tentang kondisi pemulihan Joshua setelah operasi di luar bangsal.Janine terus menatap pria berambut putih itu.Joshua sedikit tidak berdaya. Ini bukan pertama kalinya dia ditatap seperti ini."Nona Janine, apakah kamu ingin makan buah?"Janine tersadar, bisa-bisanya dia melamun sambil melihat seorang pria. Dia berkata dengan malu-malu, "Nggak, terima kasih."Setelah Elena menanyakan tentang pemulihan Joshua, dia dengan gembira berjalan kembali ke bangsal."Josh, dokter bilang kamu akan segera keluar dari rumah sakit."Joshua tersenyum lembut. "Kak El, terima kasih."Mata Joshua tertuju pada tangan Elena yang dibebat.Dia telah menonton berita dan mengetahui alasan tangan Elena terluka. Kemudian dia teringat berita antara Kaedyn dan Doreen."Nona Janine, aku ingin berbicara sebentar dengan Kak El, bolehkah?"Janine memandang Joshua dengan malu-malu. Meskipun Janine naif, dia bukan idiot. Dia mengangguk patuh, lalu berjalan keluar dari bangsal.Elena duduk d
"Kak Doreen hamil. Siap-siap angkat kaki dari Kediaman Burchan, Elena!"Seminggu setelah Elena memulihkan diri di rumah Nathan, dia menerima pesan itu dari Glenna.Glenna mengirimkan beberapa pesan sombong secara berurutan.Elena hanya membalas satu kata dengan santai, "Selamat."Kaedyn mengusap keningnya, dia benar-benar tidak menyangka Doreen akan hamil.Elena tersenyum tipis. Cukup bagus.Glenna mendengus ketika dia melihat balasan Elena yang singkat. Dia memandang Doreen. "Kak Doreen, apakah kamu sudah memberi tahu kakakku tentang kehamilanmu?"Doreen mengelus perutnya, matanya penuh kelembutan bercampur kepahitan. "Kakakmu sibuk dengan urusan pabrik di Kota Orlik akhir-akhir ini. Aku nggak ingin mengganggunya sekarang. Lagi pula, Glenna, aku nggak bisa memiliki anak ini."Setelah Doreen selesai berbicara, air mata mengalir di wajahnya.Glenna terkejut. "Kenapa kamu nggak bisa memilikinya?""Aku salah. Seharusnya nggak seperti ini, bagaimanapun juga kakakmu dan Elena masih berstatu
Nathan membalas, "Baiklah, dengan senang hati. Apakah kamu minum obat tepat waktu hari ini?"Elena tidak suka minum obat. Dia sangat lelet ketika minum obat.Nathan sekarang selalu bertanya apakah Elena sudah minum obat.Elena bergumam, "Sudah.""Tuan Nathan.""Salah panggil. Kakak Simpanan, Nate atau Kak Nate. Pilih salah satu."Nada malas pria itu terdengar sedikit serius.Elena tertawa terbahak-bahak.Dia sengaja mengganti pilihannya. "Paman, aku akan kembali ke Perumahan Sorenson lusa."Doreen hamil.Elena tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia kembali kali ini."Apakah kamu nggak senang?" Nathan mendengar dinginnya kata-kata Elena. Dia menjentikkan puntung rokoknya. "Apakah kamu nggak senang? Mau Paman hibur?"Mau Paman hibur?Nathan mengucapkan kalimat itu dengan sangat lembut.Jantung Elena berdebar kencang, dia sedikit mengernyit lalu menjelaskan, "Doreen sedang hamil. Aku nggak sedih. Kamu nggak perlu menghiburku. Aku hanya pusing."Nathan menyuruh Elena untuk menutup telep