Elena turun dari ranjang untuk menuang segelas air. Setelah minum beberapa teguk, dia pun meletakkan gelas.Elena bertanya, "Apakah kamu mengutus seseorang untuk menguntitku?"Adris mengangkat alisnya, tidak menjawab pertanyaan itu. Dia malah membahas Camila. "Aku sudah memasukkan Camila ke taman kanak-kanak."Dia menarik kembali kakinya yang panjang, kemudian mengungkit hal yang menyesakkan dada Elena. "Formulir bagian orang tuanya kosong."Elena menatap Adris melalui layar dengan dingin.Adris terdiam beberapa detik. "Hm? Kamu marah?"Elena tidak menjawab.Dia tahu bahwa Adris sedang memperingatkannya.Elena menutup panggilan video tanpa ekspresi.Adris tertawa, lalu bergumam sendiri. "Emosinya sama seperti Camila."Hari ini Adris mengantar Camila ke taman kanak-kanak. Ketika pulang dari taman kanak-kanak, Camila menemukan bahwa bebek kecilnya hilang. Dia begitu marah hingga tak menggubris Adris sepanjang malam.Gadis itu masih kecil, tetapi sudah bisa mengabaikan Adris sepanjang mal
Pukul tiga sore.Elena membawa buah tangan ke rumah sakit.Briana mendengar seseorang mengetuk pintu, jadi dia pergi untuk membuka pintu. Saat dia melihat Elena, senyumnya langsung menghilang. "Ternyata Nyonya Elena."Elena tidak menyangka akan bertemu Briana. Dia mengangguk. "Aku datang menjenguk Nyonya Sherlly."Briana sebenarnya tidak ingin Elena sering bertemu dengan anggota Keluarga Bronwyn.Sherlly bersandar di kepala ranjang. Ketika dia melihat Elena datang, dia berkata dengan lembut. "Briana, cepat biarkan tamu masuk."Briana menyingkir.Elena masuk sambil tersenyum.Setelah dia masuk, dia menemukan ada dua anak di dalam bangsal. Dia memiliki sebuah tebakan.Elena meletakkan buah tangan di atas meja lalu bertanya, "Nyonya Sherlly, bagaimana perasaanmu hari ini?""Penyakit lama. Maaf karena terjadi hal seperti ini di perjamuan."Sherlly sebenarnya merasa tidak enak.Elena menghiburnya dengan hangat. "Keluarga Kallias sangat senang Nyonya bisa datang ke perjamuan kami.""Duduklah
Elena tidak segera kembali ke perusahaan setelah meninggalkan rumah sakit. Dia meminta sopir untuk mengantarnya ke Kedai Kopi Ceria yang ada di depan.Dia memikirkan Kaedyn yang dia temui tadi.Elena perlahan mengangkat sudut bibirnya. Dia merasa jijik melihat Kaedyn.Setelah kehilangan baru berakting setia, ingin mengejar mantan istri kembali.Pria seperti itu tenggelam dalam perasaan yang dia sendiri pikir benar.Membuat diri sendiri terharu.Ada kata lain yang bisa digunakan untuk menggambarkannya, yaitu "murahan".Mobil berhenti.Hardy berbalik lalu bertanya, "Bu Elena, sudah tiba di Kedai Kopi Ceria."Elena menoleh untuk melihat Kedai Kopi Ceria lalu berkata, "Aku nongkrong sebentar."Hardy ingin keluar dari mobil untuk membuka pintu, Elena menolak.Elena mengenakan kemeja sederhana dan celana bahan hari ini. Perawakannya yang tinggi menarik perhatian beberapa pelanggan di kedai kopi saat dia masuk."Selamat datang."Bos, yang mengenakan kacamata tebal berbingkai hitam dan bertubu
Camila tidak tahu di mana ayahnya berada.Adris berlutut, lalu mengusap kepala Camila. "Setelah Camila dewasa, Paman Adris akan membawamu pergi menemui ayahmu.""Setelah dewasa?" Camila memiringkan kepalanya. "Kapan Camila tumbuh dewasa?""Sebentar lagi." Adris menggendong Camila. "Bebek kuning kecil yang Camila pelihara sudah pulang."Adris merasa bahwa semua bebek kuning kecil sama saja, anak kecil juga tidak bisa membedakan apakah bebek itu adalah bebek yang semula.Sesampainya di rumah, Camila meletakkan tas sekolahnya, mencuci tangan, kemudian pergi ke halaman belakang untuk melihat bebek kuning kecil dengan penuh semangat.Begitu bokong Adris menyentuh sofa, Camila berlari masuk, lalu berdiri di depan Adris dengan bibir cemberut dan mata berkaca-kaca. Dia mengeluh, "Paman Adris bohong, itu bukan bebeknya Camila.""Itu bayinya bebek kuning kecil. Camila harus memeliharanya dengan baik, mengerti?""Bayi?" Gadis kecil itu membuka matanya dengan takjub.Imut sekali."Benar, bayi. Sam
Kota Shaye terletak di sebuah negara kecil.Jalanan di kota ini tidak terlalu ramai pada pagi hari.Adris memilih tinggal di kota ini karena sepi.Pagi hari, setelah mengantar Camila ke taman kanak-kanak, dia mampir ke pasar untuk membeli sayuran.Malam ini, dia akan memasak telur orak-arik dengan wortel yang dibenci Camila, serta paha ayam yang Camila suka.Adris kembali ke rumah dengan membawa sekantong kecil sayuran. Sebelum membuka pintu, dia tiba-tiba menyadari sesuatu. Dia berbalik, lalu mendapati dirinya telah dikepung.Adris mengangkat alisnya dengan tenang. "Nathan yang mengutus kalian?"Yogy tidak berbicara.Adris mengedikkan bahu. Dia sudah tahu tanpa perlu menebak.Dia melepas masker dan kacamatanya, berpikir sejenak, lalu tiba-tiba mengerti. Pantas saja ....Nathan tidak dapat menemukannya selama lima tahun terakhir. Adris masih berpuas diri. Ternyata dia telah dikelabui.Namun, dia sudah membuat persiapan ditemukan oleh Nathan.Adris tersenyum dingin. "Telepon Nathan, ada
Elena keluar dari Restoran Reese, lalu melihat Nathan yang berdiri di depan pintu mobil.Cahaya menyinari wajah pria tersebut.Sudut bibirnya melengkung ke atas, menahan senyuman. "El-el, aku akan terbang ke Kota Shaye besok pagi untuk menjemput Camila."Pupil mata Elena mengecil, matanya langsung melebar.Pria itu berjalan ke hadapan Elena, mencubit telinganya, menariknya, lalu memanggil dengan lembut. "El-el, apakah kamu mendengarku?"Elena menelan ludahnya. "Coba katakan sekali lagi.""Aku akan pergi ke Kota Shaye besok untuk membawa putri kita kembali." Mata Nathan sedikit merah. Orang lain tidak dapat memahami perasaan bersalah yang dirasakan Nathan.Kejutan yang mendadak ini membuat Elena merasa dirinya sedang bermimpi.Dia telah hidup dalam mimpi buruk bernama Adris selama bertahun-tahun.Elena mengulurkan tangan untuk mencubit lengannya.Wajahnya mengernyit.Sakit, ini bukan mimpi.Nathan mengulurkan tangan untuk memeluk Elena, menggenggam bagian belakang kepala Elena, kemudian
"Paman Adris pergi ke tempat yang sangat jauh. Ibu akan menjemput Camila besok. Camila tidur nyenyak, oke?"Meskipun Nathan ingin melihat putrinya, sekarang sudah sangat malam.Selama Elena melakukan panggilan video, Nathan sengaja berdiri di samping kasur, jauh dari kamera.Elena menatap Nathan, lalu mereka tersenyum.Camila mengedipkan matanya yang sedikit merah. "Kapan Paman Adris kembali?"Adris telah membesarkan Camila selama empat tahun. Adris mungkin orang terdekat Camila.Elena mengedipkan matanya yang berkaca-kaca. "Paman Adris akan kembali setelah Camila dewasa."Camila mengangguk, kemudian menghirup napas. Dia jelas ingin menangis, tetapi dia berperilaku baik. "Sama seperti Ayah. Setelah aku dewasa, aku bisa melihat Ayah."Elena mengobrol dengan gadis kecil itu.Suara gadis kecil itu berangsur-angsur menjadi lebih kecil, kelopak matanya bergetar, kemudian dia pun tertidur.Nathan mengambil ponsel dari tangan Elena, lalu mematikan panggilan videonya.Dia memeluk Elena, kemudi
Kota Shaye.Ketika Nathan dan Elena tiba, mereka melihat Yogy yang tidak berdaya.Saat Yogy melihat mereka berdua, dia seperti melihat penyelamat."Bos, aku bersumpah kalau nggak akan punya anak setelah menikah.""..."Sudut bibir Nathan berkedut tanpa bisa berkata-kata.Elena berdeham, merasa hal ini ada hubungannya dengan putrinya.Yogy menggaruk rambutnya.Dia memutar otak sepanjang malam untuk memikirkan cerita anak serta menjawab ratusan ribu pertanyaan "kenapa". Hidupnya terasa putus asa.Yogy menyingkir, membiarkan mereka berdua masuk ke dalam rumah.Camila sedang menonton kartun di sofa. Saat dia melihat Elena, matanya yang awalnya menonton kartun langsung berkaca-kaca."Ibu!"Dia turun dari sofa, lalu bergegas menuju Elena dengan kaki pendeknya.Kemudian, dia digendong.Nathan khawatir gadis kecil itu akan menjatuhkan Elena, jadi dia refleks menggendong Camila.Nathan dan Camila seketika saling melihat.Camila masih meneteskan air mata. Saat dia melihat Nathan, dia merasa sena
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat