Camila tidak tahu di mana ayahnya berada.Adris berlutut, lalu mengusap kepala Camila. "Setelah Camila dewasa, Paman Adris akan membawamu pergi menemui ayahmu.""Setelah dewasa?" Camila memiringkan kepalanya. "Kapan Camila tumbuh dewasa?""Sebentar lagi." Adris menggendong Camila. "Bebek kuning kecil yang Camila pelihara sudah pulang."Adris merasa bahwa semua bebek kuning kecil sama saja, anak kecil juga tidak bisa membedakan apakah bebek itu adalah bebek yang semula.Sesampainya di rumah, Camila meletakkan tas sekolahnya, mencuci tangan, kemudian pergi ke halaman belakang untuk melihat bebek kuning kecil dengan penuh semangat.Begitu bokong Adris menyentuh sofa, Camila berlari masuk, lalu berdiri di depan Adris dengan bibir cemberut dan mata berkaca-kaca. Dia mengeluh, "Paman Adris bohong, itu bukan bebeknya Camila.""Itu bayinya bebek kuning kecil. Camila harus memeliharanya dengan baik, mengerti?""Bayi?" Gadis kecil itu membuka matanya dengan takjub.Imut sekali."Benar, bayi. Sam
Kota Shaye terletak di sebuah negara kecil.Jalanan di kota ini tidak terlalu ramai pada pagi hari.Adris memilih tinggal di kota ini karena sepi.Pagi hari, setelah mengantar Camila ke taman kanak-kanak, dia mampir ke pasar untuk membeli sayuran.Malam ini, dia akan memasak telur orak-arik dengan wortel yang dibenci Camila, serta paha ayam yang Camila suka.Adris kembali ke rumah dengan membawa sekantong kecil sayuran. Sebelum membuka pintu, dia tiba-tiba menyadari sesuatu. Dia berbalik, lalu mendapati dirinya telah dikepung.Adris mengangkat alisnya dengan tenang. "Nathan yang mengutus kalian?"Yogy tidak berbicara.Adris mengedikkan bahu. Dia sudah tahu tanpa perlu menebak.Dia melepas masker dan kacamatanya, berpikir sejenak, lalu tiba-tiba mengerti. Pantas saja ....Nathan tidak dapat menemukannya selama lima tahun terakhir. Adris masih berpuas diri. Ternyata dia telah dikelabui.Namun, dia sudah membuat persiapan ditemukan oleh Nathan.Adris tersenyum dingin. "Telepon Nathan, ada
Elena keluar dari Restoran Reese, lalu melihat Nathan yang berdiri di depan pintu mobil.Cahaya menyinari wajah pria tersebut.Sudut bibirnya melengkung ke atas, menahan senyuman. "El-el, aku akan terbang ke Kota Shaye besok pagi untuk menjemput Camila."Pupil mata Elena mengecil, matanya langsung melebar.Pria itu berjalan ke hadapan Elena, mencubit telinganya, menariknya, lalu memanggil dengan lembut. "El-el, apakah kamu mendengarku?"Elena menelan ludahnya. "Coba katakan sekali lagi.""Aku akan pergi ke Kota Shaye besok untuk membawa putri kita kembali." Mata Nathan sedikit merah. Orang lain tidak dapat memahami perasaan bersalah yang dirasakan Nathan.Kejutan yang mendadak ini membuat Elena merasa dirinya sedang bermimpi.Dia telah hidup dalam mimpi buruk bernama Adris selama bertahun-tahun.Elena mengulurkan tangan untuk mencubit lengannya.Wajahnya mengernyit.Sakit, ini bukan mimpi.Nathan mengulurkan tangan untuk memeluk Elena, menggenggam bagian belakang kepala Elena, kemudian
Pada hari jadi pernikahannya, Elena Wimbrow pergi ke dokter kandungan sendiri.Di rumah sakit, dia melihat suaminya memeluk wanita lain.Wanita itu bersandar di dalam pelukan suaminya sembari berkata, "Kaedyn, terima kasih sudah menemaniku ke rumah sakit."Kaedyn menyayangi wanita itu, dia menyuruh Elena pergi membeli cokelat.Elena tiba-tiba tersenyum, lalu memindahkan tangannya dari perutnya.Kebetulan dia ingin melakukan aborsi di rumah sakit lain....Kali ini Elena datang ke rumah sakit untuk melakukan aborsi.Dia mengambil nomor antrean, kemudian mengantre.Ada beberapa pasang suami istri di sekeliling. Semua ibu hamil ditemani oleh suami mereka.Hanya Elena yang datang untuk melakukan aborsi, itu agak menyedihkan.Dua bulan yang lalu, Elena menemani Kaedyn pergi dinas.Mereka menghadiri sebuah perjamuan.Elena mabuk. Begitu dia bangun di pagi hari, hanya ada dia sendiri di dalam kamar hotel.Kamar hotel itu penuh dengan aroma percintaan.Pakaian berserakan di lantai.Ada pakaian
Elena menghentikan mobil di pinggir jalan. Dengan tenang, dia menyangkal pertanyaan hamil dari Kaedyn. "Aku nggak hamil, hanya sedikit nggak enak lambung beberapa hari terakhir."Kaedyn bersandar di lemari pakaian, lalu dia mencibir dengan tatapan datar. "Sebaiknya kamu nggak membohongiku, Elena. Sekarang nggak zaman menjadi istri orang kaya dengan cara hamil."Jantung Elena seperti tercubit. Bisa-bisanya Kaedyn berpikir serendah itu tentang dirinya.Elena menyentuh perut datarnya sambil berujar dengan nada datar, "Bagaimana mungkin aku hamil, Pak Presdir? Malam itu kita menggunakan kondom, seharusnya kualitasnya bagus, nggak bocor."Kaedyn mengangkat kelopak matanya.Dia mengadakan rapat sepanjang pagi.Begitu siang, Elena membawa secangkir kopi ke kantor Kaedyn.Elena juga meletakkan dokumen tentang Evaristo Entertainment yang Kaedyn minta beberapa hari lalu di atas meja pria itu.Pandangan Elena melintas dari dokumen tentang Evaristo Entertainment itu.Dari dulu hingga sekarang indu
Kaedyn berdiri bersama mantan pacarnya, wanita itu memeluk lengannya.Dia hanya melihat Elena diganggu oleh pria lain.Ada yang bilang kalau seorang pria benar-benar mencintaimu, dia akan posesif terhadapmu.Di bawah cahaya kuning yang hangat, Elena merasa hatinya seperti terkoyak.Nicholas mengira Elena berbohong padanya, jadi dia pun melontarkan ejekannya. "Pak Kaedyn sedang menemani wanita cantik itu. Jangan mencoba berbohong padaku. Sekretaris Elena, bagaimana kalau kita mengobrol di tempat lain?"Elena memandang Kaedyn lalu dia bertanya dengan nada tenang, "Pak Kaedyn, Tuan Nicholas bertanya apakah Bapak sudah bosan dengan saya?Elena menatap Kaedyn dengan tenang.Dia menunggu jawaban pria itu.Kaedyn menggandeng tangan Doreen, kemudian berjalan melewati Elena.Pada saat itu, Elena mengerti bahwa jawaban Kaedyn tidak lagi penting.Doreen berbalik lalu menjelaskan dengan senyum cerah, "Kak Nicholas, hubungan antara Kae dan Sekretaris Elena hanyalah atasan dan bawahan. Jangan bicara
Kaedyn meminta Martin untuk mengantar Elena kembali ke Perumahan Sorenson dulu.Elena duduk di dalam mobil sambil melihat dua orang yang berpelukan di luar cafe itu melalui jendela.Sepertinya Kaedyn sedang menghibur Doreen.Sudut bibir Elena terangkat. Dia merasa sedih sekaligus lega.Saat Elena meminta Glenna untuk membuat janji temu dengan Doreen tadi malam.Dia sudah menduga bahwa Glenna pasti akan memberi tahu Kaedyn tentang pertemuannya dengan Doreen di Kafe Holen.Sesuai dugaan Elena.Semua itu ada di dalam rencananya.Martin mengendarai mobil. Ketika mereka berhenti di lampu merah, dia menoleh ke arah Elena lalu bertanya, "Sekretaris Elena, kamu begitu pintar, untuk apa kamu membuat Bos marah?"Mereka telah kerja bersama selama lima tahun.Martin menyaksikan betapa Elena merawat Kaedyn dengan sepenuh hati.Demi menjaga perut Kaedyn dengan baik, Elena belajar memasak setiap malam setelah pulang kerja.Elena telah mengembangkan keterampilan memasaknya hingga sebanding dengan koki
"Apakah kamu yakin? Apakah kalian sudah periksa di rumah sakit?" Neneknya Kaedyn masih tidak menyerah.Elena keluar dari toilet. Hanya dia yang tahu betapa gugup dan gelisahnya dia saat ini."El, apakah kamu hamil?"Neneknya Kaedyn melihat perut Elena sambil bertanya dengan gembira.Elena menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Nenek, aku sudah periksa di rumah sakit. Lambungku hanya sedikit bermasalah."Neneknya Kaedyn sedikit kecewa, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa memaksakan hal ini. "Kamu harus menjaga tubuhmu dengan baik dan memperhatikan kebiasaan makanmu."Elena mengangguk. Saat dia menyuapi neneknya Kaedyn makan buah, Kaedyn keluar untuk mengangkat telepon.Setelah Elena membujuk neneknya Kaedyn untuk menghabiskan buahnya dan mengobrol sebentar dengan sang nenek, dia pun membawa mangkok kosong itu keluar.Ketika Elena melewati ruang tunggu, dia kebetulan mendengar Glenna yang menertawakannya."Kak, di luar bangsal tadi aku mendengar Nenek mendesak kalian untuk punya ana