Untungnya, ada beberapa pakaian yang disimpan di ruang istirahat kantor.Setelah Bourne menghabiskan roti lapisnya dalam dua gigitan, kemudian menyikat giginya, dia dengan cepat berganti pakaian di bawah tatapan mata Elena.Dia keluar dari ruang tunggu, lalu melihat Elena menunggu dengan dasi merah tua di tangannya.Bourne mengangkat dagunya. "Bu Elena, apakah kamu nggak merasa bahwa dasi berwarna maron itu jelek?"Elena berdiri di depan Bourne sambil memakaikan dasi dengan cepat. "Penilaianmu buruk."Bourne menunduk untuk menatap wanita di depannya, lalu membuang muka. "Tiba-tiba aku menyadari sesuatu."Elena mengangkat pandangannya. "Hm?"Bourne menghela napas. "Aku sangat hebat."Sekretaris wanita yang dia pekerjakan terlalu mencolok.Membuat matanya sakit.Nyeri dada.Elena mengabaikan perkataan Bourne yang tidak jelas.Dia melihat jam lalu berkata, "Sudah waktunya berangkat."...Mereka yang datang untuk berpartisipasi dalam KTT Teknologi Kota Burgan hari ini adalah pemimpin indus
Begitu Elena menampar wajah Kaedyn, ponselnya berdering.Panggilan telepon dari Bourne.Elena menjawab telepon, membuka pintu tangga darurat, kemudian berjalan keluar. "Aku akan menunggumu di depan."Elena menutup telepon, kemudian menelepon Jack memintanya untuk mengemudikan mobil ke depan pintu.Bourne keluar dari hotel. Jack membukakan pintu mobil untuknya. Dia membungkuk lalu masuk. Bourne menghela napas dengan nyaman. "Akhirnya pulang kerja."Dia melepas dasinya, kemudian melemparkannya ke kursi, kebetulan dia melihat lengan Elena.Ada tanda merah yang terlihat jelas di lengannya."Apa yang terjadi dengan lenganmu?"Elena melihat lengannya. "Bukan apa-apa."Bourne mengangkat alisnya tetapi tidak menggali lebih dalam. "Jack, ke tempat Nina."Jack yang sedang menyetir, mengiakan."Aku mendengar dari Nina, katanya sebelumnya ketika kamu pergi ke mal bersamanya, kamu menggunakan kartu pacarmu untuk membeli pakaian sampai miliaran.""Hm, kenapa?"Elena mengirim pesan kepada Nathan, men
"Tutup pintunya, kembali ke Perumahan Clurkin."Sopir menutup pintu.Keadaannya agak berbahaya.Martin hanya bisa berharap tidak terjadi hal di luar kendali ke depannya....Doreen sedang dalam suasana hati yang baik hari ini, jadi dia pulang lebih awal.Dia sedang bermain dengan putrinya di ruang tamu.Kaedyn masuk, kemudian Doreen berdiri dengan gembira. Dia berjalan mendekat, lalu melihat bekas tamparan di wajah Kaedyn. "Kenapa kamu terluka?""Tolong ambilkan kotak P3K," kata Doreen kepada kepala pelayan."Nggak perlu, ini akan sembuh sendiri."Setelah Kaedyn selesai berbicara, dia melangkah ke lantai atas.Doreen mengikuti Kaedyn ke atas, lalu mereka masuk ke kamar tidur.Saat Kaedyn membawa pakaiannya ke kamar mandi untuk mandi, Doreen melirik ke arah kamar mandi.Dia mengeluarkan ponselnya, keluar dari kamar tidur, kemudian menelepon Martin.Begitu panggilan tersambung, Doreen langsung bertanya, "Pak Martin, aku ingin bertanya, siapa yang menampar Kaedyn?"Martin sudah menduga ba
Elena memegang setir sambil terkekeh. "Waktu beli untuk Bourne, sekalian beli."Kata-kata Elena hampir membuat pinggangnya sendiri remuk.Pria terkadang bisa gampang cemburu.Keesokan harinya, Elena bangun pagi-pagi sekali.Elena sangat bersemangat untuk membeli sesuatu.Nathan memejamkan mata, mengangkat tangannya untuk menahan Elena yang hendak bangun."Tidur sebentar lagi."Nathan berkata dengan mata terpejam.Elena yang terus berteriak pada Nathan untuk berhenti tadi malam lebih lincah dari dirinya hari ini.Nathan tidak akan mengakui bahwa staminanya telah berkurang.Lengan yang kuat menempel di pinggang Elena. Karena tidak bisa bangun, Elena pun berbalik untuk menghadap Nathan.Elena hanya menatap tanpa bersuara.Mungkin tatapan Elena terlalu intens, Nathan merasakannya. Dia pun membuka matanya yang sangat gelap.Telapak tangan Nathan yang hangat menyentuh punggung Elena, suaranya sedikit serak. "Hari ini Sabtu. Untuk apa kamu bangun pagi-pagi?"Elena, "Aku akan membeli seekor ke
Nathan menatap Elena. "Aku nggak secemburuan itu. Aku hanya khawatir dia menyakitimu."Elena tidak memercayai kalimat pertama Nathan. Nathan pasti cemburu.Kalau kalimat terakhirnya, Elena percaya.Elena menghapus pesan itu, kemudian mencium Nathan.Dia tersenyum, lalu mencari toko yang jual motor listrik melalui internet.Nathan mengeluarkan ponselnya untuk mengirim pesan kepada Leon: "Grup Burchan memiliki cabang di luar negeri. Buat Kaedyn pergi ke luar negeri selama ini."Sungguh mengganggu.Elena menemukan beberapa toko yang menjual motor listrik.Dia berkeliling tiga toko, akhirnya membeli sebuah motor listrik merah dengan harga bagus."Ayo naik, Tuan Nathan. Kita akan pulang naik ini."Elena mengangkat kakinya yang panjang, duduk di depan, kemudian menepuk kursi belakang, meminta Nathan untuk bangun.Kaki Nathan lebih panjang dari kaki Elena.Dia duduk, motor listrik itu menjadi lebih kecil."Pegang pinggangku, kita berangkat!"Elena mengendarai motor seperti ini dengan gembira,
Setelah Luna meninggalkan Kediaman Henzel, pikiran pertamanya adalah pergi ke kantor polisi untuk meminta klarifikasi Zahra.Bukankah Elena sudah setuju untuk menyelamat Grup Henzel?Kenapa keadaannya menjadi seperti ini?Memikirkan Elena, tatapan Luna menjadi penuh kebencian.Wajah Zahra menunjukkan kegembiraan ketika dia melihat putrinya datang menemuinya. "Luna, tolong bantu Ibu temui Elena untuk minta dia mencabut gugatannya."Mata Luna memerah. "Ibu, apa yang terjadi? Kenapa Elena menuntut Ibu?""Aku mengancamnya dengan foto dia di panti asuhan. Kalau tahu begini seharusnya aku nggak membawanya ke Keluarga Henzel. Dasar gadis yang nggak tahu berterima kasih. Aku seharusnya membiarkannya mati di panti asuhan."Zahra adalah orang yang menganggap penting harga diri. Dia tidak pernah menyangka bahwa suatu hari dia akan dituntut oleh putrinya sendiri.Bahkan dipenjara.Dia sangat marah.Luna tertegun. "Foto apa?"Zahra mendengus dingin. "Dia disukai oleh dekan panti asuhan. Dekan tua i
Elena berbalik untuk melihat Nathan. "Oke."Nathan mengulurkan tangan untuk mengambil celemek, berdiri di belakang Elena, menurunkan pandangannya, kemudian mengenakan celemek itu pada Elena. Talinya melingkari pinggang Elena, lalu diikat.Nathan bertanya dengan suara rendah. "Apakah terlalu kencang?"Elena menunduk, memperlihatkan bagian belakang lehernya yang indah. "Nggak, pas."Nathan membungkuk untuk mengisap leher Nathan.Lalu Nathan diusir dari dapur.Pintu dapur tertutup.Janine melirik ke arah Nathan yang diusir dengan penasaran, kemudian lanjut menonton TV.Elena memasak dengan cepat.Untuk tiga orang, Elena memasak empat lauk dan satu sup.Penuh warna dan wangi.Nathan melihat hidangan di atas meja. Mengingat dulu Kaedyn menikmati semua ini, dia merasa kesal.Mulai sekarang semua ini menjadi miliknya.Nathan menatap Elena yang ada di seberangnya.Wanita itu memiliki senyuman yang indah.Elena mengangkat pandangannya, lalu melihat Nathan sedang menatapnya.Apakah Nathan bisa k
Nathan mengambil handuk yang diserahkan Leon, kemudian menyeka darah di tinjunya dengan perlahan.Sulien sudah terbaring setengah mati di lantai.Saran Sulien untuk Julius telah melewati batas toleransi Nathan.Hal ini terkait nyawa Elena-nya.Miliknya.Sulien, yang terbaring di lantai, mungkin dikira sudah mati jika tidak melihat dadanya masih naik turun.Mata Julius melebar karena ngeri. Dia menatap pria di depannya dengan gemetar.Nathan menghampiri Julius, menatapnya dengan tatapan merendahkan.Julius ingin mundur, tetapi dia ditekan oleh pengawal."Lebih baik menderita atau uang?"Nathan menyerahkan handuk kepada Leon, kemudian bertanya pada Julius dengan santai.Tentu saja dia tidak membutuhkan jawaban Julius.Dia hanya mau membuat Julius takut.Bagaimanapun, Julius masih ada gunanya.Siapa yang mencoba menyakiti Elena sebenarnya?Tatapan Nathan menjadi dingin.Dia berjalan ke meja kopi, membungkuk untuk memasukkan kotak makan yang diberikan Elena ke dalam kantong, kemudian memba
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat