Bibir tipis Nathan mengulas senyum."Kenapa kamu nggak tinggal di Vila De Gaia?"Elena mengerang, menggigit bahu Nathan untuk menahan erangannya."Vila itu sudah diberikan kepada Briana. Lagi pula, bukan aku yang membeli vila itu."Nathan menjelaskan.Namun, saat ini dia tidak boleh menjelaskan terlalu banyak....Dua jam kemudian, Nathan membawa Elena keluar dari kamar mandi, kemudian membaringkannya di tempat tidur.Nathan menarik selimut untuk menutupi kaki Elena yang menggoda.Elena memejamkan matanya, lalu berkata dengan malas. "Tuan Nathan, tolong tutup laptopku. Terima kasih."Acara "Ayo Nyanyi Bersama" telah berakhir. Elena mendengar tim program mengumumkan bahwa pemenang Penghargaan Pendatang Baru episode ini adalah Jules ketika dia berada di kamar mandi.Hm, entah malam ini Doreen bisa tidur atau tidak.Kalau Elena sudah pasti tidur nyenyak.Nathan meredupkan lampu di nakas dulu, lalu pergi membantu Elena mematikan laptop.Pria itu mengulurkan tangannya untuk memeluk Elena er
Keesokan harinya, Doreen bangun dan menemukan bahwa Kaedyn telah pergi ke perusahaan.Dia melihat jam.Kenapa Kaedyn pergi ke perusahaan sepagi ini?Dia mengambil ponselnya dari nakas untuk menelepon Martin.Martin mengangkat panggilan telepon, lalu menatap Kaedyn. "Nona Doreen?"Doreen berkata dengan hangat. "Pak Martin, aku ingin meminta bantuanmu."Martin menjawab, "Katakan.""Bantu aku mencari tahu identitas asli Sunset," kata Doreen dengan senyum dingin, tetapi suara lembut."Oke."Doreen mengucapkan terima kasih, lalu menutup panggilan telepon.Martin menceritakan hal ini kepada Kaedyn.Kaedyn melihat dokumen di tangannya sambil menjawab tanpa mengangkat kepalanya. "Hm. Kirim surat undangan kepada CEO LB pukul tujuh besok malam."Martin mengiakan lalu keluar dari kantor....Elena bangun jam enam pagi ini dengan perasaan segar.Hari ini dia jarang-jarang bangun pagi.Nathan juga terbangun ketika Elena bangun. "Pagi sekali."Dia baru saja bangun, jadi suaranya serak."Hm, aku mau
Nathan memakai earphone Bluetooth. Dia membaca dokumen sambil berkata dengan malas. "Sibuk."Brandon tidak percaya. "Begitu sibuk?""Hm." Nathan hendak menutup telepon, tetapi tiba-tiba teringat sesuatu. "Hadiah apa yang harus diberikan untuk membuat perempuan senang?"Dia bertanya dengan suara tenang."Yo, langka sekali." Brandon paling tahu soal itu. "Kasih berlian, barang bermerek, rumah ...."Sebelum dia selesai berbicara, Nathan sudah menutup panggilan telepon.Brandon, "?"Apakah Nathan tidak puas dengan jawabannya atau kenapa?Brandon memahami karakter Nathan. Nathan tidak cocok dengan saran Brandon.Di Teknologi Jepson.Elena baru saja keluar dari kantor CEO ketika ponselnya berdering.Panggilan telepon dari resepsionis."Bu Elena, seorang pria bernama Pak Leon mengantar barang untukmu."Pak Leon? Asisten Nathan?Elena menjawab resepsionis. "Aku akan turun sekarang, tolong suruh dia tunggu aku sebentar. Terima kasih."Elena menyimpan ponselnya lalu naik lift ke bawah.Ketika di
Zahra berpikir apakah dia harus menunggu Elena di Victoria Residence.Namun, dia menolak gagasan itu."Jangan cemas, Luna." Zahra menyuruh putrinya untuk tidak khawatir, lalu dia mengeluarkan ponselnya."Karena kita nggak bisa menemuinya di rumahnya, pasti ada tempat lain. Aku akan bertanya kepada seseorang."Tak lama kemudian orang asing di ujung telepon membalas pesan Zahra."Bu Elena adalah karyawan Teknologi Jepson, sekretaris CEO."Zahra agak terkejut mendapati Elena bekerja di Jepson.Kebetulan."Aku akan menemuinya di Teknologi Jepson sekarang.""Ibu, bagaimana kalau Elena menolak untuk mengeluarkan uangnya?" tanya Luna dengan cemas."Jangan khawatir, dia akan setuju." Zahra tersenyum lalu berkata dengan datar. "Kalau dia nggak mau malu, dia akan setuju untuk mengeluarkan uangnya."Zahra rela mempertaruhkan segalanya demi putri kecilnya.Luna bersandar di bahu Zahra, terisak sambil bersikap manja. "Ibu memang baik padaku."...Elena menerima panggilan telepon dari resepsionis ya
"..."Zahra menarik napas dalam-dalam. Sepertinya dia tidak bisa membuat Elena berkompromi dengan budi jasa."Elena, bagaimanapun juga, Luna adalah adikmu. Kalau kamu nggak membantu, dia akan menikah dengan pria yang tiga puluh tahun lebih tua darinya. Nggak bisakah kamu membantunya?""Toh bukan adik kandung. Bagus juga menikah dengan pria yang lebih tua, dia akan disayangi." Elena tersenyum, sama sekali tidak iba.Zahra sangat tidak senang, sikapnya menjadi dingin. "Intinya kamu nggak mau bantu ya?""Ya." Elena mengangguk."Kalau begitu, jangan salahkan aku bersikap kejam."Zahra memandang Elena dengan tatapan rumit, kemudian dia berkata dengan nada dingin. "Kalau kamu nggak mau semua orang tahu kamu pernah dilecehkan oleh dekan panti asuhan, berikan empat belas triliun kepada Keluarga Henzel."Ekspresi santai Elena memudar. "Apa katamu?"Dia bahkan tidak memanggil "Bu Zahra" lagi.Zahra berkata dengan nada dingin. "Meskipun kamu kehilangan ingatan, beberapa hal pernah terjadi. Kenyat
Elena tidak melewatkan tatapan bersalah Zahra.Dia dengan berani menebak, "Dekan yang mengirim foto itu kepadamu, 'kan?"Zahra tidak menjawab pertanyaan Elena. "Jangan pedulikan bagaimana aku mendapatkan foto ini. Intinya, apakah kamu sudah mempertimbangkannya?"Elena terdiam, lalu tersenyum, "Kalau begitu jawab pertanyaanku dulu.""Aku nggak tahu siapa yang mengirimkannya kepadaku," jawab Zahra dengan dingin. "Aku juga lupa tahun berapa foto ini dikirim."Elena melihat ke bawah. "Biarkan aku memikirkannya selama dua hari."Melihat Elena menunjukkan tanda-tanda kompromi, Zahra tersenyum tipis lalu berkata, "Enam triliun sudah cukup untukmu hidup nyaman. Tenang saja, aku nggak akan menyebarkan fotonya.""Kamu pulang dulu, aku harus bekerja." Sikap Elena dingin.Setelah Zahra mendapatkan jawabannya, dia pun membawa tasnya pergi tanpa tinggal lebih lama. Foto itu untuk Elena.Ruang rapat tersisa Elena.Sangat hening.Dia tiba-tiba terkekeh.Sebenarnya Elena punya tebakan lain.Apa pun teb
Mereka berdua tidak terlalu mengenal satu sama lain. Nina agak kesal pada awalnya, tetapi ketika dia membeli sesuatu, lalu Elena pergi untuk menggesek kartu, dia menjadi senang.Doreen tidak menyangka akan bertemu Elena."Bu Elena, aku ingin membeli gaun ini. Pergi bayar."Ketika Elena pergi untuk menggesek kartu, Nina mengambil gaun itu, kemudian bercermin lagi.Doreen melihat rok yang ada di tangan Nina sambil tersenyum padanya. "Gaunnya sangat indah."Nina berbalik, kemudian melihat seorang wanita mengenakan kacamata hitam yang tampak familiar. "Terima kasih.""Apakah kamu teman Elena?""Kamu kenal Bu Elena? Kami bukan teman. Dia adalah sekretarisnya priaku."Mata Doreen sedikit berkedip.Elena benar-benar menyedihkan, bisa-bisanya dia menemani pacar bosnya berbelanja.Elena kembali setelah membayar tagihan. Ketika dia melihat Doreen, dia berpura-pura tidak mengenal Doreen.Dia memandang Nina sembari bertanya, "Nona Lina, apakah kamu masih ingin berbelanja?"Nina masih ingin berbela
Begitu Nathan meletakkan tangannya pada kancing bra Elena, ponsel Elena berdering.Nathan ingin mematikannya.Namun, Elena menghentikannya.Itu adalah panggilan telepon dari Janine.Janine mengajak Elena untuk pergi ke tempat biliar.Teman paling penting.Pria bisa mundur untuk sementara.Elena mengiakan ajakan Janine. Setelah menutup telepon, dia berhasil membujuk Nathan yang memasang ekspresi masam untuk pergi.Dia segera mengganti roknya dan pergi ke ruang biliar untuk menemui Janine."Kak El, di sini."Janine melambaikan tangan kecilnya.Ruang biliar telah dipesan oleh Janine malam ini.Pria dan wanita, semuanya memakai pakaian dan aksesoris bermerek.Orang-orang di tempat itu adalah anak orang kaya dalam lingkaran sosial tersebut.Elena melirik mereka. Dia pernah melihat beberapa orang-orang ini ketika dia menemani Kaedyn ke jamuan makan sebelumnya.Sebenarnya ketika Elena tiba di ruang biliar, ada dua pria menerima kabar tersebut.Salah satunya adalah Nathan yang dibujuk kembali