Kemeja hitam lengan pendek, celana hitam.Mamba hitam di lengannya terlihat.Dia menoleh ke arah Elena.Elena tersenyum lalu berkata, "Tuan Nathan, kamu nakal sekali."Elena jelas membujuk Nathan untuk kembali ke hotel, tetapi pria ini malah datang menjemputnya.Lampu jalan menyinari wajahnya yang cerah.Jantung Kaedyn yang duduk di dalam mobil berdebar kencang. Dia memerintahkan sopir dengan suara serak. "Jalan."Sebuah mobil melaju, melewati pintu masuk tempat biliar.Ada seorang pria yang menggendong seorang wanita di punggungnya.Nathan menahan pantat Elena, menggendongnya dengan mantap. Punggungnya terasa hangat.Punggung Nathan lebar.Napas Elena menerpa telinganya.Nathan menoleh untuk melihat Elena. "Pulang?"Elena tiba-tiba memonyongkan bibir merahnya. "Cium dulu."Nathan mengeluarkan kekehan seksi.Tangannya yang ada di pinggul Elena menegang sejenak, kemudian mengendur. "Jangan cari mati, wanita."Elena menutup mulutnya, lalu tertawa terbahak-bahak.Ucapan taipan yang klasik
Nathan, yang dadanya ditusuk, membuka matanya tanpa daya.Dia terlihat sedikit malas.Dia membangunkan Elena yang ada di dalam pelukannya. "Kamu sudah mau terlambat."Semalam mereka bertarung hingga akhir.Elena benar-benar tidak tahan lagi, jadi dia membuat alasan ada rapat besok pagi agar Nathan berhenti.Elena yang semula ingin lanjut tidur terpaksa bangun karena panggilan telepon Bourne.Bourne mendesaknya untuk pergi ke perusahaan lebih awal hari ini.Orang-orang dari Grup Burchan datang ke perusahaan.Hubungan antara Jepson dan Grup Burchan adalah persaingan sekaligus kerja sama."Kamu nggak mau kerja, ingin aku nafkahi?"Nathan sudah bangun. Dia mengancing kemeja sambil melihat Elena.Elena menyipitkan matanya lalu menguap. "Nggak perlu."Dia bangun sambil memegang selimut.Nathan memakai arlojinya, berjalan mendekat, kemudian menaikkan tali Elena yang melorot dari bahu.Ujung jari Nathan yang sedikit panas menyentuh bahu mulus Elena.Elena gemetar, lalu segera turun dari tempat
Setelah selesai membahas bisnis, dia mulai mengkritik orang.Semua orang tahu bahwa Bourne adalah musuh Kaedyn.Mereka tidak menyukai satu sama lain."Informasi Pak Bourne sangat cepat. Aku sampai curiga ada orang Pak Bourne di Grup Burchan."Kaedyn berkata dengan tenang."Kalau begitu kamu curiga saja." Bourne menyeringai. "Bu Elena, aku lapar. Ayo makan. Apakah Pak Kaedyn mau ikut dengan kami?"Kaedyn mengangguk. "Oke."Bourne mengangkat sebelah alisnya. Dia hanya berbasa-basi.Elena mengirim lokasi restoran itu ke Martin, lalu mereka berkendara ke restoran, Elena dan Bourne naik mobil lain.Elena menelepon restoran untuk melaporkan jumlah orang yang bertambah."Aneh, kenapa Kaedyn tiba-tiba mau makan bersama kita?"Bourne menunggu Elena menutup panggilan telepon sebelum berkomentar.Dia mengunyah permen karet sambil menatap Elena.Elena menjawab dengan malas. "Nggak tahu."Mata Bourne tertuju pada leher Elena, lalu dia tersenyum penuh arti. "Sepertinya Bu Elena mengalami malam yang
Bourne pergi ke Vila De Gaia secara mendadak.Briana memandang perutnya. Gaun yang dia kenakan hari ini lebih longgar."Kak Bourne, kenapa kamu tiba-tiba mendatangiku? Langka sekali."Briana tersenyum hingga alisnya melengkung.Melihat wajah Briana yang kemerahan, Bourne merasa lega. "Kupikir kamu akan sedih, jadi aku datang melihat kondisimu.""Apa?" Briana bingung."Tuan Nathan dan Elena," jawab Bourne.Briana mengatupkan bibirnya lalu menunduk. "Aku baik-baik saja, Kak Bourne."Briana tidak menjelaskan.Bourne berdiri, kemudian menatap Briana. "Kamu bisa meneleponku kalau kamu butuh sesuatu."Briana mengantar Bourne ke depan, melihat mobil itu pergi, lalu masuk ke dalam rumah.Tangan Briana menyentuh perutnya sendiri.Dia sedang memikirkan satu hal dalam pikirannya....Makan malam Keluarga Henzel malam ini sungguh mewah."Suamiku, Elena akan mentransfer uangnya besok."Zahra mengambil hidangan favorit Kairo untuk suaminya itu."Kamu sudah bekerja keras selama ini."Kairo menyukai s
Elena tidak tahu kapan pria itu menutup telepon.Elena menyandarkan punggungnya ke dada Nathan, tubuhnya masih gemetar karena sisa kehangatan."Katakan, kenapa kamu begitu aktif hari ini?"Nathan menyandarkan dagunya di bahu Elena sambil memegang pinggang Elena.Dia menekan Elena ke bawah dirinya."Karena Tuan Nathan sangat tampan ketika bertelepon." Elena menyipitkan mata dan sedikit terengah-engah. Dia tidak mengatakan yang sebenarnya. "Aku ingin mandi."Nathan mencubit dagu Elena, memutar kepala Elena, kemudian menatap wajahnya.Elena langsung memutar matanya. "Mandi. Aku nggak akan aktif lagi lain kali. Kamu berpikir terlalu banyak. Hati-hati, banyak berpikir bisa cepat tua."Nathan tidak melihat apa pun dari wajah Elena.Mereka berdua pergi mandi bersama. Setelah mandi, mereka berdua duduk di sofa sambil menonton film.Lebih tepatnya, Elena menonton, Nathan menemani."Film hantu ini sangat menakutkan."Elena berpura-pura ketakutan dengan wajah tanpa ekspresi, lalu menarik jubah ma
Zahra baru saja masuk ke dalam mobil.Lalu dia menerima pesan lain dari orang asing.Bukan orang asing yang tadi membeli foto Elena, melainkan orang lain.Orang asing: "Bu Zahra, aku akan menghabiskan dua ratus miliar untuk membeli informasi Elena di panti asuhan."Zahra agak terkejut saat melihat nominal tersebut.Berapa banyak musuh yang Elena miliki sebenarnya?Sungguh sial.Zahra: "Empat ratus miliar, aku bisa menjual sebuah foto untukmu."Orang lain: "Hanya satu foto nggak mungkin bernilai empat ratus miliar."Zahra ragu sejenak, berpikir sebelum membalas: "Enam ratus miliar, aku jual juga cadangannya."Orang asing: "Sepakat."Silas menunjukkan ponselnya kepada Elena lalu berkata, "Nona Elena."Silas adalah salah satu pengawal Elena.Pengawal yang diganti oleh Nathan setelah Elena mengalami kecelakaan.Elena membaca pesan itu, kemudian mengembalikan ponselnya. "Terima kasih. Aku akan mentransfer enam ratus miliar ke dia. Tolong ambilkan cadangannya."Elena repot-repot begini demi
Elena tidak tahu harus bagaimana menggambarkan perasaannya.Setelah dia selesai membuat catatan, keluar dari kantor polisi, dia duduk di dalam mobil. Tubuhnya masih berkeringat.Bibirnya pucat.Cepat atau lambat, orang-orang itu akan tahu bahwa Elena-lah yang menelepon polisi.Hari di mana mereka meninggalkan panti asuhan, Elena dan Joshua dengan naif ingin lapor polisi.Mereka tidak berani pergi karena satu hal.Yaitu orang-orang itu terlalu kejam.Nyawa manusia adalah simbol uang di mata mereka.Elena menyalakan mobil sambil menggigit bibir merahnya, tidak ingin lagi mengingat hal-hal menyakitkan itu....Zahra menjual foto Elena dan cadangannya.Akhirnya ditukar dengan enam ratus empat puluh miliar.Dia masuk ke dalam rumah. Begitu melihat Kairo, Zahra seketika tidak tahu bagaimana menjelaskannya."Kapan dia bilang dia akan mentransfer uangnya?" tanya Kairo dengan cemberut.Wajah Zahra menegang sejenak, lalu dia berkata, "Suamiku, maaf, aku ditipu olehnya."Dada Kairo naik turun. Ma
Pagi hari, jam delapan.Semua orang terburu-buru untuk berangkat kerja.Hal ini menyebabkan kemacetan lalu lintas yang sangat parah.Sepeda motor menjadi sangat unggul saat ini, dapat melaju dengan sangat cepat.Sebuah mobil sport berwarna merah melaju dengan lambat.Elena melirik sepeda motor yang melewati mobil sportnya, kemudian berencana untuk membelinya juga.Dia memakai earphone bluetooth lalu bertanya, "Apakah kamu menemukan prospek bagus di sekolah?"Abel menyesap kopi sambil berkata, "Sejauh ini kami sudah menemukan tiga, tapi Evaristo Entertainment menekan perusahaan kita baru-baru ini."Elena tersenyum tipis. "Aku sudah mempersiapkan mental untuk hal ini. Tindak lanjuti perkembangan Jules kapan saja."Mereka membicarakan bisnis sebentar, kemudian menutup telepon.Elena mengemudikan mobilnya ke tempat parkir bawah tanah Teknologi Jepson.Dia masuk ke perusahaan, melihat sekeliling, kemudian melihat Julius.Di Kediaman Henzel, Elena dan Julius jarang berbicara dengan satu sama