Nathan memakai earphone Bluetooth. Dia membaca dokumen sambil berkata dengan malas. "Sibuk."Brandon tidak percaya. "Begitu sibuk?""Hm." Nathan hendak menutup telepon, tetapi tiba-tiba teringat sesuatu. "Hadiah apa yang harus diberikan untuk membuat perempuan senang?"Dia bertanya dengan suara tenang."Yo, langka sekali." Brandon paling tahu soal itu. "Kasih berlian, barang bermerek, rumah ...."Sebelum dia selesai berbicara, Nathan sudah menutup panggilan telepon.Brandon, "?"Apakah Nathan tidak puas dengan jawabannya atau kenapa?Brandon memahami karakter Nathan. Nathan tidak cocok dengan saran Brandon.Di Teknologi Jepson.Elena baru saja keluar dari kantor CEO ketika ponselnya berdering.Panggilan telepon dari resepsionis."Bu Elena, seorang pria bernama Pak Leon mengantar barang untukmu."Pak Leon? Asisten Nathan?Elena menjawab resepsionis. "Aku akan turun sekarang, tolong suruh dia tunggu aku sebentar. Terima kasih."Elena menyimpan ponselnya lalu naik lift ke bawah.Ketika di
Zahra berpikir apakah dia harus menunggu Elena di Victoria Residence.Namun, dia menolak gagasan itu."Jangan cemas, Luna." Zahra menyuruh putrinya untuk tidak khawatir, lalu dia mengeluarkan ponselnya."Karena kita nggak bisa menemuinya di rumahnya, pasti ada tempat lain. Aku akan bertanya kepada seseorang."Tak lama kemudian orang asing di ujung telepon membalas pesan Zahra."Bu Elena adalah karyawan Teknologi Jepson, sekretaris CEO."Zahra agak terkejut mendapati Elena bekerja di Jepson.Kebetulan."Aku akan menemuinya di Teknologi Jepson sekarang.""Ibu, bagaimana kalau Elena menolak untuk mengeluarkan uangnya?" tanya Luna dengan cemas."Jangan khawatir, dia akan setuju." Zahra tersenyum lalu berkata dengan datar. "Kalau dia nggak mau malu, dia akan setuju untuk mengeluarkan uangnya."Zahra rela mempertaruhkan segalanya demi putri kecilnya.Luna bersandar di bahu Zahra, terisak sambil bersikap manja. "Ibu memang baik padaku."...Elena menerima panggilan telepon dari resepsionis ya
"..."Zahra menarik napas dalam-dalam. Sepertinya dia tidak bisa membuat Elena berkompromi dengan budi jasa."Elena, bagaimanapun juga, Luna adalah adikmu. Kalau kamu nggak membantu, dia akan menikah dengan pria yang tiga puluh tahun lebih tua darinya. Nggak bisakah kamu membantunya?""Toh bukan adik kandung. Bagus juga menikah dengan pria yang lebih tua, dia akan disayangi." Elena tersenyum, sama sekali tidak iba.Zahra sangat tidak senang, sikapnya menjadi dingin. "Intinya kamu nggak mau bantu ya?""Ya." Elena mengangguk."Kalau begitu, jangan salahkan aku bersikap kejam."Zahra memandang Elena dengan tatapan rumit, kemudian dia berkata dengan nada dingin. "Kalau kamu nggak mau semua orang tahu kamu pernah dilecehkan oleh dekan panti asuhan, berikan empat belas triliun kepada Keluarga Henzel."Ekspresi santai Elena memudar. "Apa katamu?"Dia bahkan tidak memanggil "Bu Zahra" lagi.Zahra berkata dengan nada dingin. "Meskipun kamu kehilangan ingatan, beberapa hal pernah terjadi. Kenyat
Elena tidak melewatkan tatapan bersalah Zahra.Dia dengan berani menebak, "Dekan yang mengirim foto itu kepadamu, 'kan?"Zahra tidak menjawab pertanyaan Elena. "Jangan pedulikan bagaimana aku mendapatkan foto ini. Intinya, apakah kamu sudah mempertimbangkannya?"Elena terdiam, lalu tersenyum, "Kalau begitu jawab pertanyaanku dulu.""Aku nggak tahu siapa yang mengirimkannya kepadaku," jawab Zahra dengan dingin. "Aku juga lupa tahun berapa foto ini dikirim."Elena melihat ke bawah. "Biarkan aku memikirkannya selama dua hari."Melihat Elena menunjukkan tanda-tanda kompromi, Zahra tersenyum tipis lalu berkata, "Enam triliun sudah cukup untukmu hidup nyaman. Tenang saja, aku nggak akan menyebarkan fotonya.""Kamu pulang dulu, aku harus bekerja." Sikap Elena dingin.Setelah Zahra mendapatkan jawabannya, dia pun membawa tasnya pergi tanpa tinggal lebih lama. Foto itu untuk Elena.Ruang rapat tersisa Elena.Sangat hening.Dia tiba-tiba terkekeh.Sebenarnya Elena punya tebakan lain.Apa pun teb
Mereka berdua tidak terlalu mengenal satu sama lain. Nina agak kesal pada awalnya, tetapi ketika dia membeli sesuatu, lalu Elena pergi untuk menggesek kartu, dia menjadi senang.Doreen tidak menyangka akan bertemu Elena."Bu Elena, aku ingin membeli gaun ini. Pergi bayar."Ketika Elena pergi untuk menggesek kartu, Nina mengambil gaun itu, kemudian bercermin lagi.Doreen melihat rok yang ada di tangan Nina sambil tersenyum padanya. "Gaunnya sangat indah."Nina berbalik, kemudian melihat seorang wanita mengenakan kacamata hitam yang tampak familiar. "Terima kasih.""Apakah kamu teman Elena?""Kamu kenal Bu Elena? Kami bukan teman. Dia adalah sekretarisnya priaku."Mata Doreen sedikit berkedip.Elena benar-benar menyedihkan, bisa-bisanya dia menemani pacar bosnya berbelanja.Elena kembali setelah membayar tagihan. Ketika dia melihat Doreen, dia berpura-pura tidak mengenal Doreen.Dia memandang Nina sembari bertanya, "Nona Lina, apakah kamu masih ingin berbelanja?"Nina masih ingin berbela
Begitu Nathan meletakkan tangannya pada kancing bra Elena, ponsel Elena berdering.Nathan ingin mematikannya.Namun, Elena menghentikannya.Itu adalah panggilan telepon dari Janine.Janine mengajak Elena untuk pergi ke tempat biliar.Teman paling penting.Pria bisa mundur untuk sementara.Elena mengiakan ajakan Janine. Setelah menutup telepon, dia berhasil membujuk Nathan yang memasang ekspresi masam untuk pergi.Dia segera mengganti roknya dan pergi ke ruang biliar untuk menemui Janine."Kak El, di sini."Janine melambaikan tangan kecilnya.Ruang biliar telah dipesan oleh Janine malam ini.Pria dan wanita, semuanya memakai pakaian dan aksesoris bermerek.Orang-orang di tempat itu adalah anak orang kaya dalam lingkaran sosial tersebut.Elena melirik mereka. Dia pernah melihat beberapa orang-orang ini ketika dia menemani Kaedyn ke jamuan makan sebelumnya.Sebenarnya ketika Elena tiba di ruang biliar, ada dua pria menerima kabar tersebut.Salah satunya adalah Nathan yang dibujuk kembali
Kemeja hitam lengan pendek, celana hitam.Mamba hitam di lengannya terlihat.Dia menoleh ke arah Elena.Elena tersenyum lalu berkata, "Tuan Nathan, kamu nakal sekali."Elena jelas membujuk Nathan untuk kembali ke hotel, tetapi pria ini malah datang menjemputnya.Lampu jalan menyinari wajahnya yang cerah.Jantung Kaedyn yang duduk di dalam mobil berdebar kencang. Dia memerintahkan sopir dengan suara serak. "Jalan."Sebuah mobil melaju, melewati pintu masuk tempat biliar.Ada seorang pria yang menggendong seorang wanita di punggungnya.Nathan menahan pantat Elena, menggendongnya dengan mantap. Punggungnya terasa hangat.Punggung Nathan lebar.Napas Elena menerpa telinganya.Nathan menoleh untuk melihat Elena. "Pulang?"Elena tiba-tiba memonyongkan bibir merahnya. "Cium dulu."Nathan mengeluarkan kekehan seksi.Tangannya yang ada di pinggul Elena menegang sejenak, kemudian mengendur. "Jangan cari mati, wanita."Elena menutup mulutnya, lalu tertawa terbahak-bahak.Ucapan taipan yang klasik
Nathan, yang dadanya ditusuk, membuka matanya tanpa daya.Dia terlihat sedikit malas.Dia membangunkan Elena yang ada di dalam pelukannya. "Kamu sudah mau terlambat."Semalam mereka bertarung hingga akhir.Elena benar-benar tidak tahan lagi, jadi dia membuat alasan ada rapat besok pagi agar Nathan berhenti.Elena yang semula ingin lanjut tidur terpaksa bangun karena panggilan telepon Bourne.Bourne mendesaknya untuk pergi ke perusahaan lebih awal hari ini.Orang-orang dari Grup Burchan datang ke perusahaan.Hubungan antara Jepson dan Grup Burchan adalah persaingan sekaligus kerja sama."Kamu nggak mau kerja, ingin aku nafkahi?"Nathan sudah bangun. Dia mengancing kemeja sambil melihat Elena.Elena menyipitkan matanya lalu menguap. "Nggak perlu."Dia bangun sambil memegang selimut.Nathan memakai arlojinya, berjalan mendekat, kemudian menaikkan tali Elena yang melorot dari bahu.Ujung jari Nathan yang sedikit panas menyentuh bahu mulus Elena.Elena gemetar, lalu segera turun dari tempat
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat