Sudah seminggu ini Evan mengirimi aneka hadiah pada mantan istrinya mulai dari aneka makanan, minuman, aksesoris dan lain sebagainya. Seminggu itu pula, Evan terus mengikuti Zaya sejak berangkat dari rumah Gea hingga sampai di hotel kakak tirinya.Begitu pun di saat pulang, Evan buru-buru meninggalkan kantor, langsung menuju hotel. Lelaki itu berharap Zaya tersentuh karena hadiah yang ia kirim dan mau menghubunginya. Namun, semua perjuangannya semingguan ini tampaknya tak membuahkan hasil. Alih-alih sukses, ia malah harus menyaksikan Zaya dan Arga semakin akrab, sampai-sampai tak melewatkan makan malam bersama setiap hari. Di titik putus asa yang dirasakan oleh Evan, pria itu memutuskan memberi hadiah sederhana, yaitu album foto-foto kenangannya dan Zaya berikut lagu favorit mereka dan pasrah menanti reaksi Zaya.“Kumohon, tergugahlah, Sayang! Aku sudah tak sanggup lagi menahan sesak di dadaku ini,” gumam Evan sambil terus menatap ke arah pintu hotel di mana Zaya baru saja masuk.Per
Aroma parfum yang menguar dari tubuh Evan saat pria itu memeluk Zaya, sungguh menenteramkan jiwa. Telah lama Zaya tak merasakan pelukan hangat ini. Kini, berada dalam dekapan sang mantan suami, Zaya merasa sedikit tenang. Isak tangis serta sedu sedan wanita cantik itu perlahan mereda.Beban yang mendera hatinya selama beberapa bulan ini seakan terangkat. Rasa cintanya pada Evan memang tak bisa ia bunuh. Pada akhirnya, Zaya tak sanggup menekan perasaannya lagi.“Aku tak akan menyakiti perasaanmu lagi, Sayang. Aku janji tak akan mengulangi semua yang pernah membuatmu terluka. Andai kamu tahu betapa tersiksanya aku setiap malam memikirkan hubungan kita. Aku menyesali semua kebodohanku. Maafkan aku!”Suara Evan entah kenapa terdengar merdu di telinga Zaya. Sungguh, ia tak mau memikirkan masa lalu lagi. Matanya saat ini terpejam, terus menikmati pelukan hangat Evan yang membuatnya tenang. Persetan dengan semuanya. Zaya tak peduli lagi. Wanita itu sudah cukup sesak selama berpisah dengan ma
Sebenarnya Evan cukup kecewa mendengar kata-kata yang terucap dari bibir Zaya. Bagaimana tidak, hampir dua bulan penuh ia stres memikirkan semua permasalahannya, terkait kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dan Zaya.Selama itu pula, Evan tidak nyenyak tidur, selalu terbayang-bayang akan mantan istrinya tersebut. Belum lagi perasaan takut kalau kakak tirinya akan merebut Zaya dari hidupnya dan itu menambah penderitaannya. Kini setelah semuanya terurai, bisa-bisanya Zaya memintanya untuk menjalani semuanya pelan-pelan, tetap jauh darinya, tak bisa secepatnya serumah lagi.Namun, Evan juga tahu jika ia memaksakan kehendaknya, maka sudah bisa dipastikan Zaya akan merasa tertekan, terdesak, dan ia akan mengalami hal yang buruk kembali, yaitu Zaya kembali mundur dan tidak ingin melanjutkan hubungan dengannya lagi. Apa boleh buat, tampaknya Evan harus banyak bersabar.“Sebenarnya aku tidak mau seperti ini. Aku sungguh merindukanmu, Sayang.”“Maaf, aku tidak bisa menjanjikan lebih. Aku
Suasana mengharu biru yang dirasakan oleh Evan dan Zaya ketika berbincang dari hati ke hati beberapa waktu yang lalu, akhirnya usai. Setelah mereka berdua berpelukan, saling mencurahkan perasaan masing-masing, juga memberikan syarat satu sama lain, akhirnya Zaya memutuskan untuk beranjak ke tempat duduknya.Ia sudah terlalu lama menghabiskan waktu di luar, sedangkan ia memiliki tanggung jawab untuk bekerja.“Kamu mau kembali ke hotel sekarang?” Evan bertanya dengan nada serius.“Iya, aku sudah bilang tadi kalau aku masih terikat dengan Arga, terkait pekerjaan. Masih banyak PR yang harus aku lakukan bersama Arga.” Zaya kembali menegaskan. Harapannya, Evan tidak mengamuk karena dirinya masih harus menyelesaikan tugas-tugasnya bersama Arga.“Iya, aku tidak akan melarangmu. Tapi ingatlah kata-kataku tadi! Jangan terpengaruh!” Evan memegangi tangan mantan istrinya dengan tatapan memelas.“Iya, iya,” sahut Zaya menahan geli.“Bilang juga sama kakak tiriku itu kalau mulai hari ini aku yang
Zaya sedikit gentar melihat raut wajah Arga yang menatapnya dengan wajah cemberut. Sorot kemarahan jelas-jelas terpancar dari mata atasan plus sahabatnya tersebut. Laki-laki itu pasti sangat marah padanya. Zaya mengerti itu.Namun, ia tidak boleh melarikan diri begitu saja. Ia harus menjelaskan semuanya pada Arga pelan-pelan. Semoga saja laki-laki itu bisa menerima semua keputusannya.“Apa kamu yakin mau menemuinya?” Suara mantan suami yang kemungkinan sebentar lagi akan kembali rujuk dengannya alias menjadi suaminya lagi membuyarkan lamunan Zaya. Ia langsung menoleh sambil melepaskan sabuk pengamannya, kemudian tersenyum pada Evan.“Jangan khawatiran aku! Tidak akan terjadi apa-apa padaku. Aku mengenal Arga dengan baik. Dia tidak akan mungkin melakukan hal buruk padaku. Paling-paling dia ngambek nanti,” ucap Zaya yakin.“Berhati-hatilah dan jangan terlalu akrab dengannya, Sayang!” Tak henti-hentinya Evan mengingatkan Zaya.“Bagaimana mungkin aku tidak akrab dengannya. Aku itu sekret
Arga tak bisa menutupi rasa kecewanya. Sorot kesedihan juga terpancar jelas di matanya. Tak pernah ia duga, perjuangannya selama ini untuk memikat Zaya berujung sia-sia.Ia sampai menahan diri untuk tidak agresif, semata-mata untuk membuat Zaya kagum padanya agar wanita yang ia gilai itu bisa pelan-pelan menumbuhkan cinta di hatinya untuknya seperti dulu.“Apa kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan, Za? Adik tiriku itu telah mengkhianatimu. Apa kamu tak berpikir dia akan kembali melakukan hal yang sama?”Zaya tahu Arga pasti tak akan mudah menerima kenyataan ini. Terlihat jelas, atasannya itu berniat menghasutnya. Namun, Zaya tak ambil pusing karena ia tahu, lelaki itu hanya sedang terluka karena keputusannya. Ia tahu, Arga adalah lelaki yang sangat baik. Karena itu, ia tak mau semakin lama menyakiti Arga.Sepertinya ia harus mengambil keputusan cepat. Zaya tiba-tiba bertekad akan berhenti dari hotel sekarang juga. Selain tak ingin menyakiti mantan kekasihnya, Zaya juga khawatir Arga
Hati Evan benar-benar gembira. Ia sungguh tidak menyangka kalau wanita yang akan ia peristri kembali memutuskan untuk berhenti saat itu juga dari hotel kakak tirinya. Mendapat pesan dari Zaya, begitu membuatnya bahagia. Bagaimana tidak, nomornya yang sudah lama diblokir oleh mantan istrinya tersebut kini dihubungi Zaya kembali. Evan berlonjak gembira. Padahal, ia baru saja akan masuk ke dalam kantornya saat tiba-tiba mendapatkan pesan dari Zaya untuk meminta dijemput karena wanitanya itu mendadak berhenti dari hotel. Pasti terjadi sesuatu antara kakak tirinya dan Zaya. Kemungkinan mereka bertengkar hebat atau mungkin lebih parah dari itu. Bisa Evan tebak, tampaknya Arga marah akan keputusan Zaya yang ingin kembali rujuk dengannya.Tanpa membuang waktu, Evan segera mengemudikan mobilnya kembali ke hotel kakak tirinya dan benar saja, ia mendapati wanitanya tengah berdiri di parkiran hotel. Lelaki tampan itu buru-buru turun lalu mendekati Zaya.“Kamu enggak apa-apa, kan, Sayang?”Zaya m
Tak ada yang bisa Evan lakukan ketika mendengar perkataan Zaya yang begitu menggebu-gebu barusan. Luka di hati Zaya begitu besar dan semua itu karena dirinya. Sudah sewajarnya, ia menuruti semua kata-kata istrinya agar istrinya bisa bahagia.Evan tidak ingin berdebat lagi dengan wanita yang sangat ia cintai. Ia buru-buru tersenyum sambil memegang tangan wanita yang akan ia peristri kembali lalu mengutarakan semua persetujuannya.“Baiklah, kamu jangan marah-marah gitu lagi, ya! Jangan buat aku takut! Aku akan melakukan semua yang kamu katakan. Aku akan memendam semua keinginanku dan semua kegilaanku untuk selalu berduaan denganmu, jika itu yang terbaik untukmu. Yang paling penting adalah kamu mau kembali padaku. Aku tidak akan pernah memaksakan kehendakku lagi, Sayang. Maafin aku, ya!”Zaya kembali menghela napas panjang. Ia tahu kalau ia sangat berlebihan. Namun, Zaya tidak bisa melakukan apa-apa. Luka yang ditorehkan oleh Evan memang begitu membekas. Antisipasinya agar kejadian yang