"Paman, siapa Venick yang kamu sebut tadi?" Ketika melihat mobil Vania sudah jauh, Charlotte pun bertanya dengan penasaran."Hanya seorang pria berengsek, biarkan saja," jawab Luther dengan spontan.Mendengar ini, Charlotte hanya bisa berduka untuk pria bernama Venick ini. Jelas-jelas dia tidak tahu apa pun, tetapi akan menjadi kambing hitam sebentar lagi.Setelah kembali ke Sekolah Bela Diri Draco, Fernando berpamitan untuk pulang. Sementara itu, Luther yang sudah menyimpan Teratai Hijau Milenium dengan baik, meluangkan waktunya untuk mengajari Charlotte teknik bertarung dengan pemukul bisbol.Charlotte telah memiliki kepercayaan diri dan energi internal yang cukup, juga keterampilan bertarung dasar. Hanya saja, teknik menyerangnya terlalu sederhana dan kurang terstruktur. Dia akan menderita kerugian besar saat bertarung melawan musuh yang lebih kuat.Lantaran senjata yang digunakan Charlotte adalah tongkat, Luther pun akan mengajarinya teknik yang sesuai. Sejak kecil, Luther memiliki
"Ariana, ada apa ini?" Luther mengerutkan keningnya."Begini, kemarin aku pergi ke Keluarga Warsono di Jiberia untuk menjenguk Kakek. Saat pulang pagi ini, aku dicegat oleh orang dan hampir dibunuh. Untungnya, ada seorang jenderal yang kebetulan lewat dan menolongku," kata Ariana menjelaskan."Kenapa kamu nggak beri tahu aku kalau kamu pergi ke Jiberia? Setidaknya aku masih bisa mengutus orang untuk melindungimu," ujar Luther tidak senang."Aku membawa beberapa pengawal ke sana, tak disangka akan bertemu dengan kejadian seperti ini." Ariana merasa agak tidak berdaya. Jika hanya konflik biasa, beberapa pengawalnya itu mungkin sudah cukup untuk menanganinya. Namun, jika ini adalah perencanaan pembunuhan yang disengaja, pengawal Ariana jelas tidak cukup untuk menghadapi mereka."Sudah tahu siapa pelakunya?" tanya Luther lagi."Sementara ini belum jelas," jawab Ariana sambil menggeleng."Kamu baru pergi ke Jiberia untuk menjenguk kepala keluarga, malah langsung disergap saat pulang. Bu
"Ariana, jangan buat onar." Luther mengernyit, lalu melanjutkan, "Kalau itu benda lainnya, aku pasti akan memberinya padamu meskipun harganya sangat mahal. Tapi, aku nggak bisa memberimu ginseng ini.""Ya, memang aku yang buat onar! Lupakan saja kalau kamu nggak mau, aku akan cari cara lain lagi!" kata Ariana sambil menoleh dengan kesal. Dulu, Luther selalu mengabulkan apa pun yang diinginkannya. Namun sekarang, pria itu malah langsung menolaknya mentah-mentah. Padahal, Ariana hanya menginginkan sebuah ginseng.Jelas sekali, Luther tidak menganggapnya sama sekali. Tampaknya, setelah memiliki pacar baru, Ariana tidak berarti apa-apa lagi baginya."Luther, putriku meminta ginseng darimu adalah sebuah kesempatan bagimu untuk menunjukkan ketulusanmu. Kamu jangan nggak tahu diri!" bentak Helen."Iya! Dengan posisi dan kecantikan Kak Ariana, entah berapa banyak pria yang ingin menghadiahkannya ginseng. Sebaiknya kamu pergunakan kesempatan ini baik-baik!" kata Roselyn sambil mendongak."Kalau
"Aku baru kembali ke barak militer untuk melapor. Aku kebetulan lewat, jadi mampir untuk melihat-lihat," kata Andrew sambil tersenyum."Salam, Jenderal Andrew." Setelah tersadar dari situasinya, Ariana segera memberi hormat."Nggak usah terlalu segan." Andrew menekan pundak Ariana dengan pelan, mengisyaratkannya untuk kembali berbaring. "Nona Ariana, kamu sedang terluka sekarang, jadi harus banyak istirahat.""Ini hanya luka kecil, nggak apa-apa kok." Ariana tersenyum tipis."Ariana, orang ini ...." Luther melihat penampilan Andrew dengan keraguan. Dari lencana di pundaknya, orang ini kelihatannya adalah seorang jenderal muda. Hanya ada dua kemungkinan bagi seseorang bisa mencapai posisi jenderal di usia 30-an. Punya latar belakang keluarga yang luar biasa, ataupun memiliki kemampuan yang hebat."Dia adalah Jenderal Andrew. Dia yang menolongku pagi ini saat disergap," ujar Ariana memperkenalkan. Semua kejadian sebelumnya masih membekas di ingatannya. Jika bukan karena pria ini tiba tep
"Jenderal Andrew, aku mengerti niat baikmu. Tapi, aku tidak bisa menerima hadiah semahal ini." Setelah tertegun sejenak, Ariana mulai merasa tidak enak hati. Dia bahkan belum membalas budi Andrew yang telah menyelamatkannya, mau bagaimana lagi dia membalas budi jika dia menerima hadiah ini?"Nona Ariana, ginseng memang digunakan untuk mengobati penyakit. Nggak ada gunanya aku menyimpannya. Lebih baik kamu gunakan untuk mengobati orang, anggap saja sebagai berbuat amal." Andrew tertawa ringan."Tapi ...." Baru saja Ariana hendak mengatakan sesuatu, Helen telah menyelanya, "Sudahlah, terima saja niat baik Jenderal Andrew. Kita cari cara untuk balas budi lagi kelak." Sambil berkata demikian, Helen terus memberi isyarat kepada Ariana."Iya, Kak Ariana, menyelamatkan nyawa lebih penting. Tanpa ginseng ini, bagaimana dengan penyakit Tuan Steward?" tanya Roselyn."Ini ...." Ariana tiba-tiba terdiam. Meski sulit untuk membalas budi kepada Andrew nantinya, dia terpaksa harus menerimanya karena
"Aku hanya bicara sesuai fakta, nggak ada salahnya bersikap lebih waspada," kata Luther dengan tenang."Luther, Jenderal Andrew nggak seperti yang kamu kira," kata Ariana dengan wajah muram. Mendengar penyelamatnya dijelek-jelekkan Luther, Ariana tentu merasa tidak senang."Siapa dia? Apa kamu sangat mengerti dirinya? Selain namanya, apa lagi yang kamu tahu tentangnya?" tanya Luther kembali."Aku ...." Ariana tiba-tiba terdiam. Setelah tersadar kembali, dia langsung berdebat, "Pokoknya, Jenderal Andrew itu bukan orang jahat. Kamu jangan menilai orang baik dengan pikiranmu yang picik!""Picik? Orang baik?" Luther tertawa sinis, lalu berkata, "Aku orang picik dan dia adalah orang baik? Kalau kalian percaya dengan orang baik itu, aku nggak akan mencampuri urusan kalian lagi, pamit dulu." Usai berkata demikian, Luther pun bergegas pergi dari tempat itu."Luther, tunggu dulu ...." Ariana hendak menahannya, tetapi Luther telah terlanjur pergi."Biarkan dia pergi! Sifat macam apa itu, masa ti
Setelah dipaksa masuk ke dalam mobil, Luther tidak memberontak dan membiarkan orang di sampingnya menghukumnya. Matanya ditutup terlebih dahulu dan mengenakan penutup kepala untuk memastikan dia tidak melihat apa pun. Kemudian, mereka menempuh perjalanan yang cukup lama. Dia bisa merasakan dengan jelas mobil itu sudah keluar dari pusat kota. Bisa dibilang, mereka ini bukan aparat penegak hukum.Entah berapa lama kemudian, saat Luther mulai mengantuk, mobil akhirnya perlahan-lahan berhenti. Begitu pintu mobil dibuka, tercium bau darah yang sangat kuat dan bau busuk mayat yang membuat orang merasa mual."Pak, kamu bawa aku ke tempat apa ini?" tanya Luther dengan penasaran."Jangan banyak omong kosong! Masuk!" terdengar teriakan dari samping telinga Luther.Luther dipaksa untuk melangkah maju. Setelah melewati banyak pos pemeriksaan dan pintu besi yang kokoh, mereka naik ke lift dan turun ke lantai paling bawah. Setelah beberapa saat, terdengar suara lift berhenti dan suara keributan. Ada
Yang lainnya juga sama. Awalnya, mereka menatap Luther dengan tatapan tajam dan siap untuk bertindak kasar. Setelah mengetahui situasinya dengan jelas, mereka malah tertawa."Bocah! Kalau kamu adalah seorang kriminal yang kejam, kamu sudah menjadi mayat tadi. Untungnya, kamu melakukan kejahatan demi membela istrimu. Bisa dibilang, kamu adalah pria sejati!""Bagus! Sepertinya Geng Jahat kita tambah satu anggota baru lagi!"Semua orang melihat Luther dengan tatapan yang tidak terlalu ramah, tetapi tidak bermaksud jahat."Apa yang kalian lakukan?" tanya Luther."Ada banyak geng dan kelompok di penjara ini. Peraturan di Geng Jahat adalah pembalasan dendam itu diperbolehkan. Kamu boleh membunuh orang, tapi tidak boleh menyakiti orang yang tak bersalah dan berbuat kejahatan sesukamu. Kalau ketahuan, akan dihukum mati!" kata pria botak berotot, Ando, sambil tersenyum."Benar! Meskipun kami bukan orang baik, setidaknya kami adalah pria sejati. Kami paling benci dengan orang-orang yang berbuat
Setelah meninggalkan Grup Luca, Luther dan Bianca pergi ke mal terlebih dahulu untuk memberi berbagai hadiah. Mulai dari hadiah untuk para lansia dan anak-anak yang baru belajar berjalan, semua kerabat inti Keluarga Paliama mendapat hadiah. Setelah itu, mereka pergi ke toko barang antik untuk memilih sebuah lukisan kaligrafi yang bagus untuk Ezra.Menjelang senja, Luther yang sudah mempersiapkan semuanya mengunjungi kediaman Adipati Ezra untuk pertama kalinya. Kediaman ini terletak di pusat kota Midyar yang berbentuk kompleks rumah tradisional dengan area yang sangat luas.Ezra memiliki tiga putra dan seorang putri Putra sulung, Gusdur, bekerja di pemerintahan sebagai pejabat pangkat tiga dan statusnya sangat dihormati. Putra kedua, Gandara, bekerja di industri farmasi dengan kekayaan yang mencapai puluhan triliun dan menjadi pengusaha terkenal di Midyar. Putra bungsu, Gema, sukses di dunia militer dan kini menjabat sebagai perwira militer pangkat tiga.Sementara itu, putri kecil Ezra,
Selama Luther pergi, Bianca terus memikirkan dan selalu memperhatikan kabar dari Luther. Namun, meskipun sangat rindu, dia juga tidak pernah mengganggu Luther karena dia tidak ingin membuat fokus Luther terganggu dan memengaruhi urusan negara. Dia sangat memahami kesibukan Luther, sehingga terus menahan gejolak di hatinya dan mengalihkan perhatiannya dengan sibuk bekerja.Namun, setelah sekarang benar-benar bertemu dengan Luther, perasaan Bianca yang sudah lama terpendam akhirnya meledak. Rasa rindu selama berbulan-bulan berubah rasa sayang yang meluap dan air mata pun mengalir deras.Adegan ini membuat asisten wanita di samping Bianca tercengang. Dia tidak menyangka presdir mereka yang cantik ternyata hatinya sudah memiliki pemiliknya. Yang lebih mengejutkannya, Bianca yang biasanya tegas dan sangat berwibawa ternyata begitu lembut dan anggun di depan pria ini.Asisten wanita itu mulai mengamati Luther dengan saksama. Baik dari segi penampilan dan karisma, Luther memang luar biasa dan
Saat ini, Luther sudah duduk di pesawat untuk kembali ke Midyar. Perjalanan ke Gunung Narima kali ini penuh dengan rintangan.Dari kompetisi bela diri hingga invasi Kuil Dewa, prosesnya bisa dibilang sangat berbahaya, tetapi untungnya hasil akhirnya cukup baik.Luter berhasil memenangkan kejuaraan dalam kompetisi bela diri, sekaligus memperoleh tiga energi naga, bahkan berhasil menggagalkan konspirasi Kuil Dewa. Hasil ini sangat sempurna.Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman yang baru dikenalnya, Luther menemani Misandari naik pesawat pulang.Dari lima energi naga, telah terkumpul empat, yang berarti tinggal satu lagi. Menurut informasi dari Misandari, kekuatan energi naga yang terakhir telah ditemukan dan orang yang menemukannya ada di Midyar.Namun, identitas orang itu masih belum diketahui. Menurut dugaan Misandari, kemungkinan besar itu ada hubungannya dengan tiga pangeran.Posisi calon pewaris masih belum jelas, sementara ketiga pangeran sangat aktif dalam mencar
Angin malam pun segera mereda. Keesokan paginya, saat sinar matahari mulai menyinari bumi, keadaan di Gunung Narima sudah kembali tenang. Hanya saja, bercak-bercak darah masih ada di mana-mana dan bangunan yang hancur masih menjadi saksi kekacauan tadi malam. Para ahli dari Kuil Dewa yang menjadi tawanan juga sudah dibawa pergi oleh pasukan yang dipanggil Misandari.Berbagai rumor pun mulai menyebar ke mana-mana. Berbagai sekte besar di dunia persilatan hanya merespons rumor itu sebagai penonton. Bagaimanapun juga, sejak dahulu sampai sekarang, sangat jarang orang yang berani menyinggung Gunung Narima. Tindakan nekat seperti menyerang secara terang-terangan dan berusaha menghancurkan mereka seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.Soal hasil dari tindakan ini, seluruh dunia juga sudah menyaksikannya. Setelah bertahun-tahun lamanya, ini pertama kalinya negara-negara lain menyadari betapa mengerikannya Riley. Keberadaan sudah hampir seperti sosok ilahi.Saat ini, semua anggota inti s
Setelah pertempuran berakhir, Riley menghilang seketika dari tempatnya berdiri. Ketika muncul kembali, dia sudah berada di atas wilayah terlarang Gunung Narima.Saat ini, di pintu masuk wilayah terlarang dipenuhi dengan mayat dan darah. Seluruh anggota Kuil Dewa termasuk Tico, semuanya tergeletak di tanah.Sekujur tubuh Luther dan Danice juga dipenuhi darah. Mereka memancarkan aura membunuh yang kuat. Setelah pertempuran sengit, mereka akhirnya berhasil mempertahankan wilayah terlarang Gunung Narima dan menggagalkan rencana Kuil Dewa untuk menghancurkan nadi naga.Saat ini, Luther seperti merasakan sesuatu sehingga tiba-tiba mendongak. Melalui kabut dan kegelapan, dia menemukan Riley yang berada di atas wilayah terlarang.Riley tersenyum tipis dan mengangguk pada Luther, lalu menghilang seketika. Saat berikutnya, Riley melintasi beberapa gunung dan tiba di atas aula utama Gunung Narima.Di sana, para murid Gunung Narima masih bertempur melawan para elite Kuil Dewa. Dengan Atha sebagai
Ketika debu mulai mereda, hanya Riley yang masih berdiri tegak. Pele, Amir, Taro, Welig, tiga pembunuh bayaran terbaik dari Negara Wadarna, dan beberapa dewa utama dari Kuil Dewa, semuanya mati atau terluka parah.Tubuh Amir telah meledak menjadi potongan daging yang tak terhitung jumlahnya, tetapi dia masih merangkak di tanah, berusaha untuk menyatu kembali.Welig bahkan tidak menyisakan tulangnya. Pele dan ketiga pembunuh bayaran itu mengalami patah tangan dan terluka parah. Adapun Taro, meskipun anggota tubuhnya utuh, organ dalamnya sudah hancur. Dia terus memuntahkan darah.Ditambah dengan serangan balik dari pedangnya, Taro terlihat seperti orang tua yang sekarat. Rambutnya memutih dan wajahnya keriput. Jelas, dia tidak akan bertahan lama lagi."Gi ... gimana bisa begini? Nggak ... ini nggak mungkin!" Ketika melihat anggota tubuh yang berserakan di mana-mana, Pele seperti tersambar petir. Ekspresinya penuh ketidakpercayaan.Orang-orang di sekitarnya adalah ahli terkuat dari berbag
Kemunculan mendadak Riley membuat semua orang yang ada di sana tercengang. Mereka semua terbelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.Ada apa ini? Bukankah Riley sudah mati? Bagaimana bisa dia muncul kembali di hadapan mereka dalam keadaan baik-baik saja? Apa mereka melihat hantu?Semua orang saling memandang dengan ekspresi yang dipenuhi ketidakpercayaan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, sama sekali tidak bisa mengerti bagaimana Riley bisa hidup kembali. Ini sungguh di luar pemahaman mereka."Ka ... kamu belum mati? Gimana mungkin?" Yang paling terkejut adalah Amir. Dia telah berusaha keras dan akhirnya mendapat kesempatan emas. Dia menggigit leher Riley dan mengisap seluruh darahnya.Amir yakin bahwa Riley benar-benar sudah mati dan tidak mungkin bisa hidup kembali. Namun, masalahnya jika Riley sudah mati, lalu siapa orang yang ada di hadapan mereka?"Jangan panik! Mayat Riley masih ada di sana, orang ini mungkin hanya menyamar!" ucap Pele tiba-tiba.Setelah mendengarnya
Saat Putri Salju melancarkan serangannya, bayangan dewa gajah di belakang Welig juga tak tinggal diam. Dengan deru panjang, bayangan itu berlari cepat menuju Riley. Dua taringnya yang tajam seperti tombak yang menusuk ke arah dada Riley.Terpengaruh oleh angin salju, Riley tidak bisa mengelak sehingga hanya bisa mengaktifkan Mantra Cahaya Emas untuk melindungi dirinya.Bruk! Kedua taring itu menghantam Mantra Cahaya Emas dengan keras. Gaya dorong yang sangat besar langsung membuat Riley terpental. Saat Riley berada di udara, cahaya emas di sekujur tubuh pecah seperti kaca. Jelas sekali, kekuatan bayangan itu melampaui batas Mantra Cahaya Emas.Melihat Riley terdorong ke udara, iblis berkepala tiga dan berlengan enam bergegas mengambil kesempatan. Setelah melompat, enam senjata dengan bentuk yang berbeda-beda mulai terus menyerang Riley.Riley mengayunkan pedangnya tanpa henti untuk menangkis, tetapi dia terus terdesak. Ketika terdorong ke udara, dia tidak punya tempat berpijak sehingga
Setelah bertarung sengit begitu lama, Taro dan yang lainnya juga mulai menyadari betapa seriusnya situasinya. Riley bukan hanya memiliki teknik pedang yang luar biasa, teknik tubuh Riley juga begitu misterius. Tidak peduli apa pun serangan mereka, mereka tetap tidak bisa menyentuh Riley sedikit pun. Sebaliknya, pedang Riley malah terus menyiksa mereka, hasilnya akan makin buruk jika terus berlanjut.Oleh karena itu, saat mendengar perkataan Pele, Taro dan yang lainnya tahu ini sudah saatnya mempertaruhkan segalanya. Sekarang mereka sudah tidak bisa mundur lagi, Riley atau mereka yang akan mati.Pada saat ini, Taro yang terus menahan dirinya pun akhirnya mengeluarkan teknik pemungkasnya. Dia tiba-tiba menggigit jarinya dan mengoleskan darahnya ke pedang, lalu segera merapalkan mantra."Yuki, keluarlah!" Setelah selesai merapalkan mantranya, Taro mengayunkan pedangnya dengan keras. Sesosok bayangan putih pun tiba-tiba memelesat dari pedangnya.Sosok itu adalah seorang wanita berkulit put