"Ariana, ada apa ini?" Luther mengerutkan keningnya."Begini, kemarin aku pergi ke Keluarga Warsono di Jiberia untuk menjenguk Kakek. Saat pulang pagi ini, aku dicegat oleh orang dan hampir dibunuh. Untungnya, ada seorang jenderal yang kebetulan lewat dan menolongku," kata Ariana menjelaskan."Kenapa kamu nggak beri tahu aku kalau kamu pergi ke Jiberia? Setidaknya aku masih bisa mengutus orang untuk melindungimu," ujar Luther tidak senang."Aku membawa beberapa pengawal ke sana, tak disangka akan bertemu dengan kejadian seperti ini." Ariana merasa agak tidak berdaya. Jika hanya konflik biasa, beberapa pengawalnya itu mungkin sudah cukup untuk menanganinya. Namun, jika ini adalah perencanaan pembunuhan yang disengaja, pengawal Ariana jelas tidak cukup untuk menghadapi mereka."Sudah tahu siapa pelakunya?" tanya Luther lagi."Sementara ini belum jelas," jawab Ariana sambil menggeleng."Kamu baru pergi ke Jiberia untuk menjenguk kepala keluarga, malah langsung disergap saat pulang. Bu
"Ariana, jangan buat onar." Luther mengernyit, lalu melanjutkan, "Kalau itu benda lainnya, aku pasti akan memberinya padamu meskipun harganya sangat mahal. Tapi, aku nggak bisa memberimu ginseng ini.""Ya, memang aku yang buat onar! Lupakan saja kalau kamu nggak mau, aku akan cari cara lain lagi!" kata Ariana sambil menoleh dengan kesal. Dulu, Luther selalu mengabulkan apa pun yang diinginkannya. Namun sekarang, pria itu malah langsung menolaknya mentah-mentah. Padahal, Ariana hanya menginginkan sebuah ginseng.Jelas sekali, Luther tidak menganggapnya sama sekali. Tampaknya, setelah memiliki pacar baru, Ariana tidak berarti apa-apa lagi baginya."Luther, putriku meminta ginseng darimu adalah sebuah kesempatan bagimu untuk menunjukkan ketulusanmu. Kamu jangan nggak tahu diri!" bentak Helen."Iya! Dengan posisi dan kecantikan Kak Ariana, entah berapa banyak pria yang ingin menghadiahkannya ginseng. Sebaiknya kamu pergunakan kesempatan ini baik-baik!" kata Roselyn sambil mendongak."Kalau
"Aku baru kembali ke barak militer untuk melapor. Aku kebetulan lewat, jadi mampir untuk melihat-lihat," kata Andrew sambil tersenyum."Salam, Jenderal Andrew." Setelah tersadar dari situasinya, Ariana segera memberi hormat."Nggak usah terlalu segan." Andrew menekan pundak Ariana dengan pelan, mengisyaratkannya untuk kembali berbaring. "Nona Ariana, kamu sedang terluka sekarang, jadi harus banyak istirahat.""Ini hanya luka kecil, nggak apa-apa kok." Ariana tersenyum tipis."Ariana, orang ini ...." Luther melihat penampilan Andrew dengan keraguan. Dari lencana di pundaknya, orang ini kelihatannya adalah seorang jenderal muda. Hanya ada dua kemungkinan bagi seseorang bisa mencapai posisi jenderal di usia 30-an. Punya latar belakang keluarga yang luar biasa, ataupun memiliki kemampuan yang hebat."Dia adalah Jenderal Andrew. Dia yang menolongku pagi ini saat disergap," ujar Ariana memperkenalkan. Semua kejadian sebelumnya masih membekas di ingatannya. Jika bukan karena pria ini tiba tep
"Jenderal Andrew, aku mengerti niat baikmu. Tapi, aku tidak bisa menerima hadiah semahal ini." Setelah tertegun sejenak, Ariana mulai merasa tidak enak hati. Dia bahkan belum membalas budi Andrew yang telah menyelamatkannya, mau bagaimana lagi dia membalas budi jika dia menerima hadiah ini?"Nona Ariana, ginseng memang digunakan untuk mengobati penyakit. Nggak ada gunanya aku menyimpannya. Lebih baik kamu gunakan untuk mengobati orang, anggap saja sebagai berbuat amal." Andrew tertawa ringan."Tapi ...." Baru saja Ariana hendak mengatakan sesuatu, Helen telah menyelanya, "Sudahlah, terima saja niat baik Jenderal Andrew. Kita cari cara untuk balas budi lagi kelak." Sambil berkata demikian, Helen terus memberi isyarat kepada Ariana."Iya, Kak Ariana, menyelamatkan nyawa lebih penting. Tanpa ginseng ini, bagaimana dengan penyakit Tuan Steward?" tanya Roselyn."Ini ...." Ariana tiba-tiba terdiam. Meski sulit untuk membalas budi kepada Andrew nantinya, dia terpaksa harus menerimanya karena
"Aku hanya bicara sesuai fakta, nggak ada salahnya bersikap lebih waspada," kata Luther dengan tenang."Luther, Jenderal Andrew nggak seperti yang kamu kira," kata Ariana dengan wajah muram. Mendengar penyelamatnya dijelek-jelekkan Luther, Ariana tentu merasa tidak senang."Siapa dia? Apa kamu sangat mengerti dirinya? Selain namanya, apa lagi yang kamu tahu tentangnya?" tanya Luther kembali."Aku ...." Ariana tiba-tiba terdiam. Setelah tersadar kembali, dia langsung berdebat, "Pokoknya, Jenderal Andrew itu bukan orang jahat. Kamu jangan menilai orang baik dengan pikiranmu yang picik!""Picik? Orang baik?" Luther tertawa sinis, lalu berkata, "Aku orang picik dan dia adalah orang baik? Kalau kalian percaya dengan orang baik itu, aku nggak akan mencampuri urusan kalian lagi, pamit dulu." Usai berkata demikian, Luther pun bergegas pergi dari tempat itu."Luther, tunggu dulu ...." Ariana hendak menahannya, tetapi Luther telah terlanjur pergi."Biarkan dia pergi! Sifat macam apa itu, masa ti
Setelah dipaksa masuk ke dalam mobil, Luther tidak memberontak dan membiarkan orang di sampingnya menghukumnya. Matanya ditutup terlebih dahulu dan mengenakan penutup kepala untuk memastikan dia tidak melihat apa pun. Kemudian, mereka menempuh perjalanan yang cukup lama. Dia bisa merasakan dengan jelas mobil itu sudah keluar dari pusat kota. Bisa dibilang, mereka ini bukan aparat penegak hukum.Entah berapa lama kemudian, saat Luther mulai mengantuk, mobil akhirnya perlahan-lahan berhenti. Begitu pintu mobil dibuka, tercium bau darah yang sangat kuat dan bau busuk mayat yang membuat orang merasa mual."Pak, kamu bawa aku ke tempat apa ini?" tanya Luther dengan penasaran."Jangan banyak omong kosong! Masuk!" terdengar teriakan dari samping telinga Luther.Luther dipaksa untuk melangkah maju. Setelah melewati banyak pos pemeriksaan dan pintu besi yang kokoh, mereka naik ke lift dan turun ke lantai paling bawah. Setelah beberapa saat, terdengar suara lift berhenti dan suara keributan. Ada
Yang lainnya juga sama. Awalnya, mereka menatap Luther dengan tatapan tajam dan siap untuk bertindak kasar. Setelah mengetahui situasinya dengan jelas, mereka malah tertawa."Bocah! Kalau kamu adalah seorang kriminal yang kejam, kamu sudah menjadi mayat tadi. Untungnya, kamu melakukan kejahatan demi membela istrimu. Bisa dibilang, kamu adalah pria sejati!""Bagus! Sepertinya Geng Jahat kita tambah satu anggota baru lagi!"Semua orang melihat Luther dengan tatapan yang tidak terlalu ramah, tetapi tidak bermaksud jahat."Apa yang kalian lakukan?" tanya Luther."Ada banyak geng dan kelompok di penjara ini. Peraturan di Geng Jahat adalah pembalasan dendam itu diperbolehkan. Kamu boleh membunuh orang, tapi tidak boleh menyakiti orang yang tak bersalah dan berbuat kejahatan sesukamu. Kalau ketahuan, akan dihukum mati!" kata pria botak berotot, Ando, sambil tersenyum."Benar! Meskipun kami bukan orang baik, setidaknya kami adalah pria sejati. Kami paling benci dengan orang-orang yang berbuat
"Penjara Iblis?" Mendengar kata itu, ekspresi Luther menjadi serius.Nama Penjara Iblis ini terkenal di seluruh wilayah Jiman. Konon, orang-orang yang ditahan di tempat ini adalah orang yang sangat kejam atau merugikan negara dan rakyat. Dari pembunuh elite, sampah dunia persilatan, monster yang haus darah, hingga panglima perang internasional semuanya ada di sini.Yang paling penting adalah Penjara Iblis ini memiliki satu peraturan utama yaitu orang yang masuk tidak akan bisa keluar lagi. Di penjara lain, asalkan perilaku tahanan itu baik, masih ada kesempatan untuk pemotongan masa hukuman. Namun, semua tahanan di tempat ini hanya punya dua pilihan, yaitu mati atau ditahan seumur hidup. Sejak penjara ini berdiri, tidak ada seorang pun yang bisa keluar dari sana hidup-hidup, tanpa pengecualian sama sekali. Sebelumnya, tuan muda ketiga Keluarga Wirawan, Darwo, juga ditahan di Penjara Iblis ini.Johan berbicara dengan serius, "Anak Muda, sekarang kamu seharusnya sudah menyadari betapa se