Setelah mendengar perkataan Luther, semua orang terdiam sejenak. Tidak ada yang menyangka bahwa Luther begitu arogan dan sama sekali tidak memedulikan mereka."Nak, apa kamu tahu apa yang sedang kamu katakan?" Darwo menggertakkan giginya. Wajahnya tampak mengerikan karena menahan rasa sakit.Jangankan di kota kecil seperti Jiloam, Darwo adalah tokoh berpengaruh yang sangat dihormati di seluruh provinsi. Namun, sekarang pemuda ini malah berani berbicara seperti ini padanya? Besar sekali nyalinya!"Tentu saja aku tahu apa yang aku katakan. Justru kalian yang tidak sadar betapa seriusnya masalah ini. Hanya aku yang bisa menyembuhkan penyakitmu itu!" kata Luther dengan nada dingin."Nak! Jangan mengira hanya karena bisa melakukan sedikit trik murahan, kamu sudah layak menjadi seorang tabib hebat! Sebelum aku marah, sebaiknya kamu jangan keterlaluan!" ancam Darwo."Benar! Kalau kamu tidak menyembuhkan bosku, aku akan menghabisimu hari ini!" timpal pengawalnya ikut mengancam."Mau menghabisi
Luther tidak tertarik dengan uang ataupun harta berharga. Namun, jika membicarakan masalah obat-obatan langka, itulah yang paling dibutuhkan Luther saat ini. Tubuh pemabuk tua itu semakin hari semakin memburuk. Kemungkinan besar, dia tidak akan bisa bertahan hingga akhir tahun ini.Oleh karena itu, Luther berusaha mengumpulkan 5 buah Rumput Hati Naga itu untuk menyembuhkan penyakitnya."Aku sangat pemilih dalam hal obat-obatan. Obat berharga yang kamu kumpulkan itu belum tentu berguna bagiku." Luther akhirnya mulai buka suara."Aku akan mencarikan obat apa pun yang kamu inginkan!" Darwo langsung memberikan jaminan."Apa kamu punya Buah Mistis Merah?" tanya Luther."Tidak ada ...," jawab Darwo seraya menggeleng."Bagaimana dengan Bunga Kristal Darah?""Tidak ada juga.""Kalau Jamur Ganoderma Tujuh Warna?""Nak, aku bahkan nggak pernah mendengar semua bahan obat-obatan yang kamu sebutkan itu," balas Darwo dengan wajah murung."Kalau begitu seharusnya kamu pernah mendengar ginseng berusia
"Bagaimana, Paman Darwo? Apa kamu puas dengan keterampilan medis Luther?" ujar Bianca dengan bangga. Bagaimanapun, ini adalah pria yang disukainya."Tak kusangka, pil sekecil ini punya khasiat yang begitu ajaib?"Mata Darwo seketika berbinar ketika berkata, "Nak, apa nama pil ini? Apa kamu boleh memberiku beberapa butir lagi? Aku akan membelinya dengan harga tinggi!""Nama pil ini adalah Pil Emas Hitam. Ini adalah resep rahasia. Lantaran bahan-bahannya sangat berharga, aku hanya punya 1 butir saja," balas Luther."Tidak apa-apa, kamu bisa menjual resepnya padaku," ujar Darwo tidak ingin menyerah.Sebagai seorang pemimpin dalam industri obat-obatan, Darwo sangat menyadari nilai dari pil ajaib ini. Jika bisa diproduksi dalam jumlah besar, pil ini akan menghasilkan keuntungan besar."Seperti yang kukatakan, ini adalah formula rahasia. Jadi, tentu saja aku tidak bisa menjualnya," Luther berkata sambil tiba-tiba mengubah arah pembicaraan, "Tentu saja, kalau kamu bisa menemukan satu tanaman
"Kamu tidak sedang bercanda, 'kan? Butuh 10 miliar untuk jadi VIP kelas atas?" Keenan terkejut."Benar! Kenapa kalian tidak pergi merampok saja?" Helen menjadi marah karena merasa malu. Untung saja tadi Helen menarik kembali kartunya dengan cepat. Jika tidak, limit kartunya akan digesek sampai habis."Ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh bos kami. Kalau kamu merasa harganya mahal, kamu boleh memilih menjadi VIP biasa sebagai pilihan lain," jawab pelayan itu dengan ekspresi yang masih sama seperti sebelumnya."Kalau begitu, harus membayar berapa untuk menjadi VIP biasa?" tanya Helen."Dengan membayar 2 miliar sudah bisa menjadi VIP biasa," jelas pelayan itu."Dua miliar? Itu juga sama mahalnya! Kami hanya makan saja, tidak akan menghabiskan begitu banyak uang. Bagaimana kalau kamu beri kami sedikit kelonggaran? Aku akan memberimu insentif nanti!" Jika tahu Restoran Bumantara begitu mahal, Helen tidak mungkin akan memilih tempat seperti ini."Maaf, kami hanya melayani VIP." Pelayan
"Hah? Bos?" Keenan langsung tercengang dan tidak bisa meresponsnya."Apa kamu sedang bercanda? Mana mungkin orang ini bisa menjadi bos?" Ekspresi wajah Helen juga terlihat tidak percaya."Kenapa tidak mungkin? Jangan meremehkan orang! Aku belum pernah melihat orang sesombong kalian. Berani-beraninya kalian membuat keributan di sini!" Ekspresi manajer itu terlihat tidak ramah.Saat berada di dalam ruangan, manajer itu telah melihat semuanya dengan jelas. Mantan bos mereka, Darwo, telah mengalihkan seluruh Hotel Bumantara kepada Luther."Nggak mungkin! Orang ini nggak punya uang, mana mungkin dia bisa membuka restoran?" ujar Keenan dengan terkejut."Kamu tidak usah mengkhawatirkan dari mana aku mendapatkan uangnya. Kamu hanya perlu tahu, restoran ini sekarang milikku. Jadi, aku yang mengusir kalian," kata Luther dengan tenang.Setelah mendengar perkataan itu, ekspresi Helen dan putranya langsung berubah menjadi muram. Awalnya, mereka ingin terlihat berkuasa di depan Luther dengan memanfa
Saat itu, di posisi yang dekat dengan jendela di Restoran Bumantara. Helen dan putranya masih terus menggerutu. "Tidak disangka, Luther yang tidak berguna itu malah menjadi bos. Benar-benar mengejutkan!" Keenan merasa tidak puas."Huh! Dia hanya seorang penipu! Kalau Nona Bianca tidak membantunya, bagaimana mungkin dia bisa sehebat hari ini?" Helen cemberut."Benar! Setelah Nona Bianca bosan nanti, dia pasti akan mengusir Luther. Kita lihat apa dia masih bisa sombong nanti!" Ekspresi Keenan terlihat cemburu."Pria yang mengandalkan wanita untuk naik jabatan, pada akhirnya tidak akan berguna. Hanya pria seperti Carlos yang berbakat dan berpengetahuan luas, baru benar-benar hebat!" Helen mulai memuji Carlos dan menghina Luther."Kak Carlos, sungguh sayang. Kalau kamu tidak pergi ke luar negeri waktu itu, kamu seharusnya sudah menjadi kakak iparku!" kata Keenan sambil menggelengkan kepalanya."Benar! Carlos, kamu tidak tahu. Sejak kamu pergi belajar ke luar negeri, Ariana merasa sakit hat
Ariana berbalik dan melihat bahwa Luther sedang berjalan ke arah mereka, lalu bertanya, "Apa maksudmu?""Ada obat dalam minumanmu. Kalau kamu minum itu, kamu akan dicelakai orang," Luther memperingatkan."Obat?" Ariana mengerutkan kening, lalu melirik Carlos."Luther, apa kamu ada salah paham?" Wajah Carlos menjadi agak kaku, tetapi dia segera menenangkan diri dan menunjukkan ekspresi normal."Kamu paling jelas apakah masalah ini memang kesalahpahaman atau bukan," Luther berkata dengan suara dingin."Ariana, apakah menurutmu aku orang yang selicik itu?" Carlos berbalik dan menatapnya dengan wajah tulus.Ariana melihat kedua orang itu secara bergantian, lalu bertanya, "Luther, apa kamu punya bukti?""Manajer restoran melihatnya dengan mata kepala sendiri, dia bisa bersaksi," kata Luther."Benar! Saya melihatnya dengan jelas, dia yang mencampurkan obat ke dalam minuman!" Manajer itu menunjuk Carlos."Semua orang tahu bahwa kalian bersekongkol. Kalau kalian berdua mau menuduhku, aku juga
Melihat ekspresi marah Ariana dan mendengar kata-kata yang menyakitkan itu, Luther terdiam di tempat dan tidak bisa berkata-kata. Anggur yang tumpah di wajahnya mengalir turun ke dagu dan menetes ke lantai, membuat penampilannya tampak menyedihkan.Luther mengira bahwa hubungan mereka telah membaik, tetapi nyatanya, masih saja begitu rapuh bagaikan kertas."Jadi, menurutmu aku sengaja memfitnahnya?" Luther mengerutkan kening dengan tatapan yang terlihat rumit. "Apakah menurutmu aku begitu tidak layak dipercaya?""Ya!" jawab Ariana spontan. Detik berikutnya, dia segera menyesali jawabannya itu. Namun, karena merasa gengsi, dia tidak bisa menjelaskan isi hatinya."Hehe ... baiklah, akhirnya kamu mengungkapkan perasaanmu." Luther tersenyum sinis, wajahnya penuh dengan kekecewaan. "Tampaknya aku terlalu ikut campur urusanmu. Siapa sangka setelah bertahun-tahun, perasaanmu masih belum berubah.""Apa yang kamu bicarakan?" Ariana mengerutkan kening."Apa ucapanku salah?" tanya Luther. "Sebelu