Setelah disiksa beberapa kali, Ariana akhirnya tidak bisa menahan rasa sakitnya dan pingsan. Punggung Ariana sekarang sudah penuh dengan luka dan tampak mengerikan. Darah masih terus mengalir perlahan-lahan dari luka-luka mengerikan itu. Meskipun Ariana pingsan, tubuhnya masih tetap bergetar."Jenderal, dia sudah pingsan," lapor dari bawahan Sandi."Bangunkan dia dan terus pukul," kata Sandi dengan dingin."Paman, bolehkah aku yang memukulnya sendiri?"Saat ini, Aidan berbicara dengan penuh semangat. Sejak menjadi cacat, keadaan mentalnya telah mengalami perubahan yang besar. Makin cantik wanita itu, dia makin ingin menghancurkannya dengan kejam!"Kalau kamu suka, coba saja." Sandi menganggukkan kepala menyetujuinya."Terima kasih, Paman." Aidan tersenyum sinis.Setelah Ariana sadar, Aidan mengayunkan cambuknya dan memukulnya dengan keras."Ayo katakan!""Bunuh saja aku .... Cepat bunuh saja aku!"Ariana tidak bisa lagi menahan siksaan ini dan keadaan mentalnya hampir hancur. Saat ini,
Luther melangkah maju dan seketika meluncur dengan cepat seperti anak panah yang memelesat dari busurnya!"Cepat! Bunuh dia!" Saat melihat Luther menyerang, Aidan terkejut dan ekspresinya langsung berubah.Namun, sebelum para elite bersenjata lengkap itu bereaksi, Luther sudah tiba di depan mereka. Dia menendang dengan keras, seketika seorang elite langsung terpental seperti ditabrak truk. Pelat baja anti-peluru di dadanya langsung hancur dan tulang rusuknya pun hancur oleh kekuatan pukulan tersebut!Sebelum orang itu terjatuh, Luther sudah beralih menyerang orang lainnya. Dia kembali melayangkan tendangan ke leher orang itu. Dalam hitungan detik, dua orang telah tewas di tangan Luther. Namun, Luther masih tidak berhenti, dia terus menyerang dengan ganas.Luther membunuh semua orang yang ditemuinya dengan mudah. Para elite bersenjata itu bahkan tidak sempat bereaksi terhadap kecepatan dan kekuatan Luther. Dalam hitungan detik, mereka semua telah dijatuhkan satu per satu.Mereka bahkan
Siapa itu Gerald? Dia adalah orang yang memporakporandakan Translandia dan membuat seisi kota itu tidak bisa hidup tenang! Ditambah lagi, dia adalah dalang yang menyebabkan tragedi di ibu kota 10 tahun yang lalu!Sebelumnya, tidak ada yang pernah menyangka bahwa seorang pemuda berusia 15 tahun bisa menghancurkan seisi kota. Pantas saja ... Sandi begitu ketakutan ketika melihat orang ini. Ternyata, pria yang berdiri di hadapannya ini adalah Putra Kirin yang telah menghilang selama 10 tahun!Duk! Kaki ajudannya langsung melemas dan dia terduduk di tanah. Pikirannya menjadi kosong seketika! Setelah menoleh dan melirik kedua orang itu sekilas, Luther tidak lagi memedulikan mereka. Dia hanya berjalan ke hadapan Aidan yang sedang berteriak."Paman, tolong aku!" Aidan menutup kakinya yang patah sambil terus berteriak. Dia bergerak mundur dengan kaki yang terseok-seok, berusaha menghindari Luther."Sudah kubilang, aku akan menghabisi semua tubuhmu hingga tak bersisa!" Luther mengambil cambuk b
Situasi menjadi hening seketika! Ketika pria tua berpakaian batik itu berlutut di hadapan Luther, semua orang tampak tercengang. Tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa orang yang bisa membuat Eril bersikap segan ini malah berlutut di hadapan Luther!Pria itu bersikap seperti seorang pelayan yang bertemu dengan majikannya. Situasi macam apa ini?"Hah ...." Wandy tercengang, tidak berani memercayai apa yang sedang dilihatnya.Wandy mengira bahwa Luther hanya memiliki keterampilan seni bela diri yang tinggi. Tak disangka, ternyata dia juga memiliki latar belakang keluarga yang sangat kuat!Bukankah status Eril sudah cukup tinggi? Namun, di depan pria berpakaian batik itu, dia masih harus bersikap begitu rendah diri dan patuh. Sementara itu, pria berpakaian batik itu bahkan harus berlutut di hadapan Luther. Hal ini sungguh tidak masuk akal dan penuh kejutan!Hal ini menunjukkan betapa hebatnya latar belakang Luther yang selalu dianggap remeh olehnya."Tidak mungkin! Mustahil!" Pada saa
Dua hari kemudian, di Klinik Damai ....Ariana yang telah lama pingsan, akhirnya perlahan-lahan sadar. Di depannya adalah sebuah kamar sederhana yang dilengkapi dengan sebuah meja, dua buah kursi, dan sebuah ranjang.Tempat ini tidak asing baginya. Ariana merasa sepertinya dia pernah datang ke tempat ini."Kamu sudah sadar?" Pada saat ini, Luther tiba-tiba berjalan masuk. Dia membawakan semangkuk bubur untuk Ariana.Meskipun rasanya sangat hambar, bagi Ariana yang telah kelaparan selama 2 hari, bubur ini tampak sangat menggugah selera. Mencium wanginya, perut Ariana juga mulai keroncongan."Kamu yang menolongku?" tanya Ariana dengan canggung."Kamu terluka dan jatuh pingsan di tepi jalan. Aku yang memungutmu dan membawamu pulang," jawab Luther dengan santai."Memungutku?" Ariana mengernyit sejenak, lalu berkata, "Oh ya! Sudah berapa lama aku pingsan? Bagaimana keadaan di kediaman Keluarga Devano sekarang? Apa orang tuaku dalam bahaya?"Menghadapi pertanyaan yang bertubi-tubi dari Arian
Setelah beberapa saat, wajah Ariana sudah sepenuhnya menjadi merah dan bercucuran keringat. Tatapannya yang penuh dendam itu membuat Luther bergidik ngeri.Bukankah dia hanya mengoleskan obat? Kenapa seolah-olah dia telah menindas Ariana?"Sudah cukup belum lihatnya? Kalau sudah cukup, keluarlah!" Ariana menutup tubuhnya dengan selimut. Pinggangnya yang ramping dan bokongnya yang montok, membentuk lekuk tubuh yang sangat memikat."Kamu ambil saja dulu obat ini. Setelah mengoleskannya selama 3 sampai 5 hari, bekas lukamu akan menghilang." Luther tidak berani banyak bicara. Setelah meletakkan botol obat tersebut, dia keluar sambil menundukkan kepala.Setelah belasan menit kemudian, Ariana berjalan keluar dari kamar dengan berpakaian rapi. Berbeda dengan sikapnya yang malu-malu dan marah tadinya, kini Ariana tampak dingin seperti biasanya. Dia bersikap seolah-olah tidak ada apa pun yang terjadi."Pinjam ponselmu, aku mau menelepon," kata Ariana sembari mengulurkan tangannya kepada Luther
"Jalang sialan! Aku akan menghabisimu!" Sambil menyentuh wajahnya yang panas, Martien marah besar dan langsung melompat ke depan. Namun, Ariana bereaksi dengan cepat dan langsung menendang selangkangan Martien."Argh!" Martien berteriak kesakitan sambil memegang selangkangannya dan berjongkok. Wajahnya semakin memerah menahan rasa sakit."Menjijikkan!" cibir Ariana, lalu dia berbalik dan keluar dari ruangan. Setelah itu, dia bertemu dengan Luther yang sedang menguping di depan pintu dan berkata dengan tidak sabaran, "Apa yang kamu lakukan?""Tidak apa-apa, aku hanya takut kamu dilecehkan," jawab Luther sambil mengangkat bahunya.Melihat Martien yang terkapar di lantai sambil mengerang kesakitan, tebersit kilatan dingin pada tatapan Luther. Untung saja tadi Ariana yang menanganinya. Jika Luther sendiri yang turun tangan, dia pasti akan menghancurkan kedua tangan si gendut ini!"Sudah selesai urusannya, ayo pergi." Ariana malas menjelaskan lebih lanjut dan melangkah keluar dengan sepatu
"Siapa yang berani berbuat onar di daerah kekuasaanku? Sudah bosan hidup, ya?" Stalin berjalan masuk dengan berwibawa sambil mengisap cerutunya. Di mana pun dia lewat, semua orang berusaha menghindar karena takut akan terlibat dengannya.Bahkan, wajah Ariana juga tampak sangat muram sekarang. Meskipun Adi sudah meninggal, Stalin mewarisi semua kekuasaannya. Selain itu, tampaknya dia semakin sukses sekarang. Ditambah dengan Darwin sebagai pendukungnya, tidak ada orang yang berani mencari masalah dengan Stalin sekarang."Kamu keluar dari pintu samping, aku akan mengulur waktu untukmu di sini!" Ariana maju selangkah dan mengadang di hadapan Luther. Dengan status Ariana sekarang, Stalin tidak akan berani bertindak gegabah terhadapnya.Namun, hal itu tidak berlaku bagi Luther. Tanpa kekuasaan dan latar belakang, dia akan gawat kalau sampai jatuh di tangan Stalin!"Mau pergi ke mana? Sekarang Tuan Stalin sudah datang, nggak akan ada seorang pun yang bisa menolongmu lagi! Bersiaplah untuk mat
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung
"Adipati Ezra, perjodohan di antara dua keluarga ini bukan hanya kehendakku, tapi juga kehendak ayah angkatku dan seluruh Keluarga Luandi," ujar Roman dengan tersenyum."Menurut aturan yang sudah diterima, pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih berkerabat langsung nggak diperbolehkan. Apa kalian sudah lupa akan hal ini?" tanya Ezra dengan tenang."Berpegang pada aturan yang kaku nggak akan berguna untuk perkembangan," jawab Roman sambil menggeleng dan tersenyum. "Sekarang, Negara Drago sedang dalam masa kacau. Selain itu, aku dengar kesehatan Kaisar kurang baik dan ada kemungkinan dia akan menunjuk pewaris lebih awal dan mundur dari takhta.""Aku yakin Midyar akan mengalami kerusuhan dalam waktu dekat ini. Pada saat itu, baik Empat Keluarga Kerajaan, Delapan Keluarga Kaya, maupun kekuatan lainnya, semua akan terseret dalam pusaran ini. Makanya sebelum itu terjadi, aku harap Keluarga Luandi dan Keluarga Paliama bisa beraliansi melalui pernikahan untuk mengatasi kesulitan bersama
"Ayah, bagaimana menurutmu?" tanya Gusdur sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ezra."Ada tamu yang datang, kita tentu saja nggak boleh nggak sopan. Suruh mereka masuk ke ruang tamu untuk berbicara," kata Ezra dengan tenang. Roman mewakili Keluarga Luandi, dia tentu saja tidak bisa mengusir tidak peduli apa pun niat kedatangan Roman ini. Mengenai hubungan pernikahan ini, tentu harus dipertimbangkan dengan matang."Baik," jawab pengurus rumah, lalu segera pergi."Kalian lanjutkan saja makannya, aku akan menemui orang-orang dari Keluarga Luandi ini," kata Ezra, lalu bangkit dan pergi.Setelah saling memandang sebentar, ketiga putra dari Ezra juga akhirnya mengikuti Ezra. Mereka ingin melihat apa yang sedang direncanakan Keluarga Luandi kali ini."Sudahlah, biarkan mereka yang mengurusnya. Kita makan saja," kata nenek Bianca sambil tersenyum agar semuanya melanjutkan makan malamnya.Tiga menit kemudian, di ruang tamu Keluarga Paliama. Ezra duduk di kursi utama dan langsung menghadap ke