Siang hari, di dalam Restoran Royale."Gianna, lihatlah, ibu kota provinsi memang beda. Restoran mana saja terlihat begitu mewah dan berkelas. Ibu sudah putuskan, mulai sekarang Ibu akan menetap di ibu kota. Kota ini lebih besar dan makmur, mau ngapain saja lebih leluasa. Jauh beda dengan Jiloam yang kecil!" ujar Helen. Dia duduk di sebuah kursi indah sambil melihat ke sekeliling dan sesekali menghela napas.Mendengar ucapan ibunya, Ariana juga tampak tidak berdaya. Awalnya, dia berencana datang sendirian ke ibu kota provinsi untuk mulai bekerja di Grup Warsono alias Grup Miliarder. Namun, ibu dan adiknya memaksa untuk ikut. Mereka beralasan bahwa mereka bisa saling menjaga kalau bersama. Jadi, Ariana tidak perlu khawatir tidak ada yang merawatnya jika jatuh sakit.Keenan tiba-tiba bertanya, "Bu, apa Bibi tinggal di dekat sini?""Ya, Ibu sudah bikin janji makan malam dengan bibi kalian. Seharusnya dia akan segera sampai," sahut Helen sambil mengangguk.Di tengah pembicaraan Helen dan K
"Semuanya, aku cukup berpengaruh di kota ini. Jadi, kalau kalian menemui masalah di masa depan, jangan ragu untuk meminta bantuanku," ucap Malcolm yang berinisiatif mengeluarkan kartu namanya. Sembari berkata demikian, dia juga melirik Ariana dengan sorot mata yang penuh nafsu.Wanita itu benar-benar sangat cantik. Bukan hanya memiliki bentuk tubuh yang bagus, wajahnya pun sempurna. Sulit bagi Malcolm untuk menemukan kekurangan sedikit pun. Ariana benar-benar wanita yang berkualitas tinggi. Dia bahkan jauh lebih memesona daripada Roselyn."Tuan Malcolm benar-benar murah hati. Semuanya, mari silakan duduk," puji Helen sambil tersenyum. Kemudian, wanita itu berseru dengan nada tinggi, "Pelayan, tolong keluarkan makanannya!" Pada saat ini, Ariana tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar, masih ada satu orang yang belum datang.""Hah? Siapa yang belum datang?" tanya Helen sembari melihat sekeliling dengan heran. Saat Ariana ingin memberitahunya, pintu restoran tiba-tiba terbuka. Sosok Luther ta
"Sobat, gaji bulanan 20 juta sudah termasuk tinggi. Kalau kinerjamu baik, aku mungkin akan memberimu bonus juga," ucap Malcolm dengan nada bercanda. Roselyn berkata dengan bangga, "Luther, bisa menjadi sopir pacarku adalah keberuntungan bagimu. Kalau melewatkan kesempatan ini, kamu pasti akan menyesalinya nanti!"Herlina ikut menimpali, "Benar! Malcolm adalah manajer di Grup Sutanto. Masa depannya sangat cerah. Kalau bekerja untuknya, kamu juga bisa hidup nyaman. Kenapa kamu malah nggak mau?" Luther yang kebingungan pun bertanya, "Apakah Grup Sutanto sangat hebat?"Herlina menjelaskan dengan ekspresi meremehkan, "Kamu bahkan nggak tahu tentang Grup Sutanto? Itu adalah perusahaan besar dengan pendapatan ratusan triliun! Sedikit kekayaan mereka saja sudah cukup bagimu untuk makan dan minum seumur hidup!" Orang kampungan seperti Luther memang tidak mengerti apa pun."Maaf, aku belum pernah mendengar tentang itu," ujar Luther sambil menggelengkan kepala. Dia tidak familier dengan urusan bi
"Mengingat namaku, lalu kenapa? Apa yang bisa kamu lakukan terhadapku?" tanya Malcolm seraya tersenyum merendahkan. Tampaknya, dia sama sekali tidak menyadari bahaya yang telah menghampirinya."Aku adalah Fernando dan kamu bekerja di perusahaanku. Menurutmu, apa yang bisa aku lakukan terhadapmu?" tanya Fernando dengan nada dingin. Malcolm terus mengejek, "Lanjut saja, teruskan sandiwara ini. Apa kamu benar-benar mengira bahwa aku akan percaya dengan omong kosongmu?""Malcolm, aku secara resmi memberitahumu sekarang bahwa kamu sudah dipecat dari Grup Sutanto. Kamu nggak perlu datang lagi ke perusahaan besok," ucap Fernando yang terlalu malas untuk berbasa-basi.Malcolm sontak tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Hahaha ... memecatku? Hebat sekali kamu! Sejujurnya, aku punya pendukung di Grup Sutanto. Kalaupun Dewa Kekayaan yang asli, dia juga nggak berhak untuk memecatku, apalagi kamu yang palsu ini.""Oh, ya? Kalau begitu, aku ingin tahu, siapa pendukungmu?" ucap Fernando dengan nada
Tiba-tiba, Helen merasa cemas tanpa sebab, lalu berkata, "Aneh, kenapa mereka berjalan ke sini? Dilihat dari ekspresi mereka yang ganas, mungkinkah mereka ingin mencari masalah dengan kita?""Mereka menargetkan aku," ucap Luther secara tiba-tiba. "Menargetkan kamu? Apa kamu menyinggung orang lagi?" tanya Ariana seraya mengernyit. Tiba-tiba, wanita itu menyadari bahwa Luther sepertinya terlibat dalam banyak masalah belakangan ini."Bukan menyinggung, aku hanya menghajarnya dan mengajarinya sedikit tentang etika menjadi manusia," jawab Luther dengan tenang. Ariana menjelaskan dengan suara pelan, "Di kota ini bukan seperti di Jiloam. Ada banyak sosok berpengaruh di mana-mana. Beberapa orang bahkan nggak bisa kita singgung!"Meskipun sekarang Ariana adalah ketua dari sebuah perusahaan bernilai puluhan triliun, dia masih belum menyelesaikan transisi kekuasaan sepenuhnya. Sebab, Ariana masih kekurangan dana, koneksi, dan pengalaman.Pada tahap ini, yang paling penting baginya adalah membangu
Plak! Supri langsung menampar Malcolm tanpa ampun. Tenaganya yang besar membuat Malcolm terhuyung ke belakang dan hampir jatuh. Jejak lima jari sontak terlihat jelas di wajahnya."Hah?" Melihat Malcolm yang ditampar, Roselyn dan yang lainnya tercengang. Mereka tidak menyangka bahwa beberapa preman ini akan begitu berani, bahkan sampai menampar manajer dari Grup Sutanto.Apakah mereka mencoba untuk memberontak? Malcolm menutupi wajahnya. Dia yang sulit memercayai hal ini pun berkata, "Kamu ... beraninya kamu menamparku? Apa kamu tahu siapa aku? Aku adalah petinggi Grup Sutanto!""Grup Sutanto? Memangnya kenapa?" tanya Supri. Kemudian, dia tidak berbasa-basi dan lagi-lagi menampar Malcolm dengan keras. Pria gemuk itu melanjutkan, "Kalau Fernando yang datang, mungkin aku akan menghargainya. Kamu ini hanya seorang manajer, tapi beraninya berlagak di hadapanku?""Bajingan! Riwayatmu sudah tamat! Beraninya kamu menamparku lagi? Aku pasti akan memberimu ganjaran yang setimpal!" ancam Malcolm.
"Argh! "Seiring dengan suara teriakan yang mengerikan, para preman yang tidak sempat menahan serangan itu satu per satu terjatuh ke lantai dan berguling-guling. Dalam sekejap, sudah ada sekelompok orang yang berbaring di lantai. Sebatang sumpit tertancap di kaki setiap orang dan tidak bisa ditarik keluar."Hah?"Melihat pemandangan ini, Supri terkejut. Perlu diketahui, para preman ini adalah orang-orang yang dia pilih dengan hati-hati. Setiap orang telah menjalani pelatihan profesional dan memiliki keterampilan yang baik. Biasanya, jika 10 orang melawan 1 orang, mereka pasti akan menang. Namun, dia tidak menyangka hanya dengan satu serangan saja, semua orang dari pihaknya sudah terjatuh. Hanya beberapa batang sumpit saja bisa memiliki efek serangan yang begitu besar?"Aku tidak salah lihat? Orang ini sehebat itu?"Melihat Luther yang begitu tangguh, Herlina merasa terkejut. Menurut kesannya, Luther hanya tokoh kecil yang biasa dan tidak mencolok. Bagaimana mungkin dia memiliki keteram
"Siapa sebenarnya orang ini? Bagaimana dia bisa mengundang pasangan ayah dan anak dari Grup Goberg?"Melihat Titan dan Thor datang melangkah ke arahnya, Malcolm merasa merinding. Kedua orang ini adalah ahli bela diri terkenal di dunia persilatan, salah satu dari mereka saja sudah bisa melawan ratusan lawan. Biasanya, mereka tidak akan keluar dengan mudah dan mengundang mereka bukanlah hal yang mudah."Kak Malcolm, siapa ini ayah dan anak dari Grup Goberg? Apa mereka sangat hebat?" tanya Roselyn yang berada di samping."Bukan hanya hebat, bagi orang biasa, mereka berdua seperti monster yang ganas! Terutama yang bernama Titan, dia sangat menakutkan dan membunuh baginya adalah hal yang sangat mudah. Banyak sekali korban yang mati di tangan mereka!" kata Malcolm dengan ekspresi serius.Sebagai anggota inti dari Grup Sutanto, Malcolm tentu saja mengetahui urusan dunia persilatan."Hah? Apa begitu menakutkan?"Roselyn ketakutan dan segera bersembunyi di belakang Malcolm. Meskipun Helen dan y