Sebuah mobil mewah memimpin paling depan, diikuti para pengawal yang berjaga di belakang. Dilihat sekilas, kelompok ini sangat ramai. Setidaknya ada ratusan orang di sana. Ada dua orang yang berdiri di posisi terdepan, satu pria dan satu wanita.Pria itu berwajah tampan dan bertubuh tinggi. Tatapan matanya setajam elang, seolah-olah dia memiliki mata tembus pandang. Langkah-langkah tegasnya membawa aura dingin yang kuat. Dia bak dewa kematian yang berjalan keluar dari timbunan mayat dan lautan darah. Intinya, pria itu memberikan kesan sebagai orang yang cakap dan mengintimidasi.Pria itu adalah Harry, yang dikenal sebagai jenderal genius. Wanita di sebelahnya adalah Gianna, orang yang pernah berselisih dengan Luther sebelumnya."Kak, dari ucapan Bianca sebelum ini, sepertinya dia nggak mau menikah denganmu," kata Gianna sambil lalu."Bukan dia yang bisa memutuskan hal ini. Pokoknya, wanita yang kusukai bakal tetap kudapatkan," balas Harry dengan tenang. Nada bicaranya tegas dan mendomi
Saat Harry menyapukan pandangannya, semua anggota Keluarga Caonata seketika bergidik. Rasa ngeri yang sulit diredam muncul di hati mereka. Nada bicara Harry sangat tenang, bahkan sama sekali tidak terdengar gejolak emosi. Namun, tatapan matanya sudah cukup membuat semua orang ketakutan. Untuk sesaat, semua orang seakan-akan merasa bahwa mereka sedang diincar oleh binatang buas."Harry, jangan salah paham. Bianca cuma salah ngomong," jelas Kevin. Kemudian, dia memelototi Bianca dan berkata dengan galak, "Jangan bikin masalah! Cepat kembali ke kamarmu!"Susan juga terkejut dan segera memperingatkan, "Bianca, pernikahan antara kedua keluarga bukan permainan. Jangan bicara sembarangan!"Penolakan Bianca di depan Gianna sebelumnya masih bisa ditoleransi. Namun, keluarga mereka harus menanggung konsekuensi serius karena Bianca telah berani mengucapkan kata-kata tadi di depan Harry."Aku nggak main-main, aku juga nggak bicara sembarangan," balas Bianca.Bianca melanjutkan dengan berani, "Harr
"Bianca, kamu nggak tahu malu! Moralmu sudah rusak!" hardik Gianna sambil menggebrak meja.Dengan identitas dan statusnya, Harry tidak mungkin menikahi wanita yang sudah tidak suci.Harry mengernyit pelan, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Apa kamu sedang mencoba membuatku kesal? Aku nggak keberatan meski kamu sudah nggak perawan.""Apa?"Begitu mendengar ucapan Harry, semua orang kembali terkejut. Terutama orang-orang Keluarga Sunaryo. Wajah mereka memucat seperti baru melihat hantu."Kamu nggak keberatan meski aku sudah nggak perawan? Gimana kalau aku bilang aku lagi hamil?" Bianca kembali melontarkan pernyataan yang mengejutkan, "Sebenarnya, aku sudah mengandung anak Luther!" Suasana langsung gempar begitu Bianca mengucapkan kata-katanya."Kurang ajar! Bianca benar-benar kurang ajar!""Bianca! Kamu benar-benar mempermalukan Keluarga Caonata!""Beraninya kalian menyetujui pernikahan saat Bianca sedang mengandung anak haram! Kalian sungguh nggak tahu malu!"Saat ini, baik orang Kelu
"Pakai kekerasan?"Kevin dan yang lainnya seketika tercengang dan saling memandang dengan tatapan terkejut. Luther ingin pakai kekerasan untuk menghadapi Keluarga Sunaryo? Bukankah ini cari mati sendiri namanya?"Luther, kalau kamu mau bunuh diri, itu urusanmu. Jangan libatkan kami!" ujar Susan sambil mengernyit. Di matanya, Luther-lah yang menjadi alasan Bianca memberontak dan ingin membatalkan pernikahan. Jadi, dia merasa sedikit kesal pada Luther."Harry bukan putra dari keluarga bangsawan biasa. Dia unggul dalam bidang sipil dan militer, berani dan cerdas, lalu dia juga memiliki status jenderal. Kamu akan sulit memaksanya mundur," timpal Kevin sambil menggelengkan kepalanya.Luther justru berkata, "Selama dia adalah manusia, dia pasti punya kelemahan. Kalau kita tahu kelemahannya, kita bisa membalik keadaan. Masih ada waktu sepuluh hari, aku pasti bisa menyelesaikan masalah ini.""Anak muda, jangan memaksakan sesuatu yang di luar kemampuanmu. Jangan sampai kamu terbunuh sebagai aki
Harry sedang bersandar di kursi dan mengistirahatkan matanya. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang menakutkan."Kak! Bianca jalang ini benar-benar keterlaluan. Kamu harus memberinya pelajaran!" hasut Gianna yang duduk di sebelahnya dengan kesal.Harry adalah pemuda kebanggaan negara. Bisa menikah dengan Harry dan bergabung dengan Keluarga Caonata adalah berkah bagi Bianca. Alhasil, Bianca berani membatalkan pernikahan di depan semua orang. Itu adalah penghinaan secara terang-terangan!Melihat Harry hanya diam, Gianna makin kesal dan berkata, "Kak, katakan sesuatu dong! Wanita jalang itu mengkhianatimu, apa kamu nggak marah?"Tunangan Harry sudah direbut dan dihamili pria lain. Pria mana yang sanggup bersabar atas hal seperti ini?Harry berkata dengan ekspresi datar, "Bagiku, marah juga nggak ada gunanya. Aku ingin menikahi Bianca bukan karena aku menyukainya, tapi karena aku menghargai potensinya. Jadi, nggak penting apa dia benaran hamil atau nggak.""Kak! Kamu sudah diselingkuhi, m
Siang hari, di dalam Restoran Royale."Gianna, lihatlah, ibu kota provinsi memang beda. Restoran mana saja terlihat begitu mewah dan berkelas. Ibu sudah putuskan, mulai sekarang Ibu akan menetap di ibu kota. Kota ini lebih besar dan makmur, mau ngapain saja lebih leluasa. Jauh beda dengan Jiloam yang kecil!" ujar Helen. Dia duduk di sebuah kursi indah sambil melihat ke sekeliling dan sesekali menghela napas.Mendengar ucapan ibunya, Ariana juga tampak tidak berdaya. Awalnya, dia berencana datang sendirian ke ibu kota provinsi untuk mulai bekerja di Grup Warsono alias Grup Miliarder. Namun, ibu dan adiknya memaksa untuk ikut. Mereka beralasan bahwa mereka bisa saling menjaga kalau bersama. Jadi, Ariana tidak perlu khawatir tidak ada yang merawatnya jika jatuh sakit.Keenan tiba-tiba bertanya, "Bu, apa Bibi tinggal di dekat sini?""Ya, Ibu sudah bikin janji makan malam dengan bibi kalian. Seharusnya dia akan segera sampai," sahut Helen sambil mengangguk.Di tengah pembicaraan Helen dan K
"Semuanya, aku cukup berpengaruh di kota ini. Jadi, kalau kalian menemui masalah di masa depan, jangan ragu untuk meminta bantuanku," ucap Malcolm yang berinisiatif mengeluarkan kartu namanya. Sembari berkata demikian, dia juga melirik Ariana dengan sorot mata yang penuh nafsu.Wanita itu benar-benar sangat cantik. Bukan hanya memiliki bentuk tubuh yang bagus, wajahnya pun sempurna. Sulit bagi Malcolm untuk menemukan kekurangan sedikit pun. Ariana benar-benar wanita yang berkualitas tinggi. Dia bahkan jauh lebih memesona daripada Roselyn."Tuan Malcolm benar-benar murah hati. Semuanya, mari silakan duduk," puji Helen sambil tersenyum. Kemudian, wanita itu berseru dengan nada tinggi, "Pelayan, tolong keluarkan makanannya!" Pada saat ini, Ariana tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar, masih ada satu orang yang belum datang.""Hah? Siapa yang belum datang?" tanya Helen sembari melihat sekeliling dengan heran. Saat Ariana ingin memberitahunya, pintu restoran tiba-tiba terbuka. Sosok Luther ta
"Sobat, gaji bulanan 20 juta sudah termasuk tinggi. Kalau kinerjamu baik, aku mungkin akan memberimu bonus juga," ucap Malcolm dengan nada bercanda. Roselyn berkata dengan bangga, "Luther, bisa menjadi sopir pacarku adalah keberuntungan bagimu. Kalau melewatkan kesempatan ini, kamu pasti akan menyesalinya nanti!"Herlina ikut menimpali, "Benar! Malcolm adalah manajer di Grup Sutanto. Masa depannya sangat cerah. Kalau bekerja untuknya, kamu juga bisa hidup nyaman. Kenapa kamu malah nggak mau?" Luther yang kebingungan pun bertanya, "Apakah Grup Sutanto sangat hebat?"Herlina menjelaskan dengan ekspresi meremehkan, "Kamu bahkan nggak tahu tentang Grup Sutanto? Itu adalah perusahaan besar dengan pendapatan ratusan triliun! Sedikit kekayaan mereka saja sudah cukup bagimu untuk makan dan minum seumur hidup!" Orang kampungan seperti Luther memang tidak mengerti apa pun."Maaf, aku belum pernah mendengar tentang itu," ujar Luther sambil menggelengkan kepala. Dia tidak familier dengan urusan bi
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un