Ketika serangan fatal itu hampir mengenai Greta, sebuah jarum perak tiba-tiba memelesat. Jarum itu cepat dan tajam. Sebelum orang-orang sempat bereaksi, jarum itu sudah mengenai pergelangan tangan Alvan secara akurat.Kekuatan dahsyat yang terkandung di dalam membuat Alvan mundur beberapa langkah. Bahkan, dia merasakan sakit yang menusuk sehingga tubuhnya tak kuasa bergetar. Untuk sesaat, Alvan tidak bisa mengerahkan kekuatan."Sial!" Alvan sungguh gusar. Dia mencabut jarum di pergelangan tangan. Seketika, rasa sakit itu baru mereda."Kak, cepat kabur!" seru Roselia. Greta yang tersadar dari keterkejutannya pun segera kabur tanpa sempat memedulikan hal lain lagi."Mau ke mana kamu?" Alvan yang tidak kesakitan lagi sontak berjinjit. Saat berikutnya, dia berubah menjadi bayangan yang menerjang ke arah Greta. Sekalipun harus mati, dia akan menyeret orang lain untuk mati bersamanya."Berengsek! Beraninya kamu!" Mata Adam memerah melihat ini. Dia berkelebat dan melayangkan pukulan ke arah A
Alvan tewas. Jasad tanpa kepala terjatuh di lantai dan menyemburkan banyak darah. Ekspresi Tim Penegak Hukum tampak dingin. Mereka sama sekali tidak bersimpati.Dulu Alvan memang murid elite yang dibina Organisasi Mondial secara khusus. Namun, sejak Alvan berkomplot dengan Kuil Dewa dan mengkhianati organisasi, dia ditakdirkan untuk mati.Apalagi, Alvan begitu keras kepala dan tidak tahu diri. Dia mencoba melukai putri Ketua Organisasi Mondial. Berbagai kejahatan ini membuatnya harus mati. Sekalipun Adam tidak membunuhnya, dia tidak mungkin terlepas dari hukuman organisasi."Bajingan ini memang pantas mati!" Sambil menatap jasad Alvan, Roselia meludah dengan ekspresi penuh kebencian.Selama ini, Roselia memperlakukan Alvan layaknya kakak sendiri. Dia yakin Alvan orang yang baik. Siapa sangka, ternyata Alvan hanya pria munafik.Demi keegoisan sendiri dan takhta, Alvan berkomplot dengan orang luar untuk berkhianat. Setelah kejahatannya terbongkar, bukannya bertobat, Alvan malah menyander
"Roselia, ambilkan Pil Sembilan Bunga kemari." Greta memberi isyarat mata kepada Roselia."Kak, kalau kamu kasih Pil Sembilan Bunga ke Dokter Luther, gimana dengan nasibmu kelak?" tanya Roselia. Dia tahu betapa berharganya Pil Sembilan Bunga. Itu adalah harta karun untuk menerobos tingkat master. Pesilat biasa tidak akan bisa memperolehnya. Greta malah ingin memberikan secara cuma-cuma."Aku juga nggak butuh pil itu. Berikan kepada Dokter Luther saja." Greta tersenyum. Makin besar potensi seseorang, khasiat pil akan makin besar. Dengan bakat Luther, dia pasti bisa mencapai hasil tertinggi."Jangan bengong saja. Cepat pergi ambil," desak Greta. Meskipun merasa enggan, Roselia tidak bisa membantah karena itu bukan barang miliknya. Dia terpaksa mengangguk dan mengiakan.Sesaat kemudian, Roselia kembali dengan membawa sebuah kotak kayu cendana yang indah. Dia bertanya lagi, "Kamu yakin mau dikasih ke orang, Kak?""Sudah, jangan bertele-tele. Sebagus apa pun harta karun ini, masih nggak bis
Selain kompetisi, bisnis judi Charlotte juga sangat ramai. Demi menerima lebih banyak orang, dia sampai membangun dua tempat judi terbuka. Yang satu tempat judi biasa, yang satu lagi tempat judi VIP.Tempat judi biasa menerima uang, sedangkan tempat judi VIP menerima harta karun. Dengan demikian, Charlotte bisa memenuhi keinginan pelanggan yang berbeda.Semua penonton menjadi target Charlotte. Metode yang digunakan masih sama seperti sebelumnya. Para pejudi akan mendapat keuntungan dulu, lalu baru dibuat buntung oleh Charlotte. Cara ini tidak pernah salah.Beberapa hari ini, Charlotte mendapat hasil berlimpah. Faktanya, dia adalah pemenang terbesar. Meskipun beberapa orang cerdas tahu trik Charlotte, mereka tidak berani membongkar karena identitasnya. Lagi pula, beberapa orang tetap akan berjudi setelah tahu.Ini karena para pejudi selalu menaruh harapan untuk menang. Ketika melihat seseorang mendapat keuntungan, mereka juga akan mencoba peruntungan mereka. Meskipun tahu yang untung ha
Bagi Greta yang selalu berdiam di rumah, dia tentu pernah mendengar tentang tempat judi, tetapi tidak pernah pergi. Mumpung melihatnya hari ini, dia pun ingin mencobanya."Dasar anak ini, masih ceroboh seperti biasa." Adam menggeleng dengan pasrah dan hanya bisa mengikuti. Setelah insiden yang disebabkan oleh Alvan, sekarang Adam menjadi pengawal pribadi Greta dan Roselia. Dia harus menjamin keselamatan mereka."Ayo, ayo! Siapa yang mau bertaruh! Pilih jagoan kalian! Kalian akan menang sesuai jumlah taruhan! Ini bukan penipuan! Reputasi kami boleh diadu!" seru Charlotte yang terus menarik pelanggan.Charlotte sedang berjaga di area VIP yang khusus mengumpulkan harta karun. Masih sama seperti sebelumnya, cip taruhan adalah Batu Spiritual.Pertama-tama memperkirakan harga harta karun pelanggan, lalu ditukarkan dengan Batu Spiritual sebagai cip taruhan. Jika menang, pelanggan dapat menebus harta karun mereka kembali."Paman, kamu bawa teman kemari? Ayo duduk." Ketika Luther dan lainnya me
"Tenang saja. Kalaupun kandidat nomor 12 kalah, kami nggak bakal menyalahkanmu," jelas Greta tersenyum."Ya. Kita cuma bersenang-senang kok. Kalah menang nggak penting," ujar Roselia."Baguslah kalau begitu." Luther mengangguk.Tidak masalah jika tidak kecanduan judi. Namun, begitu kecanduan, seseorang akan kehilangan akal sehat. Bukannya untung, malah buntung."Kak Adam, kamu nggak mau ikut main?" tanya Greta yang tiba-tiba menatap Adam di samping."Nggak usah, kalian main saja. Aku nggak tertarik." Adam menggeleng sambil tersenyum. Dia hanya tertarik pada kultivasi dan bertarung."Gimana denganmu, Dokter?" Greta mengalihkan pandangannya kepada Luther."Aku nonton saja," tolak Luther dengan lembut. Dia tahu bagaimana Charlotte mengendalikan hasil permainan. Sebagian besar pejudi di sini akhirnya akan kalah."Ayo, ayo! Pertandingan sudah mau mulai! Cepat tentukan jagoan kalian!" seru Charlotte mengajak lebih banyak orang bertaruh.Ketika wasit di arena meneriakkan kata mulai, taruhan a
Serangan pria kekar itu benar-benar dahsyat. Kekuatan yang terkandung pada kedua kapaknya setidaknya sebesar puluhan ribu kilogram.Ketika melihat situasi ini, Elio memfokuskan pandangannya. Dia tidak mundur, melainkan maju. Rambutnya hampir mengenai kapak pria kekar itu. Begitu serangan pria kekar itu melesat, Elio langsung menggerakkan pedangnya.Sret! Terdengar suara yang agak nyaring. Elio memanfaatkan inersia untuk menggores pinggang pria kekar itu, lalu melewatinya. Goresan itu merobek pakaian pria kekar itu, memperlihatkan zirah di dalamnya. Di atas zirah itu, muncul bekas goresan yang tipis."Hm?" Elio mengangkat alis dan cukup terkejut. Serangannya rumit, cepat, dan akurat. Dia mengira lawan akan kehilangan kemampuan untuk bertarung, tetapi ternyata zirah di dalam menghalangi serangannya."Bocah, harus kuakui kamu hebat juga." Pria kekar itu menunduk menatap pakaiannya yang robek. Dengan ekspresi serius, dia meneruskan, "Kalau aku nggak buat persiapan, mungkin aku sudah kalah.
"Aneh. Nomor 12 jelas-jelas lebih kuat dari nomor 34. Kenapa dia nggak bisa menang?" Roselia tak kuasa bertanya melihat pertarungan sengit di arena."Tentu saja karena takut." Greta memicingkan mata sambil menjelaskan, "Coba kamu perhatikan gaya bertarung nomor 34 yang ganas. Basis kultivasi nomor 12 memang lebih hebat, tapi dia nggak punya cara untuk menang karena musuhnya terlalu tak kenal takut. Orang yang lebih berani yang berada di posisi unggul."Ketika pertarungan arena berubah menjadi pertarungan hidup dan mati, maknanya jelas berbeda. Dalam pertarungan arena, kalaupun kalah, seseorang tidak akan menderita kerugian besar. Di situasi seperti ini, pesilat biasa jarang mempertaruhkan nyawanya untuk meraih kemenangan.Namun, pertarungan hidup dan mati jelas berbeda. Yang menang akan hidup, yang kalah akan mati. Itu sebabnya, kedua belah pihak akan mengerahkan segenap kekuatan untuk meraih kemenangan.Nomor 34 memiliki kesadaran dalam pertarungan hidup dan mati, sedangkan nomor 12 t