"Aku bisa atau nggak, kamu akan lihat sendiri nanti," ucap Luther sambil tersenyum tipis.Luther tidak ingin lanjut mendebat Taurus. Di matanya, Taurus dan Revan tidak lebih dari sekadar badut yang menggelikan."Oke! Biar kusaksikan gimana kamu mempermalukan dirimu sendiri nanti!" balas Taurus dengan raut marah.Sorot mata Taurus seperti hendak melahap habis Luther. Dia belum pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya. Dia bertekad untuk mendapatkan kembali kehormatannya hari ini.Jika Luther gagal mengangkat kaldron 5 ton, Taurus akan mentertawakannya habis-habisan. Dia akan menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan kemarahannya."Taurus, tenangkan dirimu. Jangan sampai kamu kehilangan kendali hanya karena orang semacam ini," ucap Revan sambil mendekat.Revan menepuk bahu Taurus dan berkata dengan raut tenang, "Kamu unggul dalam kecepatan dan teknik. Wajar kalau kekuatanmu sedikit rendah. Nggak apa-apa, lihat saja performaku nanti.""Kak Revan, semua tergantung padamu sekarang. Tu
Jika pesilat biasa tertimpa kaldron seberat 5 ton ini, dia mungkin akan langsung mati. Namun, Revan masih tenang-tenang saja.Revan tidak menghindar dari kaldron yang jatuh dengan cepat itu. Dia sama sekali tidak terlihat takut, seolah-olah kaldron yang meluncur cepat ke arahnya bukan masalah besar.Ketika kaldron 5 ton itu hendak membentur kepalanya, Revan baru mengulurkan tangan dan mengangkatnya dengan santai. Kaldron hampir terjatuh karena beratnya, tetapi segera Revan stabilkan di udara dengan satu tangan.Revan terlihat sangat tenang, seolah-olah yang diangkatnya bukan kaldron 5 ton, melainkan bola kapas."Kak Revan hebat! Dia mengangkat kaldron hanya dengan satu tangan!" seru Taurus sambil bertepuk tangan antusias."Gila! Dia benar-benar mengangkat kaldron dengan satu tangan? Hebat betul!""Banyak yang bisa mengangkat kaldron 5 ton, tapi performanya yang terhebat sejauh ini!""Kekuatannya mengerikan sekali! Hebat!"Para pesilat berdecak kagum melihat penampilan Revan.Bisa mener
Ketika menghadapi provokasi dari Revan dan Taurus, Luther hanya tersenyum tipis. Dia pun menyetujui dengan lugas. "Kalian mau taruhan, 'kan? Oke, kutemani kalian bermain.""Bagus! Kamu memang pemberani! Mari kita lihat, gimana kamu akan mati nanti," ucap Taurus menyeringai.Jika Luther mengaku kalah, paling-paling dia akan malu, tetapi nyawanya bisa selamat. Siapa sangka, Luther malah menyetujuinya. Benar-benar cari mati!"Tuan Luther, jangan!" Ekspresi Bree berubah drastis melihat Luther hendak mempertaruhkan nyawanya. Dia segera membujuk, "Kaldron raksasa seberat 25.000 kilogram sangat berat. Seluruh tulangmu bisa remuk kalau gagal. Pikirkan dulu baik-baik!"Meskipun Luther terlihat gagah dan tampan, dia hanya pesilat biasa. Dia tidak mendapat bimbingan dan sumber daya dari sekte. Kemampuannya sudah pasti kalah dari Revan. Kalau bertaruh, Luther hanya akan mati. Bree hanya ingin berteman, tetapi hasilnya malah menjadi seperti ini."Bree, nggak usah peduli padanya. Dia sendiri yang in
Jika dibandingkan dengan Taurus, penampilan Revan terlihat lebih santai. Tidak ada perubahan besar pada ekspresinya, hanya pembuluh darah pada kedua lengannya yang tampak menggembung.Hanya dalam beberapa detik, Revan telah mengangkat kaldron raksasa itu sampai dadanya. Tingginya sudah lebih dari 1 meter.Semua orang menatap Revan lekat-lekat dan merasa gugup. Ada yang berharap Revan berhasil, ada yang berharap dia kalah. Ada juga yang hanya takjub dengan kemampuan Revan."Kak Revan hebat! Dia berhasil mengangkat kaldron raksasa itu!" seru Taurus untuk menyemangati. Sedikit lagi, Revan sudah bisa mengangkat kaldron itu ke atas kepalanya."Naik!" pekik Revan. Tenaga di kedua lengannya bertambah. Setelah berhenti sesaat, kaldron seberat 25 kilogram itu kembali naik dengan perlahan.Saat ini, ekspresi Revan baru mengalami perubahan. Dia menggertakkan giginya, pembuluh darahnya menggembung, wajahnya memerah, dan napasnya menjadi berat.Setelah bertahan beberapa detik, Revan akhirnya berhas
"Gawat, gawat! Dia pasti bakal mati!"Ekspresi semua orang berubah drastis saat melihat kaldron itu menghantam ke arah Luther. Mereka tidak menyangka Revan akan bertindak selugas itu. Jika kaldron itu menimpanya, Luther sudah pasti akan mati."Tuan Luther, awas!" Bree tak kuasa berteriak kaget."Hehe! Dia pasti mati kali ini!" Taurus terkekeh-kekeh dan menatap Luther layaknya menatap orang mati. Dia sudah tidak sabar melihat Luther hancur."Heh." Luther hanya tersenyum sinis melihat kaldron itu. Dia tidak merasa takut atau menghindar. Ketika kaldron itu mendekat, dia baru menjulurkan tangan untuk menangkapnya.Kemudian, Luther memainkan tekniknya untuk membuat kaldron itu mengelilinginya. Pada akhirnya, kaldron berat itu mendarat dengan stabil.Bam! Terdengar suara dentuman. Permukaan tanah bergetar sesaat. Pada saat yang sama, orang-orang pun termangu karena tidak bisa bereaksi.Ketika melihat Revan melempar kaldron raksasa itu, mereka semua mengira Luther sudah pasti akan mati. Siapa
Revan semula mengira dirinya tidak punya kesempatan untuk membalas dendam lagi. Tanpa disangka, Luther malah mengajak taruhan lagi dan memperketat aturannya sendiri. Benar-benar cari mati!"Oke. Jadi, kamu atau aku duluan?" tanya Luther sambil tersenyum nakal."Tentu saja kami duluan!" Sebelum Revan bersuara, Taurus sudah menyahut, "Kamu yang mengusulkan taruhan. Sudah seharusnya kami maju duluan, 'kan?"Karena aturannya sudah begitu ketat, Taurus yakin Revan bisa langsung membunuh Luther kali ini."Oke, silakan." Luther langsung menyetujuinya karena hasilnya akan sama saja."Ingat, ini surat hidup dan mati. Yang menyesal berarti pengecut!" ucap Taurus yang tersenyum sinis."Oke, nggak masalah." Luther mengangguk.Segera, seseorang mengantar surat hidup dan mati kepada mereka. Revan menandatanganinya, lalu melemparkan pena kepada Luther. Dia tersenyum kejam sambil berujar, "Bocah, giliranmu."Luther memungut pena itu. Ketika hendak menandatanganinya, Bree tiba-tiba menghentikan. "Lebih
Kerumunan sibuk bergosip. Ada yang merasa takjub dengan kemampuan Revan, ada yang merasa simpati terhadap Luther. Tentunya, ada juga yang merasa senang di atas penderitaan Luther."Bocah! Giliranmu! Tangkap ini!" Revan berputar setengah lingkaran di tempat sambil mengangkat kaldron. Kemudian, dia melemparkannya kepada Luther.Luther hanya berdiri dengan kedua tangan diletakkan di belakang punggung, seolah-olah dia tidak melihat kaldron itu. Ketika kaldron itu hampir mengenainya, dia baru menjulurkan tangan untuk menepuk kaldron itu.Bam! Terdengar suara dentuman yang keras. Muncul jejak tapak Luther di kaldron itu. Kekuatannya yang dahsyat membuat kaldron itu terhempas dan berputar di udara."Apa?" Ekspresi semua orang berubah drastis melihat kaldron yang berputar. Semuanya terbelalak dengan tidak percaya, terutama Revan dan Taurus.Kaldron perunggu yang digunakan terbuat dari bahan khusus. Kaldron ini bukan hanya berat, tetapi juga kokoh.Sementara itu, Luther bukan hanya mengempaskan
Buk! Setelah menghantam Revan hingga terhempas, kaldron itu pun terjatuh. Seketika, suasana menjadi sunyi senyap. Tidak ada yang menduga hasil taruhannya akan seperti ini.Luther bukan hanya berhasil menahan kaldron itu, tetapi juga melakukan serangan balik hingga membuat Revan terluka parah. Sungguh di luar nalar!"Buset! Hebat sekali! Dia seperti lagi main basket!""Gila, gila! Dia melancarkan serangan balik dengan satu tangan! Pria ini memang misterius sekali!""Harus diakui kalau kita sudah salah menilainya! Dia bukan pemuda biasa!"Setelah keheningan singkat, suasana menjadi gempar. Semua orang tercengang melihat kemampuan Luther. Kaldron seberat itu malah terlihat seperti mainan di tangan Luther. Sungguh menyeramkan!"I ... ini ... ini nggak mungkin!" Taurus terus menggeleng menatap Revan dengan tidak percaya. Dia bergumam, "Kak Revan terlahir dengan kekuatan yang luar biasa dan basis kultivasinya begitu tinggi. Gimana bisa dia kalah?"Luther tidak bergabung dengan sekte mana pun
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung