Revan yang telah mengonsumsi Pil Raja Hutan menjadi makin kuat. Tendangannya terlihat seolah-olah dirinya sedang menendang bola.Ekspresi semua orang berubah drastis. Kerumunan menjauh karena takut terkena imbasnya. Bagaimanapun, berat kaldron itu mencapai 25.000, ditambah lagi tenaga Revan yang begitu dahsyat. Jika terhantam, tubuh mereka akan hancur."Buset! Siapa yang bisa menahan tendangan ini?" Semua orang tercengang dan ketakutan. Mereka tidak menyangka Pil Raja Hutan akan membuat Revan sekuat ini. Hanya dalam waktu singkat, kekuatannya sudah berkembang sepesat ini."Bocah, kamu pasti mati kali ini!" Taurus menyeringai ganas. Sekalipun Luther hebat, dia tidak akan sanggup menahan kaldron itu, 'kan? Luther hanya punya dua pilihan, yaitu mengaku kalah atau mati."Heh!" Luther tersenyum sinis melihat kaldron itu. Dia masih berdiri di tempatnya dengan tenang. Setelah kaldron itu berada di hadapannya, dia baru menjulurkan tangannya.Bam! Telapak tangan Luther bertabrakan dengan kaldro
"Huh! Beraninya kamu menantang Kak Luther! Sepertinya kamu sudah bosan hidup!" Elio maju beberapa langkah dan memelototi Revan serta Taurus dengan galak.Elsa dan Yuki tidak bersuara, tetapi mereka berdiri di sebelah Ozias untuk menyatakan posisi mereka. Sebagai murid Sekte Pedang, mereka tidak mungkin takut pada Sekte Ilmu Kegelapan."Hei! Kami elite dari Sekte Ilmu Kegelapan! Kalian yakin ingin melawan kami demi bocah ini?" tegur Taurus dengan sok berani. Nyatanya, dia mulai merasa takut."Kenapa memangnya? Kamu kira Aula Yama takut pada kalian?" Ozias memasang ekspresi dingin."Bukan cuma Aula Yama, tapi Sekte Pedang juga ada di sini! Kami ada di pihak Kak Luther!" seru Elio."Apa? Kalian dari Sekte Pedang?" Begitu mendengarnya, ekspresi Taurus berubah drastis. Jika hanya Aula Yama, Sekte Ilmu Kegelapan tidak akan takut. Akan tetapi, jika ditambah Sekte Pedang, situasi jelas berbeda.Mereka mengira Luther bukan siapa-siapa, tetapi ternyata pria ini berteman dengan murid Aula Yama da
Jika bertarung secara langsung, Revan tidak merasa dirinya punya peluang untuk menang. Akan tetapi, jika Luther terluka setelah menantang kaldron seberat itu, situasi akan menjadi berbeda. Dengan begitu, Revan bisa memenangkan duel ini tanpa perlu repot-repot."Bocah, kamu mau aku makan kaldron itu, 'kan? Kenapa tiba-tiba diam? Ayo angkat kalau kamu hebat!" tantang Taurus saat melihat Luther berdiam di tempat. Dia mengira Luther ketakutan hingga tidak bisa bereaksi."Ngapain terburu-buru? Aku lagi mikir, gimana kamu bisa menggigit kaldron ini nanti?" sahut Luther sambil mengamati kaldron di depannya."Cih! Sok hebat!" Taurus mencebik dan mencemooh, "Kalau hebat, buktikan kemampuanmu. Jangan cuma pakai mulut. Kalau kamu bisa mengangkatnya, aku akan makan kaldron itu sampai habis!""Sepertinya kamu lapar sekali. Ya sudah, aku akan membantumu." Luther menggeleng dan terkekeh-kekeh. Saat berikutnya, dia sontak meraih kaki kaldron untuk mengangkatnya.Energi yang dikerahkan Luther membuat d
"Eee ... aku ...." Taurus bercucuran keringat dan mundur beberapa langkah dengan panik. Dia berbicara demikian karena tidak menduga Luther sanggup mengangkat kaldron raksasa itu.Alhasil, sekarang dirinya dipaksa makan kaldron. Sekalipun kaldron itu terbuat dari cokelat, Taurus tetap tidak sanggup memakannya karena terlalu besar."Semuanya, maaf, aku sudah salah bicara tadi. Aku sudah menyadari kesalahanku sekarang. Tolong ampuni aku," ucap Taurus sambil menangkupkan tangan dan memaksakan senyuman."Sekarang kamu baru tahu salah? Ngapain saja kamu dari tadi?" bentak Elio sambil memelotot."Jujur saja, aku lebih suka sikapmu yang sok hebat tadi. Sekarang kamu terlihat seperti pecundang," ujar Ozias sambil menggeleng. Dia sengaja menghina Taurus."Huh! Elite Sekte Ilmu Kegelapan apaan? Kamu cuma pecundang. Omonganmu nggak ada bedanya dengan kentut!" hardik Yuki.Yuki paling tidak menyukai perundung seperti ini. Apalagi, Taurus ini jelas-jelas tidak berkemampuan dan hanya mengandalkan nam
Setelah melempar kaldron itu, Luther langsung pergi, meninggalkan kesan misterius bagi semua orang. Semua orang bertanya-tanya, lemparan Luther memang meleset atau disengaja?Orang-orang yakin bahwa itu disengaja karena ahli bela diri sehebat Luther tidak mungkin membuat kesalahan sekecil itu."Terima kasih, Tuan!" Bree memandang sosok belakang Luther, merasa terharu sekaligus senang. Dia tahu seniornya telah selamat."Kak, kamu serius ingin melepaskannya?" tanya Ozias mengejar Luther."Dia ketakutan sampai seperti itu. Orang seperti itu nggak perlu diladeni. Lagi pula, dia murid elite Sekte Ilmu Kegelapan, 'kan? Kalau sampai dia mati, aku yang repot. Aku nggak suka repot-repot," timpal Luther tersenyum tipis."Cih! Aku rasa kamu bukan nggak suka repot, tapi kasihan pada wanita cantik," goda Ozias. Jika Bree tidak memohon, Revan mungkin sudah mati."Kak, sebentar!" Elio tiba-tiba mengejar di belakang. Kemudian, dia menyerahkan sebuah token emas dan berkata, "Kak, ini token identitas Gr
Yuki tidak bisa melupakan kematian Sofian. Selain itu, Sofian jauh lebih hebat daripadanya. Jika pembunuh itu bisa menghabisi Sofian, berarti Yuki akan terbunuh dengan mudah."Kami sudah membahas cara untuk memancing pembunuh itu. Apalagi, tadi penampilan Kak Luther sangat luar biasa. Aku yakin pembunuh itu melihatnya. Mungkin saja, malam ini dia akan beraksi," ucap Ozias dengan lirih."Matahari sudah terbenam. Kita harus membuat persiapan," ujar Elsa sambil mendongak menatap langit. Sekitar sejam lagi, langit akan gelap."Kak, mohon bantuannya. Tapi, tenang saja. Aku sudah menghubungi Karif. Dia akan membantu kita. Begitu pembunuh itu muncul, kami semua akan maju untuk membantumu," kata Ozias dengan raut wajah serius."Tenang saja. Aku yang setuju menjadi umpan. Aku sudah membuat persiapan matang. Kalian cuma perlu mengatur semuanya dan nggak perlu mencemaskan keselamatanku." Luther tersenyum."Oke. Kita jalankan rencana kita!" Ozias mengangguk, lalu membawa sekelompok orang itu pergi
"Di mana dia? Berapa jauh dia dari hotel?" tanya Ozias dengan suara tinggi. Dia terdengar penuh semangat.Selain ahli bela diri yang menyergap di luar, masih ada beberapa penjaga yang bersembunyi di sekitar hotel. Elio adalah salah satu mereka. Begitu ada pergerakan, mereka akan langsung mengetahuinya."Di gang timur. Jaraknya sekitar 200 meter," jawab Elio."Seperti apa penampilannya?" tanya Ozias lagi."Sepertinya dia pakai baju hitam dan penutup wajah. Terlalu jauh, aku nggak bisa lihat," timpal Elio. Sekarang langit sudah malam, jadi jarak pandang menjadi rendah. Dia hanya bisa melihat secara garis besar."Seharusnya itu orangnya. Semuanya, dengarkan aku. Begitu pembunuh itu masuk perangkap, kita akan langsung menyergap!" instruksi Ozias dengan suara rendah. Setelah penantian yang cukup panjang, pembunuh itu akhirnya muncul.Luther melirik ke luar jendela. Memang benar ada sesosok yang mendekati hotel. Sosok itu tampak bersembunyi di kegelapan dan berjalan pelan. Sesekali, dia akan
Tampak seorang pria berpakaian hitam yang memakai penutup wajah menaiki tangga dengan perlahan. Kedua tangannya memeluk sebilah pedang."Kamu Luther?" tanya pria berpakaian hitam itu dengan suara rendah."Ya." Luther mengangguk."Rencana kalian bagus juga. Kalian mencoba memancingku dan ingin mengeroyokku. Sayang sekali, aku tahu rencana kalian. Sekarang kamu sendirian, nggak ada yang bisa membantumu. Kamu pasti akan mati," ujar pria itu tersenyum dingin."Ya, kamu juga sama. Kamu juga sendirian. Belum tentu kamu yang bakal menang," timpal Luther dengan tidak acuh."Siapa bilang aku mau berduel denganmu?" Pria itu terkekeh-kekeh, lalu bertepuk tangan. Seketika, tampak dua sosok berpakaian hitam melompat masuk dari jendela kanan dan kiri. Mereka juga memakai penutup wajah.Dengan demikian, ketiga orang itu berdiri berdampingan. Baik itu penampilan ataupun tinggi badan mereka, semuanya sama. Luther sampai kesulitan untuk membedakannya."Tiga lawan satu. Jumlah kami lebih banyak," ujar pr
Selama Luther pergi, Bianca terus memikirkan dan selalu memperhatikan kabar dari Luther. Namun, meskipun sangat rindu, dia juga tidak pernah mengganggu Luther karena dia tidak ingin membuat fokus Luther terganggu dan memengaruhi urusan negara. Dia sangat memahami kesibukan Luther, sehingga terus menahan gejolak di hatinya dan mengalihkan perhatiannya dengan sibuk bekerja.Namun, setelah sekarang benar-benar bertemu dengan Luther, perasaan Bianca yang sudah lama terpendam akhirnya meledak. Rasa rindu selama berbulan-bulan berubah rasa sayang yang meluap dan air mata pun mengalir deras.Adegan ini membuat asisten wanita di samping Bianca tercengang. Dia tidak menyangka presdir mereka yang cantik ternyata hatinya sudah memiliki pemiliknya. Yang lebih mengejutkannya, Bianca yang biasanya tegas dan sangat berwibawa ternyata begitu lembut dan anggun di depan pria ini.Asisten wanita itu mulai mengamati Luther dengan saksama. Baik dari segi penampilan dan karisma, Luther memang luar biasa dan
Saat ini, Luther sudah duduk di pesawat untuk kembali ke Midyar. Perjalanan ke Gunung Narima kali ini penuh dengan rintangan.Dari kompetisi bela diri hingga invasi Kuil Dewa, prosesnya bisa dibilang sangat berbahaya, tetapi untungnya hasil akhirnya cukup baik.Luter berhasil memenangkan kejuaraan dalam kompetisi bela diri, sekaligus memperoleh tiga energi naga, bahkan berhasil menggagalkan konspirasi Kuil Dewa. Hasil ini sangat sempurna.Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman yang baru dikenalnya, Luther menemani Misandari naik pesawat pulang.Dari lima energi naga, telah terkumpul empat, yang berarti tinggal satu lagi. Menurut informasi dari Misandari, kekuatan energi naga yang terakhir telah ditemukan dan orang yang menemukannya ada di Midyar.Namun, identitas orang itu masih belum diketahui. Menurut dugaan Misandari, kemungkinan besar itu ada hubungannya dengan tiga pangeran.Posisi calon pewaris masih belum jelas, sementara ketiga pangeran sangat aktif dalam mencar
Angin malam pun segera mereda. Keesokan paginya, saat sinar matahari mulai menyinari bumi, keadaan di Gunung Narima sudah kembali tenang. Hanya saja, bercak-bercak darah masih ada di mana-mana dan bangunan yang hancur masih menjadi saksi kekacauan tadi malam. Para ahli dari Kuil Dewa yang menjadi tawanan juga sudah dibawa pergi oleh pasukan yang dipanggil Misandari.Berbagai rumor pun mulai menyebar ke mana-mana. Berbagai sekte besar di dunia persilatan hanya merespons rumor itu sebagai penonton. Bagaimanapun juga, sejak dahulu sampai sekarang, sangat jarang orang yang berani menyinggung Gunung Narima. Tindakan nekat seperti menyerang secara terang-terangan dan berusaha menghancurkan mereka seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.Soal hasil dari tindakan ini, seluruh dunia juga sudah menyaksikannya. Setelah bertahun-tahun lamanya, ini pertama kalinya negara-negara lain menyadari betapa mengerikannya Riley. Keberadaan sudah hampir seperti sosok ilahi.Saat ini, semua anggota inti s
Setelah pertempuran berakhir, Riley menghilang seketika dari tempatnya berdiri. Ketika muncul kembali, dia sudah berada di atas wilayah terlarang Gunung Narima.Saat ini, di pintu masuk wilayah terlarang dipenuhi dengan mayat dan darah. Seluruh anggota Kuil Dewa termasuk Tico, semuanya tergeletak di tanah.Sekujur tubuh Luther dan Danice juga dipenuhi darah. Mereka memancarkan aura membunuh yang kuat. Setelah pertempuran sengit, mereka akhirnya berhasil mempertahankan wilayah terlarang Gunung Narima dan menggagalkan rencana Kuil Dewa untuk menghancurkan nadi naga.Saat ini, Luther seperti merasakan sesuatu sehingga tiba-tiba mendongak. Melalui kabut dan kegelapan, dia menemukan Riley yang berada di atas wilayah terlarang.Riley tersenyum tipis dan mengangguk pada Luther, lalu menghilang seketika. Saat berikutnya, Riley melintasi beberapa gunung dan tiba di atas aula utama Gunung Narima.Di sana, para murid Gunung Narima masih bertempur melawan para elite Kuil Dewa. Dengan Atha sebagai
Ketika debu mulai mereda, hanya Riley yang masih berdiri tegak. Pele, Amir, Taro, Welig, tiga pembunuh bayaran terbaik dari Negara Wadarna, dan beberapa dewa utama dari Kuil Dewa, semuanya mati atau terluka parah.Tubuh Amir telah meledak menjadi potongan daging yang tak terhitung jumlahnya, tetapi dia masih merangkak di tanah, berusaha untuk menyatu kembali.Welig bahkan tidak menyisakan tulangnya. Pele dan ketiga pembunuh bayaran itu mengalami patah tangan dan terluka parah. Adapun Taro, meskipun anggota tubuhnya utuh, organ dalamnya sudah hancur. Dia terus memuntahkan darah.Ditambah dengan serangan balik dari pedangnya, Taro terlihat seperti orang tua yang sekarat. Rambutnya memutih dan wajahnya keriput. Jelas, dia tidak akan bertahan lama lagi."Gi ... gimana bisa begini? Nggak ... ini nggak mungkin!" Ketika melihat anggota tubuh yang berserakan di mana-mana, Pele seperti tersambar petir. Ekspresinya penuh ketidakpercayaan.Orang-orang di sekitarnya adalah ahli terkuat dari berbag
Kemunculan mendadak Riley membuat semua orang yang ada di sana tercengang. Mereka semua terbelalak, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.Ada apa ini? Bukankah Riley sudah mati? Bagaimana bisa dia muncul kembali di hadapan mereka dalam keadaan baik-baik saja? Apa mereka melihat hantu?Semua orang saling memandang dengan ekspresi yang dipenuhi ketidakpercayaan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, sama sekali tidak bisa mengerti bagaimana Riley bisa hidup kembali. Ini sungguh di luar pemahaman mereka."Ka ... kamu belum mati? Gimana mungkin?" Yang paling terkejut adalah Amir. Dia telah berusaha keras dan akhirnya mendapat kesempatan emas. Dia menggigit leher Riley dan mengisap seluruh darahnya.Amir yakin bahwa Riley benar-benar sudah mati dan tidak mungkin bisa hidup kembali. Namun, masalahnya jika Riley sudah mati, lalu siapa orang yang ada di hadapan mereka?"Jangan panik! Mayat Riley masih ada di sana, orang ini mungkin hanya menyamar!" ucap Pele tiba-tiba.Setelah mendengarnya
Saat Putri Salju melancarkan serangannya, bayangan dewa gajah di belakang Welig juga tak tinggal diam. Dengan deru panjang, bayangan itu berlari cepat menuju Riley. Dua taringnya yang tajam seperti tombak yang menusuk ke arah dada Riley.Terpengaruh oleh angin salju, Riley tidak bisa mengelak sehingga hanya bisa mengaktifkan Mantra Cahaya Emas untuk melindungi dirinya.Bruk! Kedua taring itu menghantam Mantra Cahaya Emas dengan keras. Gaya dorong yang sangat besar langsung membuat Riley terpental. Saat Riley berada di udara, cahaya emas di sekujur tubuh pecah seperti kaca. Jelas sekali, kekuatan bayangan itu melampaui batas Mantra Cahaya Emas.Melihat Riley terdorong ke udara, iblis berkepala tiga dan berlengan enam bergegas mengambil kesempatan. Setelah melompat, enam senjata dengan bentuk yang berbeda-beda mulai terus menyerang Riley.Riley mengayunkan pedangnya tanpa henti untuk menangkis, tetapi dia terus terdesak. Ketika terdorong ke udara, dia tidak punya tempat berpijak sehingga
Setelah bertarung sengit begitu lama, Taro dan yang lainnya juga mulai menyadari betapa seriusnya situasinya. Riley bukan hanya memiliki teknik pedang yang luar biasa, teknik tubuh Riley juga begitu misterius. Tidak peduli apa pun serangan mereka, mereka tetap tidak bisa menyentuh Riley sedikit pun. Sebaliknya, pedang Riley malah terus menyiksa mereka, hasilnya akan makin buruk jika terus berlanjut.Oleh karena itu, saat mendengar perkataan Pele, Taro dan yang lainnya tahu ini sudah saatnya mempertaruhkan segalanya. Sekarang mereka sudah tidak bisa mundur lagi, Riley atau mereka yang akan mati.Pada saat ini, Taro yang terus menahan dirinya pun akhirnya mengeluarkan teknik pemungkasnya. Dia tiba-tiba menggigit jarinya dan mengoleskan darahnya ke pedang, lalu segera merapalkan mantra."Yuki, keluarlah!" Setelah selesai merapalkan mantranya, Taro mengayunkan pedangnya dengan keras. Sesosok bayangan putih pun tiba-tiba memelesat dari pedangnya.Sosok itu adalah seorang wanita berkulit put
"Sebenarnya masih ada berapa banyak trik lagi yang disimpan pria tua ini?"Kekuatan dari Jimat Peledak membuat semua orang terkejut dan marah. Tidak ada yang menyangka Riley masih mampu menunjukkan kekuatan magis yang begitu luar biasa setelah Mantra Cahaya Emas dihancurkan dan halilintar bukan ancaman lagi.Kekuatan dari ratusan sampai ribuan jimat magis yang meledak secara bersamaan benar-benar menakutkan. Selain Amir, Pele, dan Welig yang memiliki fisik yang sangat kuat, para ahli lainnya pun terluka parah. Pada saat ini, mereka baru menyadari betapa mengerikannya kekuatan dari ahli nomor satu di Negara Drago."Hebat juga," kata Amir yang terpental ke belakang dan mendarat dengan stabil. Muncul retakan-retakan kecil di permukaan kulitnya dan darah pun perlahan-lahan mengalir. Sebagian besar kekuatan dari Jimat Peledak tadi menghantam tubuhnya. Meskipun dia memiliki pertahanan yang luar biasa, dia pun tetap terluka.Namun, saat ini luka ini jelas tidak cukup untuk mengancam Amir. Luk