Ketika menghadapi provokasi dari Revan dan Taurus, Luther hanya tersenyum tipis. Dia pun menyetujui dengan lugas. "Kalian mau taruhan, 'kan? Oke, kutemani kalian bermain.""Bagus! Kamu memang pemberani! Mari kita lihat, gimana kamu akan mati nanti," ucap Taurus menyeringai.Jika Luther mengaku kalah, paling-paling dia akan malu, tetapi nyawanya bisa selamat. Siapa sangka, Luther malah menyetujuinya. Benar-benar cari mati!"Tuan Luther, jangan!" Ekspresi Bree berubah drastis melihat Luther hendak mempertaruhkan nyawanya. Dia segera membujuk, "Kaldron raksasa seberat 25.000 kilogram sangat berat. Seluruh tulangmu bisa remuk kalau gagal. Pikirkan dulu baik-baik!"Meskipun Luther terlihat gagah dan tampan, dia hanya pesilat biasa. Dia tidak mendapat bimbingan dan sumber daya dari sekte. Kemampuannya sudah pasti kalah dari Revan. Kalau bertaruh, Luther hanya akan mati. Bree hanya ingin berteman, tetapi hasilnya malah menjadi seperti ini."Bree, nggak usah peduli padanya. Dia sendiri yang in
Jika dibandingkan dengan Taurus, penampilan Revan terlihat lebih santai. Tidak ada perubahan besar pada ekspresinya, hanya pembuluh darah pada kedua lengannya yang tampak menggembung.Hanya dalam beberapa detik, Revan telah mengangkat kaldron raksasa itu sampai dadanya. Tingginya sudah lebih dari 1 meter.Semua orang menatap Revan lekat-lekat dan merasa gugup. Ada yang berharap Revan berhasil, ada yang berharap dia kalah. Ada juga yang hanya takjub dengan kemampuan Revan."Kak Revan hebat! Dia berhasil mengangkat kaldron raksasa itu!" seru Taurus untuk menyemangati. Sedikit lagi, Revan sudah bisa mengangkat kaldron itu ke atas kepalanya."Naik!" pekik Revan. Tenaga di kedua lengannya bertambah. Setelah berhenti sesaat, kaldron seberat 25 kilogram itu kembali naik dengan perlahan.Saat ini, ekspresi Revan baru mengalami perubahan. Dia menggertakkan giginya, pembuluh darahnya menggembung, wajahnya memerah, dan napasnya menjadi berat.Setelah bertahan beberapa detik, Revan akhirnya berhas
"Gawat, gawat! Dia pasti bakal mati!"Ekspresi semua orang berubah drastis saat melihat kaldron itu menghantam ke arah Luther. Mereka tidak menyangka Revan akan bertindak selugas itu. Jika kaldron itu menimpanya, Luther sudah pasti akan mati."Tuan Luther, awas!" Bree tak kuasa berteriak kaget."Hehe! Dia pasti mati kali ini!" Taurus terkekeh-kekeh dan menatap Luther layaknya menatap orang mati. Dia sudah tidak sabar melihat Luther hancur."Heh." Luther hanya tersenyum sinis melihat kaldron itu. Dia tidak merasa takut atau menghindar. Ketika kaldron itu mendekat, dia baru menjulurkan tangan untuk menangkapnya.Kemudian, Luther memainkan tekniknya untuk membuat kaldron itu mengelilinginya. Pada akhirnya, kaldron berat itu mendarat dengan stabil.Bam! Terdengar suara dentuman. Permukaan tanah bergetar sesaat. Pada saat yang sama, orang-orang pun termangu karena tidak bisa bereaksi.Ketika melihat Revan melempar kaldron raksasa itu, mereka semua mengira Luther sudah pasti akan mati. Siapa
Revan semula mengira dirinya tidak punya kesempatan untuk membalas dendam lagi. Tanpa disangka, Luther malah mengajak taruhan lagi dan memperketat aturannya sendiri. Benar-benar cari mati!"Oke. Jadi, kamu atau aku duluan?" tanya Luther sambil tersenyum nakal."Tentu saja kami duluan!" Sebelum Revan bersuara, Taurus sudah menyahut, "Kamu yang mengusulkan taruhan. Sudah seharusnya kami maju duluan, 'kan?"Karena aturannya sudah begitu ketat, Taurus yakin Revan bisa langsung membunuh Luther kali ini."Oke, silakan." Luther langsung menyetujuinya karena hasilnya akan sama saja."Ingat, ini surat hidup dan mati. Yang menyesal berarti pengecut!" ucap Taurus yang tersenyum sinis."Oke, nggak masalah." Luther mengangguk.Segera, seseorang mengantar surat hidup dan mati kepada mereka. Revan menandatanganinya, lalu melemparkan pena kepada Luther. Dia tersenyum kejam sambil berujar, "Bocah, giliranmu."Luther memungut pena itu. Ketika hendak menandatanganinya, Bree tiba-tiba menghentikan. "Lebih
Kerumunan sibuk bergosip. Ada yang merasa takjub dengan kemampuan Revan, ada yang merasa simpati terhadap Luther. Tentunya, ada juga yang merasa senang di atas penderitaan Luther."Bocah! Giliranmu! Tangkap ini!" Revan berputar setengah lingkaran di tempat sambil mengangkat kaldron. Kemudian, dia melemparkannya kepada Luther.Luther hanya berdiri dengan kedua tangan diletakkan di belakang punggung, seolah-olah dia tidak melihat kaldron itu. Ketika kaldron itu hampir mengenainya, dia baru menjulurkan tangan untuk menepuk kaldron itu.Bam! Terdengar suara dentuman yang keras. Muncul jejak tapak Luther di kaldron itu. Kekuatannya yang dahsyat membuat kaldron itu terhempas dan berputar di udara."Apa?" Ekspresi semua orang berubah drastis melihat kaldron yang berputar. Semuanya terbelalak dengan tidak percaya, terutama Revan dan Taurus.Kaldron perunggu yang digunakan terbuat dari bahan khusus. Kaldron ini bukan hanya berat, tetapi juga kokoh.Sementara itu, Luther bukan hanya mengempaskan
Buk! Setelah menghantam Revan hingga terhempas, kaldron itu pun terjatuh. Seketika, suasana menjadi sunyi senyap. Tidak ada yang menduga hasil taruhannya akan seperti ini.Luther bukan hanya berhasil menahan kaldron itu, tetapi juga melakukan serangan balik hingga membuat Revan terluka parah. Sungguh di luar nalar!"Buset! Hebat sekali! Dia seperti lagi main basket!""Gila, gila! Dia melancarkan serangan balik dengan satu tangan! Pria ini memang misterius sekali!""Harus diakui kalau kita sudah salah menilainya! Dia bukan pemuda biasa!"Setelah keheningan singkat, suasana menjadi gempar. Semua orang tercengang melihat kemampuan Luther. Kaldron seberat itu malah terlihat seperti mainan di tangan Luther. Sungguh menyeramkan!"I ... ini ... ini nggak mungkin!" Taurus terus menggeleng menatap Revan dengan tidak percaya. Dia bergumam, "Kak Revan terlahir dengan kekuatan yang luar biasa dan basis kultivasinya begitu tinggi. Gimana bisa dia kalah?"Luther tidak bergabung dengan sekte mana pun
Revan yang telah mengonsumsi Pil Raja Hutan menjadi makin kuat. Tendangannya terlihat seolah-olah dirinya sedang menendang bola.Ekspresi semua orang berubah drastis. Kerumunan menjauh karena takut terkena imbasnya. Bagaimanapun, berat kaldron itu mencapai 25.000, ditambah lagi tenaga Revan yang begitu dahsyat. Jika terhantam, tubuh mereka akan hancur."Buset! Siapa yang bisa menahan tendangan ini?" Semua orang tercengang dan ketakutan. Mereka tidak menyangka Pil Raja Hutan akan membuat Revan sekuat ini. Hanya dalam waktu singkat, kekuatannya sudah berkembang sepesat ini."Bocah, kamu pasti mati kali ini!" Taurus menyeringai ganas. Sekalipun Luther hebat, dia tidak akan sanggup menahan kaldron itu, 'kan? Luther hanya punya dua pilihan, yaitu mengaku kalah atau mati."Heh!" Luther tersenyum sinis melihat kaldron itu. Dia masih berdiri di tempatnya dengan tenang. Setelah kaldron itu berada di hadapannya, dia baru menjulurkan tangannya.Bam! Telapak tangan Luther bertabrakan dengan kaldro
"Huh! Beraninya kamu menantang Kak Luther! Sepertinya kamu sudah bosan hidup!" Elio maju beberapa langkah dan memelototi Revan serta Taurus dengan galak.Elsa dan Yuki tidak bersuara, tetapi mereka berdiri di sebelah Ozias untuk menyatakan posisi mereka. Sebagai murid Sekte Pedang, mereka tidak mungkin takut pada Sekte Ilmu Kegelapan."Hei! Kami elite dari Sekte Ilmu Kegelapan! Kalian yakin ingin melawan kami demi bocah ini?" tegur Taurus dengan sok berani. Nyatanya, dia mulai merasa takut."Kenapa memangnya? Kamu kira Aula Yama takut pada kalian?" Ozias memasang ekspresi dingin."Bukan cuma Aula Yama, tapi Sekte Pedang juga ada di sini! Kami ada di pihak Kak Luther!" seru Elio."Apa? Kalian dari Sekte Pedang?" Begitu mendengarnya, ekspresi Taurus berubah drastis. Jika hanya Aula Yama, Sekte Ilmu Kegelapan tidak akan takut. Akan tetapi, jika ditambah Sekte Pedang, situasi jelas berbeda.Mereka mengira Luther bukan siapa-siapa, tetapi ternyata pria ini berteman dengan murid Aula Yama da
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru