"Hei! Siapa kamu? Bisakah kamu nggak membuat keributan di sini? Cepat mundur!""Benar! Nggak masuk sekte pun berani menerima tantangan, siapa yang memberimu nyali?""Aku pikir kamu begitu hebat, ternyata hanya pemuda tak terkenal saja."Kata-kata Luther bukan hanya membuat Karif mengernyitkan alis, dia juga menuai kritik yang merendahkan dari semua orang di sana. Jika dia berasal dari sekte besar, mereka masih akan menghargainya. Namun, dia hanya seorang pengembara, tidak memiliki sekte, dan reputasi apa pun. Mereka berpikir tokoh kecil seperti ini tidak berhak menerima tantangan.Perlu diketahui, pertarungan terakhir ini menyangkut kehormatan negara. Jika kalah, seluruh ahli di Negara Drago akan dipermalukan. Bagaimana mungkin mereka menaruh harapan ini pada seorang yang tak terkenal?"Anak muda, pertarungan ini bukan sebuah permainan. Kalau kamu nggak yakin, sebaiknya menyerahlah," kata Karif sambil menggelengkan kepala, jelas agak kecewa. Memiliki keberanian adalah sebuah hal baik,
Mata Karif membelalak dan hatinya diam-diam merasa terkejut. Dengan kekuatannya ini, dia merasa benar-benar aneh karena dia tidak sempat merespons jarum yang ditembakkan Luther. Jika ini digunakan pada Haruto, mungkin saja Luther benar-benar memiliki peluang untuk menang.Yang terpentingnya adalah saat jarum Luther melintas di wajahnya, Karif samar-samar bisa merasakan aura seorang ahli tingkat master. Apakah pemuda tak terkenal di depannya ini adalah seorang ahli tingkat master yang bersembunyi?"Pak Karif, aku harusnya sudah berhak untuk bertarung dengan Haruto, 'kan?" tanya Luther.Setelah ragu sejenak, Karif akhirnya menganggukkan kepala. "Baiklah. Kalau kamu begitu percaya diri, aku akan membiarkanmu mencobanya. Aku harap kamu nggak mengecewakan kita."Jika Luther benar-benar seorang ahli tingkat master dan ditambah dengan keterampilan senjata rahasianya yang luar biasa, dia memang memiliki peluang besar untuk mengalahkan Haruto."Pak Karif, kamu nggak sedang bercanda, 'kan? Kamu
Ekspresi Yuki dipenuhi kekesalan. Sofian yang merupakan ahli bela diri saja kalah, apalagi Luther yang tidak bisa apa-apa. Jadi, dia pasti akan mendapat pedang itu."Siapa kamu? Perkenalkan dirimu," ucap pria paruh baya bersetelan saat melihat Luther maju. Dia mengira Karif akan turun tangan, tetapi muncul lagi seorang pemuda. Jika majikannya menang lagi, reputasinya tidak akan mengalami peningkatan pesat karena lawannya bukan tokoh terkemuka."Aku Luther. Aku ingin tahu sehebat apa ilmu bela diri pesilat Negara Dikara," timpal Luther dengan tidak acuh."Kamu bukan lawan majikanku. Suruh Karif maju," ujar pria paruh baya itu dengan ekspresi angkuh. Menurutnya, para tokoh kecil ini sangat lemah dan hanya membuang-buang waktu. Dengan mengalahkan tokoh terkemuka seperti Karif, tuan mudanya baru bisa menjadi terkenal."Orang seperti kalian nggak pantas bertanding dengan Tuan Karif. Aku sudah cukup untuk melawan kalian," sahut Luther dengan culas."Kurang ajar! Kamu tahu siapa majikanku? Be
"Buset! Sombong sekali pemuda ini! Dia ingin menantang Haruto dengan tangan kosong?""Orang Negara Dikara ini memang menjengkelkan, tapi dia nggak seharusnya meremehkannya. Apa yang dilakukannya?""Yang pakai senjata saja belum tentu bisa menang. Bukankah dia bakal mati tragis kalau begini?"Orang-orang sibuk mengkritik perbuatan Luther. Tidak ada yang menduga bahwa Luther masih bisa berbicara seangkuh itu di situasi seperti ini."Dia sudah gila ya? Dia mau melawan Haruto dengan tangan kosong? Dia mau bunuh diri ya?" tanya Elio dengan terkejut dan heran."Huh! Aku rasa dia cuma mencari alasan untuk diri sendiri. Dia tahu dia nggak bisa mengalahkan Haruto. Jadi, kalau kalah, dia bakal bilang wajar karena dia nggak pakai senjata. Aku bisa menebak rencana busuknya itu!" jelas Yuki dengan ekspresi sok pintar."Rupanya begitu." Elio mengira dirinya sudah paham. Menurutnya, Luther benar-benar tidak tahu malu. Jelas-jelas tahu dirinya akan kalah, tetapi masih memainkan trik kotor semacam ini.
Haruto berjinjit sedikit, lalu mengerahkan energi dahsyat hingga permukaan arena retak sedikit. Saat berikutnya, dia memelesat ke depan layaknya anak panah. Dengan ekspresi ganas, dia hendak menyerang Luther.Pada kedua pertarungan sebelumnya, Haruto membiarkan lawan menyerang terlebih dahulu. Akan tetapi, ucapan Luther tadi membuatnya murka, jadi dia ingin mengakhiri pertarungan ini secepat dan sekejam mungkin. Dia ingin memberi peringatan kepada seluruh pesilat Negara Drago!Whoosh! Haruto menghunuskan pedangnya. Cahaya merah yang aneh memancar, lalu menyerbu ke arah Luther dengan kecepatan kilat.Ruang yang dilewati cahaya pedang tampak terdistorsi, juga muncul retakan dan bekas hitam seperti hangus di permukaan tanah."Cepat sekali!" ucap Karif yang membelalak terkejut. Serangan itu terlihat sederhana, tetapi sangat cepat dan kejam. Jika dibandingkan dengan serangan sebelumnya, yang ini jauh lebih tajam berkali-kali lipat.Bisa dilihat bahwa Haruto terus menahan kekuatannya sejak t
"Huh! Hebat apanya? Aku yakin pesilat Negara Dikara itu cuma mau menguji kemampuan lawan. Dia pasti belum mengerahkan segenap kekuatannya! Anjing sekalipun bisa menahan serangan itu," timpal Yuki yang masih merendahkan Luther.Ozias hanya tersenyum mendengarnya. Di sisi lain, ekspresi Elio tampak agak aneh. Meskipun yang direndahkan Yuki adalah Luther, Elio malah merasa tersinggung. Bagaimanapun, dia tidak sanggup menahan satu pun serangan Haruto. Itu artinya, dia lebih rendahan daripada anjing? Keterlaluan!"Ternyata kamu lebih hebat dari yang kubayangkan. Sayang sekali, kamu ditakdirkan untuk kalah hari ini." Setelah termangu sesaat, ekspresi Haruto menjadi sangat serius.Haruto setidaknya mengerahkan 70% kekuatannya tadi, tetapi Luther berhasil menggagalkannya. Ini sudah cukup untuk membuktikan kemampuan Luther. Pemuda ini jauh lebih hebat daripada Sofian.Teknik tombak Sofian memang luar biasa, tetapi tidak bisa memberikan tekanan kepada lawan. Sementara itu, kekuatan yang dikerahk
"Aku nggak nyangka dia penerus Teknik Pedang Ekspres. Tuan Ozias, sepertinya temanmu dalam masalah besar," ujar Elsa dengan ekspresi serius.Orang Negara Drago sekalipun tahu tentang reputasi Masao. Haruto jelas bukan pesilat biasa karena mendapat warisan sehebat ini. Tujuannya menantang pesilat Negara Drago juga jelas untuk terkenal."Pantas saja dia begitu hebat. Rupanya murid ahli pedang terhebat di Negara Dikara. Wajar kalau aku kalah," ujar Elio sambil membusungkan dadanya seperti merasa bangga.Jika kalah di tangan pesilat tak dikenal, bukan hanya Elio, tetapi reputasi Sekte Pedang juga akan terdampak. Namun, hasilnya tentu berbeda jika dia dikalahkan murid Masao.Eksistensi Masao tidak ada bedanya dengan grandmaster top di Negara Drago. Pengaruhnya tidak kalah dari Logan, pemimpin Sekte Pedang. Sementara itu, murid pribadi Logan adalah Hasta.Dengan kata lain, Haruto seharusnya melawan genius seperti Hasta. Jadi, wajar jika Elio dikalahkan oleh orang sehebat ini."Teknik Pedang
Setelah situasi kembali tenang, terlihat Haruto telah berdiri di belakang Luther. Sementara itu, Pedang Demon dimasukkan dengan perlahan ke sarung.Haruto merasa serangan tadi sudah cukup untuk membunuh Luther, jadi dia tidak perlu melancarkan serangan kedua lagi. Ini adalah kepercayaan dirinya terhadap Teknik Pedang Ekspres dan kemampuan sendiri."Apa yang terjadi? Sudah berakhir?" Semua orang bertatapan dengan heran melihat Haruto berdiri tegak di tempat dengan ekspresi ganas.Semua terjadi terlalu cepat, dari Haruto yang berjinjit dan hendak melancarkan serangan, hingga akhirnya menyimpan pedang. Sepertinya seluruh proses ini hanya memakan beberapa detik. Mereka belum sempat bereaksi, tetapi pertarungan sudah selesai."Teknik Pedang Ekspres memang gila! Kecepatannya terlalu mengerikan!""Apa mungkin pemuda itu mati? Soalnya dia nggak bergerak!""Aku dengar, meskipun kepala lawan sudah terpenggal, dia tetap bisa berjalan beberapa langkah sebelum mati sepenuhnya!""Hais, sepertinya su