Ekspresi Yuki dipenuhi kekesalan. Sofian yang merupakan ahli bela diri saja kalah, apalagi Luther yang tidak bisa apa-apa. Jadi, dia pasti akan mendapat pedang itu."Siapa kamu? Perkenalkan dirimu," ucap pria paruh baya bersetelan saat melihat Luther maju. Dia mengira Karif akan turun tangan, tetapi muncul lagi seorang pemuda. Jika majikannya menang lagi, reputasinya tidak akan mengalami peningkatan pesat karena lawannya bukan tokoh terkemuka."Aku Luther. Aku ingin tahu sehebat apa ilmu bela diri pesilat Negara Dikara," timpal Luther dengan tidak acuh."Kamu bukan lawan majikanku. Suruh Karif maju," ujar pria paruh baya itu dengan ekspresi angkuh. Menurutnya, para tokoh kecil ini sangat lemah dan hanya membuang-buang waktu. Dengan mengalahkan tokoh terkemuka seperti Karif, tuan mudanya baru bisa menjadi terkenal."Orang seperti kalian nggak pantas bertanding dengan Tuan Karif. Aku sudah cukup untuk melawan kalian," sahut Luther dengan culas."Kurang ajar! Kamu tahu siapa majikanku? Be
"Buset! Sombong sekali pemuda ini! Dia ingin menantang Haruto dengan tangan kosong?""Orang Negara Dikara ini memang menjengkelkan, tapi dia nggak seharusnya meremehkannya. Apa yang dilakukannya?""Yang pakai senjata saja belum tentu bisa menang. Bukankah dia bakal mati tragis kalau begini?"Orang-orang sibuk mengkritik perbuatan Luther. Tidak ada yang menduga bahwa Luther masih bisa berbicara seangkuh itu di situasi seperti ini."Dia sudah gila ya? Dia mau melawan Haruto dengan tangan kosong? Dia mau bunuh diri ya?" tanya Elio dengan terkejut dan heran."Huh! Aku rasa dia cuma mencari alasan untuk diri sendiri. Dia tahu dia nggak bisa mengalahkan Haruto. Jadi, kalau kalah, dia bakal bilang wajar karena dia nggak pakai senjata. Aku bisa menebak rencana busuknya itu!" jelas Yuki dengan ekspresi sok pintar."Rupanya begitu." Elio mengira dirinya sudah paham. Menurutnya, Luther benar-benar tidak tahu malu. Jelas-jelas tahu dirinya akan kalah, tetapi masih memainkan trik kotor semacam ini.
Haruto berjinjit sedikit, lalu mengerahkan energi dahsyat hingga permukaan arena retak sedikit. Saat berikutnya, dia memelesat ke depan layaknya anak panah. Dengan ekspresi ganas, dia hendak menyerang Luther.Pada kedua pertarungan sebelumnya, Haruto membiarkan lawan menyerang terlebih dahulu. Akan tetapi, ucapan Luther tadi membuatnya murka, jadi dia ingin mengakhiri pertarungan ini secepat dan sekejam mungkin. Dia ingin memberi peringatan kepada seluruh pesilat Negara Drago!Whoosh! Haruto menghunuskan pedangnya. Cahaya merah yang aneh memancar, lalu menyerbu ke arah Luther dengan kecepatan kilat.Ruang yang dilewati cahaya pedang tampak terdistorsi, juga muncul retakan dan bekas hitam seperti hangus di permukaan tanah."Cepat sekali!" ucap Karif yang membelalak terkejut. Serangan itu terlihat sederhana, tetapi sangat cepat dan kejam. Jika dibandingkan dengan serangan sebelumnya, yang ini jauh lebih tajam berkali-kali lipat.Bisa dilihat bahwa Haruto terus menahan kekuatannya sejak t
"Huh! Hebat apanya? Aku yakin pesilat Negara Dikara itu cuma mau menguji kemampuan lawan. Dia pasti belum mengerahkan segenap kekuatannya! Anjing sekalipun bisa menahan serangan itu," timpal Yuki yang masih merendahkan Luther.Ozias hanya tersenyum mendengarnya. Di sisi lain, ekspresi Elio tampak agak aneh. Meskipun yang direndahkan Yuki adalah Luther, Elio malah merasa tersinggung. Bagaimanapun, dia tidak sanggup menahan satu pun serangan Haruto. Itu artinya, dia lebih rendahan daripada anjing? Keterlaluan!"Ternyata kamu lebih hebat dari yang kubayangkan. Sayang sekali, kamu ditakdirkan untuk kalah hari ini." Setelah termangu sesaat, ekspresi Haruto menjadi sangat serius.Haruto setidaknya mengerahkan 70% kekuatannya tadi, tetapi Luther berhasil menggagalkannya. Ini sudah cukup untuk membuktikan kemampuan Luther. Pemuda ini jauh lebih hebat daripada Sofian.Teknik tombak Sofian memang luar biasa, tetapi tidak bisa memberikan tekanan kepada lawan. Sementara itu, kekuatan yang dikerahk
"Aku nggak nyangka dia penerus Teknik Pedang Ekspres. Tuan Ozias, sepertinya temanmu dalam masalah besar," ujar Elsa dengan ekspresi serius.Orang Negara Drago sekalipun tahu tentang reputasi Masao. Haruto jelas bukan pesilat biasa karena mendapat warisan sehebat ini. Tujuannya menantang pesilat Negara Drago juga jelas untuk terkenal."Pantas saja dia begitu hebat. Rupanya murid ahli pedang terhebat di Negara Dikara. Wajar kalau aku kalah," ujar Elio sambil membusungkan dadanya seperti merasa bangga.Jika kalah di tangan pesilat tak dikenal, bukan hanya Elio, tetapi reputasi Sekte Pedang juga akan terdampak. Namun, hasilnya tentu berbeda jika dia dikalahkan murid Masao.Eksistensi Masao tidak ada bedanya dengan grandmaster top di Negara Drago. Pengaruhnya tidak kalah dari Logan, pemimpin Sekte Pedang. Sementara itu, murid pribadi Logan adalah Hasta.Dengan kata lain, Haruto seharusnya melawan genius seperti Hasta. Jadi, wajar jika Elio dikalahkan oleh orang sehebat ini."Teknik Pedang
Setelah situasi kembali tenang, terlihat Haruto telah berdiri di belakang Luther. Sementara itu, Pedang Demon dimasukkan dengan perlahan ke sarung.Haruto merasa serangan tadi sudah cukup untuk membunuh Luther, jadi dia tidak perlu melancarkan serangan kedua lagi. Ini adalah kepercayaan dirinya terhadap Teknik Pedang Ekspres dan kemampuan sendiri."Apa yang terjadi? Sudah berakhir?" Semua orang bertatapan dengan heran melihat Haruto berdiri tegak di tempat dengan ekspresi ganas.Semua terjadi terlalu cepat, dari Haruto yang berjinjit dan hendak melancarkan serangan, hingga akhirnya menyimpan pedang. Sepertinya seluruh proses ini hanya memakan beberapa detik. Mereka belum sempat bereaksi, tetapi pertarungan sudah selesai."Teknik Pedang Ekspres memang gila! Kecepatannya terlalu mengerikan!""Apa mungkin pemuda itu mati? Soalnya dia nggak bergerak!""Aku dengar, meskipun kepala lawan sudah terpenggal, dia tetap bisa berjalan beberapa langkah sebelum mati sepenuhnya!""Hais, sepertinya su
Tanpa peringatan apa pun, dahan pohon itu langsung mengenai wajah Haruto. Haruto yang masih membaca mantra sontak tertegun. Dia memelotot dan mematung, tidak mengerti apa yang terjadi.Sementara itu, wajahnya yang terkena pukulan dahan pohon langsung memerah dan membengkak.Perubahan mendadak ini membuat kerumunan melongo. Tidak ada yang menduga bahwa serangan dahsyat Haruto gagal membunuh Luther, bahkan Luther berkesempatan memukul wajah Haruto."Situasi macam apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi tadi?""Ini nggak mungkin, 'kan? Pemuda itu berhasil menghindari serangan Teknik Pedang Ekspres?"Kerumunan bertatapan dan bergosip. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Ketika melihat Haruto menyimpan pedang, mereka mengira Luther sudah mati. Sesudah mendengar Haruto melontarkan kata "jatuh", mereka pun menjadi yakin dengan spekulasi mereka.Anehnya, Haruto berkali-kali mencoba menjatuhkan tubuh Luther, tetapi tidak ada hasil apa pun. Luther hanya berdiri kokoh di tempatnya, bahkan sempat b
Terdengar suara ledakan yang dahsyat. Lagi-lagi muncul retakan pada permukaan tanah. Cahaya merah muncul dari dasar tanah, lalu menyusuri retakan dan memelesat ke arah Luther.Ke mana pun cahaya pedang lewat, banyak kerikil yang beterbangan, seolah-olah itu adalah peluru yang menghujani Luther. Serangan ini bak badai yang sulit untuk dihindari.Namun, Luther hanya mendengus dingin dan tidak menghindar. Tiba-tiba, dia berjinjit. Energi astral yang transparan membentuk perisai yang melindunginya.Buk, buk, buk .... Kerikil-kerikil itu hanya memunculkan riak pada perisai energi astral. Tidak ada yang berhasil menembus pertahanannya.Pada saat yang sama, cahaya merah terus memelesat ke arah Luther dan menghantam perisai energi astral.Bam! Terdengar suara benturan yang keras. Perisai itu bergetar sesaat dan memunculkan riak, tetapi masih tidak hancur."Apa? Berhasil ditahan?" Begitu melihat situasi ini, pria paruh baya bersetelan itu tercengang. Kilatan Naga Bumi tidak secepat serangan seb