Tanpa peringatan apa pun, dahan pohon itu langsung mengenai wajah Haruto. Haruto yang masih membaca mantra sontak tertegun. Dia memelotot dan mematung, tidak mengerti apa yang terjadi.Sementara itu, wajahnya yang terkena pukulan dahan pohon langsung memerah dan membengkak.Perubahan mendadak ini membuat kerumunan melongo. Tidak ada yang menduga bahwa serangan dahsyat Haruto gagal membunuh Luther, bahkan Luther berkesempatan memukul wajah Haruto."Situasi macam apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi tadi?""Ini nggak mungkin, 'kan? Pemuda itu berhasil menghindari serangan Teknik Pedang Ekspres?"Kerumunan bertatapan dan bergosip. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Ketika melihat Haruto menyimpan pedang, mereka mengira Luther sudah mati. Sesudah mendengar Haruto melontarkan kata "jatuh", mereka pun menjadi yakin dengan spekulasi mereka.Anehnya, Haruto berkali-kali mencoba menjatuhkan tubuh Luther, tetapi tidak ada hasil apa pun. Luther hanya berdiri kokoh di tempatnya, bahkan sempat b
Terdengar suara ledakan yang dahsyat. Lagi-lagi muncul retakan pada permukaan tanah. Cahaya merah muncul dari dasar tanah, lalu menyusuri retakan dan memelesat ke arah Luther.Ke mana pun cahaya pedang lewat, banyak kerikil yang beterbangan, seolah-olah itu adalah peluru yang menghujani Luther. Serangan ini bak badai yang sulit untuk dihindari.Namun, Luther hanya mendengus dingin dan tidak menghindar. Tiba-tiba, dia berjinjit. Energi astral yang transparan membentuk perisai yang melindunginya.Buk, buk, buk .... Kerikil-kerikil itu hanya memunculkan riak pada perisai energi astral. Tidak ada yang berhasil menembus pertahanannya.Pada saat yang sama, cahaya merah terus memelesat ke arah Luther dan menghantam perisai energi astral.Bam! Terdengar suara benturan yang keras. Perisai itu bergetar sesaat dan memunculkan riak, tetapi masih tidak hancur."Apa? Berhasil ditahan?" Begitu melihat situasi ini, pria paruh baya bersetelan itu tercengang. Kilatan Naga Bumi tidak secepat serangan seb
Whoosh, whoosh, whoosh .... Setelah Haruto mengerahkan jurus terkuatnya, kesembilan cahaya merah yang tampak menyeramkan menyerbu ke arah Luther dari arah yang berbeda-beda. Situasi sungguh mencekam!"Trik murahan!" Luther mendengus tanpa mengelak. Dia mengayunkan dahan pohonnnya dengan ringan untuk menggagalkan serangan lawan.Dalam sekejap, 9 berkas cahaya putih memelesat ke depan dan bertabrakan dengan 9 berkas cahaya merah. Duar, duar, duar ....Terdengar suara ledakan yang menakutkan. Dua energi yang berbeda bertabrakan. Seiring dengan cahaya putih itu berkedap-kedip, sebuah energi dahsyat menyapu ke segala arah. Gelombang energi yang dirasakan makin lama makin kuat.Seketika, debu dan batu dalam radius 100 meter beterbangan. Kerumunan pun mundur, bahkan kesulitan membuka mata. Beberapa pesilat lemah menjadi pucat karena darah bergejolak hebat di tubuh mereka."Aku yakin bocah itu mati kali ini," ujar pria paruh baya bersetelan sambil tersenyum sinis. Asal tahu, tidak ada yang per
Sambil memukul, Luther bertanya, "Kamu mengatakan kami rendahan, 'kan? Kamu merasa Teknik Pedang Ekspres kalian sudah hebat ya? Kamu murid Masao ya? Kamu berani membangun arena di Gunung Narima? Kamu merasa kalian sangat mulia?"Plak, plak, plak! Luther memukul tanpa henti, bahkan makin cepat dan kuat. Setiap memukul sekali, dia akan melontarkan pertanyaan.Haruto yang bersikap angkuh sebelumnya pun tampak sangat menyedihkan sekarang. Sekujur tubuh dipenuhi luka, dia terus berteriak histeris.Pada akhirnya, karena tidak bisa menahan rasa sakitnya, Haruto berguling-guling di tanah dan tidak memedulikan citranya lagi.Ketika melihat Haruto yang dipukuli sampai tidak bisa melawan, orang-orang tercengang. Suasana menjadi sunyi senyap. Kerumunan hanya bisa termangu dengan tidak percaya.Bahkan, beberapa orang merasa ada yang salah dengan mata mereka. Mereka mengucek mata untuk memastikan kebenarannya. Belum lagi pria paruh baya itu, dia sampai membeku di tempat dan tidak tahu harus bagaiman
"Kak, yang berguling-guling di tanah dan berteriak itu benaran Haruto?" tanya Yuki memelotot, menatap situasi di depan sana dengan tidak percaya.Saat ini, Luther masih memukul Haruto dengan kuat. Sebenarnya, adegan ini terlihat lucu sekaligus konyol."Ya, seharusnya begitu," sahut Elsa yang mengangguk setelah mengamati dengan cermat. Dia tidak menyangka Luther akan menang dengan mudah. Haruto adalah murid pribadi Masao sekaligus ahli bela diri yang menguasai Teknik Pedang Ekspres. Namun, dia malah dipukuli seperti ini."Gila! Ini benar-benar di luar nalar! Kok dia bisa sehebat itu?" tanya Elio sambil menelan ludah dan memasang ekspresi ngeri.Orang yang tidak pernah bertarung dengan Haruto mungkin tidak tahu kemampuannya yang sesungguhnya, tetapi Elio berbeda. Dia telah mengerahkan seluruh kekuatannya, tetapi tetap kalah hanya dengan satu serangan lawan.Bukan hanya Elio, tetapi juga Sofian yang merupakan Dewa Tombak. Kemampuan mereka jelas kalah telak dari Haruto.Ketika melawan mere
"Tuan Muda!" seru pria paruh baya itu. Dia segera berlari ke depan untuk memapah Haruto, lalu membentak Luther, "Dasar manusia rendahan! Beraninya kamu menyiksa majikanku yang berstatus mulia! Kamu akan mendapat ganjarannya!""Ganjaran?" Luther menyunggingkan bibirnya sedikit, lalu mengangkat tangan dan menampar wajah pria itu, hingga membuatnya terhempas beberapa meter. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Dasar bajingan, kamu masih berani mengancamku? Sepertinya kamu minta dihajar ya?""Bagus! Pecundang seperti mereka memang harus diberi pelajaran!""Benar! Mereka benar-benar menjengkelkan! Pukul saja sampai mati!"Ketika melihat pria paruh baya itu ditampar, para pemuda yang dipenuhi antusiasme sontak bersorak dan bertepuk tangan.Pesilat Negara Dikara itu memang menyebalkan, tetapi semua itu karena alasan sejarah. Sementara itu, pria paruh baya ini dulunya adalah rakyat Negara Drago. Pengkhianatannya barulah penghinaan terbesar untuk Negara Drago. Dia pantas dibenci semua orang.
"Yuki, kamu nggak bakal ingkar janji, 'kan?" tanya Ozias sambil tersenyum tipis."Huh! Kata siapa aku mau ingkar janji? Aku bukan orang yang nggak bisa menerima kekalahan kok!" sahut Yuki sambil mengerlingkan matanya.Kemudian, Yuki segera maju dan tiba di depan Luther. Dengan cepat dan kaku, dia berkata, "Maaf ... aku sudah salah paham padamu sebelumnya. Aku minta maaf."Selesai berbicara, Yuki berbalik dan pergi tanpa memberi Luther kesempatan untuk menanggapi. Luther kebingungan melihat tingkah gadis ini. Permintaan maaf macam apa ini?"Aku sudah minta maaf. Kamu sudah puas, 'kan?" Yuki kembali ke sisi Ozias dan lainnya. Dia tampak cemberut.Ozias pun menggeleng sambil tersenyum dan tidak bersikap perhitungan dengannya. Saat ini, Luther sedang menjadi pusat perhatian. Orang-orang berusaha merekrutnya. Tawaran yang didapatkannya pun sangat menakjubkan. Bahkan, beberapa wanita cantik mencoba merayu dan menaklukkannya.Luther merasa agak kewalahan menghadapi antusiasme seperti ini. Mes
"Apa yang terjadi? Kenapa Haruto jadi seperti ini?" tanya Taro dengan ekspresi suram."Tuan! Tadi Tuan Muda membangun arena di pusat kota dan menantang para pesilat Negara Drago untuk membangun prestise dan meraih kehormatan untuk Keluarga Kusama. Semua awalnya lancar. Tuan Muda berhasil mengalahkan 2 pesilat Negara Drago.""Tapi, para pertarungan ketiga, tiba-tiba muncul seseorang tak dikenal. Selagi Tuan Muda lengah, pesilat itu langsung menyerang. Ini adalah penghinaan besar! Tuan harus membalas dendam! Tuan harus membunuh pesilat rendahan itu!" Pria paruh baya itu berlutut dan membumbui kejadian yang terjadi."Berengsek!" Begitu mendengarnya, Taro sontak murka. Dia langsung menampar pria paruh baya itu dan membentak, "Siapa yang menyuruhmu membangun arena di Gunung Narima? Kamu merusak rencana kami!""Tuan, ini bukan salahku. Tuan Muda bilang Keluarga Kusama sudah terlalu lama diam. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk meraih kehormatan," timpal pria paruh baya itu."Dasar g