"Cari mati!" Huston murka saat melihat para prajurit yang menerjang ke arahnya. Dia tidak lagi berbelaskasihan, melainkan langsung mengangkat pedang dan menyerang.Kini, Huston telah mencapai tingkat master. Setelah berlatih bertahun-tahun di medan perang, pengalaman tempurnya pun sangat luar biasa. Meskipun sendirian, aura yang dipancarkannya tak terbendung."Maju! Lindungi Pangeran!" seru Haruna sambil mengangkat pedangnya. Melihat ini, Dodi segera memimpin Pasukan Naga Terbang maju untuk melawan.Meskipun jumlah Pasukan Naga Terbang lebih sedikit, semuanya adalah ahli bela diri yang terlatih. Dengan dipimpin Dodi, mereka menjatuhkan satu per satu lawan.Ratusan prajurit itu bagaikan pedang tajam. Meskipun lawan mereka begitu banyak, mereka tetap berhasil menargetkan jantung lawan.Di sisi lain, Empat Amangkurat hanya bisa mundur untuk menghindar. Waiz tak kuasa menyipitkan mata dengan terkejut. Dia berkata, "Aku nggak nyangka ada kelompok sekuat ini di istana.""Untung cuma ratusan
Ketika Hasya hendak berbicara, dia sontak membelalakkan mata dan menunjuk suatu arah sambil berseru, "Cepat lihat! Apa itu?"Semua orang segera mengikuti arah pandangnya. Terlihat seberkas cahaya hitam menukik hingga akhirnya mendarat di lokasi para prajurit.Duar! Terdengar suara ledakan yang kuat. Tanah berguncang untuk sesaat dan asap mengepul. Gelombang energi yang dahsyat pun menyapu ke sekeliling, membuat pasukan terhempas. Dalam sekejap, ratusan prajurit musuh tewas."Buset! Apa itu?" Waiz memicingkan mata. Karena asap terlalu tebal, dia tidak bisa melihat jelas."Nggak mungkin pecahan meteorit, 'kan?" Barak tampak ragu-ragu."Meteorit? Mana ada hal yang begitu kebetulan di dunia ini." Dakwa sama sekali tidak percaya."Aku sudah melihatnya! Itu manusia! Dia mengarah ke tempat kita!" seru Hasya sambil menunjuk ke kejauhan.Begitu ucapan ini dilontarkan, sesosok yang berpakaian hitam muncul dari tengah-tengah asap dan menyerbu ke arah Empat Amangkurat.Sosok itu memegang pedang hi
Hasya tidak bodoh. Begitu melihat pembunuh itu terus maju, dia langsung menginstruksinya pasukannya untuk mundur. Dia masih punya kesempatan setelah pembunuh itu kehabisan energi. Inilah keputusan yang bijaksana."Waiz, aku rasa Hasya benar. Keselamatan lebih penting. Aku akan menghindar dulu." Ketika melihat Hasya mundur, Barak tidak berani berlama-lama. Di bawah perlindungan pasukan, mereka perlahan-lahan mundur."Huh! Dasar pengecut!" Waiz mengangkat alisnya dengan kesal. Kemudian, dia menatap Dakwa dan bertanya, "Dakwa, kamu seorang pemberani. Kamu nggak bakal seperti mereka berdua, 'kan?""Tentu saja nggak!" Dakwa meregangkan tubuhnya, lalu terkekeh-kekeh dan menyahut, "Cuma seorang pembunuh kok. Aku nggak takut!"Dakwa bisa menjadi amangkurat karena keberaniannya. Dia sudah melewati banyak rintangan, jadi seorang pembunuh tidak akan bisa menakutinya."Oke. Biar kita lihat, sehebat apa pembunuh itu." Waiz mengangguk dengan puas, lalu melambaikan tangan dan menginstruksi, "Bentuk f
Begitu para pengawal mendekat, pembunuh itu malah mengerahkan kekuatan yang mengerikan. Tujuannya sangat sederhana, yaitu membuat pertahanan lemah supaya bisa menyerang dengan mudah."Buset! Benar-benar licik! Cepat mundur!" Ketika melihat para prajurit tidak bisa bertahan lagi, Waiz akhirnya panik dan segera membawa orang-orangnya mundur.Hanya saja, mereka sudah melewatkan kesempatan terbaik untuk mundur. Kecepatan pembunuh itu jauh lebih tinggi dari yang mereka bayangkan. Hanya dalam 2 menit, jarak mereka tersisa kurang dari 20 meter."Tuan! Kami akan melindungimu di sini! Kamu kabur dulu!" Ketika melihat tidak punya kesempatan untuk kabur lagi, beberapa jenderal menghunuskan pedang dan menyerbu ke arah pembunuh itu. Alhasil, mereka dikalahkan dalam waktu kurang dari 10 detik."Sialan! Rasakan ini!" seru Dakwa. Bukannya mundur, dia memilih untuk maju dan menyerang."Dakwa! Jangan gegabah!" Ekspresi Waiz berubah drastis melihatnya. Sayangnya, dia terlambat.Dakwa hendak memenggal kep
Rencana Luther sangat sederhana. Dia ingin menangkap para amangkurat ini supaya mereka bersedia menarik mundur pasukan. Sebelum perang dimulai, dia sengaja menyuruh Huston dan Pasukan Naga Terbang untuk menarik sebagian besar pasukan lawan. Kemudian, dia akan mencari kesempatan untuk menangkap para amangkurat ini.Dengan kemampuan Luther, dia tetap akan kewalahan menghadapi puluhan ribu prajurit. Namun, mudah saja baginya untuk menangkap pemimpin mereka.Demi mencegah Waiz dan lainnya melarikan diri, Luther sengaja menyembunyikan kekuatannya. Sampai akhirnya pasukan mendekat, dia baru meledakkan seluruh kekuatannya untuk menangkap Waiz dan Dakwa.Kini Waiz dan Dakwa berhasil dijatuhkan, berarti tersisa Barak dan Hasya. Asalkan membereskan mereka, pasukan lawan di istana pasti akan mundur."Giliran kalian!" Tatapan Luther tampak tajam. Setelah menemukan Barak dan Hasya, dia sontak mengangkat pedangnya dan menyerbu ke depan."Cepat hentikan dia!""Cepat! Jangan sampai dia mendekat!"Bara
Barak menyeka keringat dingin di keningnya dan hatinya merasa gelisah. Untungnya, dia berlari dengan cepat dan masih ada pengawal yang tidak takut mati untuk mengulur-ulur. Jika tidak, nasib mereka mungkin akan sama seperti Waiz dan Dakwa yang langsung ditangkap hidup-hidup begitu pembunuh itu mendekat. Pada saat itu, bukan hanya semua usaha mereka sia-sia, nyawa mereka pun akan terancam."Aneh, sejak kapan ada orang yang begitu hebat di istana? Bahkan puluhan ribu pasukan pun nggak bisa menahannya," kata Hasya sambil mengernyitkan alis dan merenungkan hal itu. Menurut penyelidikan mereka, hanya ada dua pesilat ulung di istana yaitu Dodi dan Fuso. Fuso sudah terperangkap oleh rencana Jayden dan Dodi juga tadi muncul. Meskipun ada pasukan elite yang bersembunyi di istana, hal itu juga ada dalam perkiraan mereka. Namun, satu-satunya hal yang di luar perkiraan mereka adalah pembunuh tadi.Jika orang itu hanya pembunuh biasa, itu masih bisa dimaklumi. Masalahnya adalah pembunuh itu terlalu
Saat ini, tubuh Luther berlumuran darah dan penuh dengan aura membunuh. Bajunya yang awalnya berwarna hitam sudah menjadi merah karena darah dan Pedang Cakrawala di tangannya pun bergetar hingga mengeluarkan bunyi, seolah-olah siap untuk menyerang kapan pun."Sialan! Kenapa orang ini bisa begitu cepat?" Melihat Luther yang sudah menghalangi di depan, ekspresi Barak berubah. Dia mengira pengawal pribadinya bisa menahan pembunuh ini lebih lama, tak disangka pembunuhnya sudah berhasil menerobos pertahanan dan mengejar mereka."Kita terkepung, kali ini kita benar-benar dalam masalah!" kata Hasya yang mulai panik. Mereka hanya sendirian, tidak mungkin ada peluang untuk menang melawan jika harus menghadapi dua pesilat ulung ini. Firus masih bisa ditangani dan mungkin tidak akan membunuh mereka karena statusnya, tetapi pembunuh itu berbeda. Mereka sudah menyaksikan adegan pembunuhan tadi. Jika mereka berani melawan, mungkin mereka akan langsung mati di tempat."Barak, apa yang harus kita laku
Bagi Firus, kata-kata Barak yang seperti ini mungkin bisa membohongi orang lain, tetapi menggunakan trik ini di hadapannya sama saja dengan menghina kecerdasannya.Hasya maju dua langkah dan berkata dengan serius, "Firus, kami nggak akan menyembunyikannya lagi karena situasinya sudah seperti ini, kita bicara secara terang-terangan saja. Raja Walter sudah meninggal, kita butuh pemimpin baru. Menurutmu, siapa yang paling cocok untuk menjadi Raja Atlandia yang baru?""Apa yang ingin kamu katakan?" kata Firus sambil tersenyum dingin.Hasya mengangkat kepala dan berkata, "Aku yakin kamu pasti tahu jelas pilihan terbaik untuk menjadi Raja Atlandia yang baru adalah Jenderal Jayden. Kalau Jenderal Jayden menjadi Raja Atlandia yang baru, kita baru bisa berkembang dengan lebih baik. Punya lebih banyak wilayah dan pasukan, ini adalah situasi yang tak terhindarkan. Kamu adalah orang yang cerdas, kamu pasti tahu siapa yang harus kamu pilih.""Maksudmu, aku harus bergabung dengan kubu kalian?" kata