"Kenapa masih berdiri di sini? Segera minta maaf dan bersujud kepada Tuan Aidan!" Melihat Luther kalah, Wandy justru merasa senang.Sebelumnya, Luther membuatnya sangat cemburu dengan aksinya. Sekarang, saatnya Luther menanggung akibatnya. Apakah dia akan bersujud? Jika bersujud, Luther akan kehilangan harga diri di depan orang lain. Jika tidak bersujud, Luther akan mati konyol jika Aidan membuat perhitungan dengannya."Hei, jangan salahkan aku tidak memberimu kesempatan. Kalau hari ini kamu bersujud dan minta maaf, aku akan membiarkanmu tetap hidup. Kalau nggak, jangan salahkan aku bertindak kejam!" Aidan menunjuk dada Luther dengan jarinya, seolah-olah dia telah yakin bisa mengalahkan Luther.Apa gunanya pandai berkelahi kalau tidak punya kekuasaan? Kalau hanya seorang petarung, sama sekali tidak ada apa-apanya."Apa kamu tahu kamu ini sedang bermain api?" Luther melihat jari-jari Aidan yang menunjuknya."Bermain api?" Aidan tertawa sinis dan berkata, "Aku tidak hanya bermain api, te
Di dalam ruangan itu, situasinya sudah menjadi kacau balau karena tindakan Luther. Beberapa orang yang pengecut dan takut terlibat telah pergi terlebih dulu karena khawatir akan terkena dampaknya. Sementara itu, Aidan yang terluka parah dan tak sadarkan diri segera dibawa oleh pengawal ke rumah sakit."Kita dalam masalah besar sekarang," kata Ariana dengan wajah cemas. Ayah Aidan yang bernama Adi itu terkenal kejam dan tak kenal belas kasihan. Putranya telah diperlakukan seperti ini, sudah pasti dia tidak akan tinggal diam. Luther mungkin tidak akan bisa selamat!"Julie, segera hubungi orang. Coba cari tahu, apakah ada yang bisa meredakan situasi ini," kata Ariana tiba-tiba."Bu Ariana, dia yang memukul orang, apa urusannya dengan kita? Kenapa kita harus repot-repot untuknya?" tanya Julie dengan sedikit kebingungan."Tadi dia yang menyelamatkanku, apa kamu menyuruhku untuk melihatnya mati tanpa berbuat apa-apa?" kata Ariana dengan ekspresi dingin."Aku tidak bermaksud begitu. Hanya saj
Keesokan paginya, di ruang privat Gedung Phoenix."Tuan Luther, terima kasih atas perlindunganmu. Ini adalah Rumput Hati Naga yang kamu minta, silakan diperiksa."Bianca menempatkan sebuah kotak kayu yang cantik di atas meja dan sedikit mendorongnya ke depan."Hm?" Luther membukanya dan melihat isinya. Di dalam kotak kayu tersebut, terdapat sebuah tanaman obat berwarna merah seperti darah. Bentuk tanaman tersebut berliku-liku, mirip seperti seekor naga dan terlihat sangat unik.Luther mengendusnya perlahan, tercium aroma khas dari tanaman tersebut."Ini memang Rumput Hati Naga! Terima kasih banyak, Nona Bianca!" Luther tersenyum senang.Selama bertahun-tahun, dia selalu mencari berbagai macam obat langka yang berharga. Sekarang, dia akhirnya menemukan satu tanaman lagi. Kini, hanya tinggal lima tanaman lagi. Jika dia bisa menemukan yang terakhir, nyawa orang itu bisa terselamatkan!"Tidak perlu berterima kasih, kamu pantas mendapatkan imbalan ini. Sebenarnya, aku yang seharusnya berter
Siang hari di kantor Presdir Grup Pesona.Ariana melihat-lihat dokumennya dengan tidak fokus. Benaknya terus memikirkan masalah Luther. Dia merasa khawatir, jika Luther sampai ditangkap oleh Tuan Adi, bukankah nasibnya akan berakhir tragis?"Julie!" Setelah merenung dalam pikiran yang kacau beberapa saat, Ariana akhirnya tidak bisa menahannya lagi."Bu Ariana, ada instruksi apa?" tanya Julie setelah memasuki ruangan."Bantu aku menyiapkan sebuah hadiah besar, aku ingin pergi ke Grup Prosper," ujar Ariana."Grup Prosper? Bukankah itu wilayah Tuan Adi?" tanya Julie dengan kaget."Benar, aku ingin berdiskusi dengan Tuan Adi." Ariana mengangguk."Untuk apa? Apakah ini karena masalah Luther?" Julie menjadi cemas dan berkata, "Bu Ariana, jangan bertindak gegabah! Tuan Adi sedang marah besar. Kalau Anda pergi sekarang, apa bedanya dengan bunuh diri?""Bagaimanapun, aku harus mencobanya!" seru Ariana dengan tegas."Tunggu! Bukankah kita masih ada bantuan dari Tuan Wandy? Dia pernah bilang mau
Di dalam Klinik Damai, Luther sedang minum anggur bersama pria tua bermata satu.Pada saat ini, tiba-tiba ponselnya berdering. Begitu teleponnya diangkat, terdengar suara Julie yang berteriak, "Halo, Luther! Bu Ariana sedang dalam bahaya, cepat datang ke sini untuk menyelamatkannya!""Bahaya? Ada apa sebenarnya?" tanya Luther sambil mengernyit."Semua ini gara-gara kamu! Bu Ariana mengkhawatirkan keselamatanmu. Jadi, dia langsung mengunjungi Tuan Adi untuk bernegosiasi dan sampai sekarang masih belum keluar juga. Kemungkinan besar dia dalam bahaya!" ujar Julie dengan napas tergesa-gesa."Sembarangan! Sudah kubilang ini urusanku, untuk apa dia ikut campur?" teriak Luther dengan wajah murung.Julie memarahinya dengan kesal, "Luther, kamu masih punya hati nurani nggak? Bu Ariana ke sana juga demi menyelamatkanmu!""Di mana dia sekarang?" tanya Luther."Di Grup Prosper.""Aku segera ke sana!" Tanpa berbasa-basi, Luther langsung menutup telepon dan bergegas ke tempat tujuan.....Di sisi la
"Sialan, kenapa masih bengong saja? Cepat lepaskan dia!" bentak Eril dengan marah.Sudut mata Adi berkedut, ekspresinya juga menjadi sangat murung.Jika Eril membicarakannya dengan baik, mungkin Adi masih bisa menghargainya. Masalahnya adalah, begitu tiba, Eril langsung membentak-bentak dirinya dan bahkan menamparnya. Jika dia melepaskan Luther dan Ariana sekarang, bagaimana Adi bisa mempertahankan reputasinya di masa depan?"Pak Eril, orang ini melukai putraku dan menerobos ke wilayahku. Kalau aku membebaskannya hari ini, bagaimana reputasiku nantinya?" ucap Adi dengan suara berat."Putramu memang pantas dipukul!" Eril mendengus dan berkata, "Kalau kamu nggak membebaskannya hari ini, aku akan menghancurkan Grup Prosper tanpa menyisakan siapa pun!""Pak Eril, aku nggak bisa melawan pengusaha besar sepertimu. Tapi, jangan lupa, aku juga punya orang di belakangku!" ancam Adi dengan tegas."Maksudmu Darwin?" Eril tersenyum sinis. "Terus terang saja, meskipun Darwin ada di sini hari ini, d
"Aku tahu, pasti karena bantuan dari Tuan Wandy!" Seolah-olah teringat dengan sesuatu, Julie tiba-tiba berceletuk, "Sebelumnya, aku menelepon polisi, lalu menghubungi Tuan Wandy juga. Pasti dia yang menyuruh Pak Eril datang!""Wandy?" gumam Ariana dengan ragu-ragu sambil mengangkat alisnya."Benar, orang yang bisa membantu kita dan sanggup meminta bantuan dari Pak Eril, hanya Tuan Wandy seorang!" ujar Julie yang sok membuat kesimpulan."Kalau kamu bilang begitu, sepertinya masuk akal juga." Ariana juga menyetujui kesimpulannya.Ketika kedua orang itu sedang asyik berbincang, tiba-tiba muncul sebuah mobil Ferrari berwarna merah yang berhenti di tepi jalan.Begitu pintu mobil terbuka, muncul Wandy yang berpakaian warna cerah."Ariana, kamu baik-baik saja? Aku buru-buru datang begitu menerima teleponnya!" tanya Wandy dengan penuh perhatian."Tuan Wandy, untung saja ada bantuanmu. Kalau tidak, Bu Ariana pasti sudah berada dalam bahaya," ujar Julie buru-buru berterima kasih."Bantuan?" Wand
"Jadi, ini yang mau kamu katakan padaku?" Ariana berdiri mematung dan memandang Luther dengan tatapan tidak percaya.Melihat ekspresi Luther yang dingin, Ariana merasa asing terhadap pria itu. Hatinya menyimpan kesedihan dan kesakitan yang mendalam."Benar, itu yang mau kukatakan!" Luther sama sekali tidak sungkan-sungkan. "Ingat, ini urusanku, kamu tidak perlu ikut campur. Hidupku tidak ada hubungannya denganmu. Kita berdua sudah tidak ada hubungan apa pun lagi sekarang. Paham?"Serangkaian kalimat yang ketus itu membuat Ariana terperangah. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa niat baiknya malah dibalas dengan kritikan dan keluhan. Sejak kapan hubungan mereka berubah menjadi begitu tidak harmonis?"Hei, Luther! Kamu ini manusia atau bukan?" Julie yang berdiri di sampingnya tidak bisa lagi menahan diri. Dia langsung memaki, "Bu Ariana berbaik hati ingin membantumu, tapi sikap macam apa ini? Apa hati nuranimu sudah hilang?""Lalu, sikap apa yang kamu harapkan dariku? Aku harus memuji k
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung
"Adipati Ezra, perjodohan di antara dua keluarga ini bukan hanya kehendakku, tapi juga kehendak ayah angkatku dan seluruh Keluarga Luandi," ujar Roman dengan tersenyum."Menurut aturan yang sudah diterima, pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih berkerabat langsung nggak diperbolehkan. Apa kalian sudah lupa akan hal ini?" tanya Ezra dengan tenang."Berpegang pada aturan yang kaku nggak akan berguna untuk perkembangan," jawab Roman sambil menggeleng dan tersenyum. "Sekarang, Negara Drago sedang dalam masa kacau. Selain itu, aku dengar kesehatan Kaisar kurang baik dan ada kemungkinan dia akan menunjuk pewaris lebih awal dan mundur dari takhta.""Aku yakin Midyar akan mengalami kerusuhan dalam waktu dekat ini. Pada saat itu, baik Empat Keluarga Kerajaan, Delapan Keluarga Kaya, maupun kekuatan lainnya, semua akan terseret dalam pusaran ini. Makanya sebelum itu terjadi, aku harap Keluarga Luandi dan Keluarga Paliama bisa beraliansi melalui pernikahan untuk mengatasi kesulitan bersama
"Ayah, bagaimana menurutmu?" tanya Gusdur sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ezra."Ada tamu yang datang, kita tentu saja nggak boleh nggak sopan. Suruh mereka masuk ke ruang tamu untuk berbicara," kata Ezra dengan tenang. Roman mewakili Keluarga Luandi, dia tentu saja tidak bisa mengusir tidak peduli apa pun niat kedatangan Roman ini. Mengenai hubungan pernikahan ini, tentu harus dipertimbangkan dengan matang."Baik," jawab pengurus rumah, lalu segera pergi."Kalian lanjutkan saja makannya, aku akan menemui orang-orang dari Keluarga Luandi ini," kata Ezra, lalu bangkit dan pergi.Setelah saling memandang sebentar, ketiga putra dari Ezra juga akhirnya mengikuti Ezra. Mereka ingin melihat apa yang sedang direncanakan Keluarga Luandi kali ini."Sudahlah, biarkan mereka yang mengurusnya. Kita makan saja," kata nenek Bianca sambil tersenyum agar semuanya melanjutkan makan malamnya.Tiga menit kemudian, di ruang tamu Keluarga Paliama. Ezra duduk di kursi utama dan langsung menghadap ke