Para dokter lain mulai mencerca Luther."Anak Muda, siapa gurumu? Kenapa kamu berani sekali membual seperti itu di sini?" Setelah menilai penampilan Luther, ekspresi Bastian terlihat agak tidak senang. Selama ini, tidak pernah ada yang meragukan kemampuan medisnya, apalagi hanya seorang bocah bau kencur seperti ini."Huh! Dasar tak tahu diri! Beraninya kamu berlagak di hadapan Dokter Bastian? Benar-benar minta dihajar!" Wajah Calvin terlihat tidak senang."Anak Muda, aku tidak tahu dari mana nyalimu sebesar itu sampai berkata demikian. Tapi, sekarang silakan keluar, jangan sampai mengganggu Dokter Bastian mengobati putriku!" kata Richard dengan nada yang semakin kasar dan mulai tidak sabaran.Dia menganggap Luther adalah orang yang dikasih hati minta jantung."Nggak usah diusir, biarkan saja dia menyaksikannya sendiri di sini!" Bastian meletakkan tangannya di belakang punggung dan berkata, "Bukankah kamu meragukan kemampuan medisku? Hari ini, aku akan membuatmu menambah wawasan!""Dokt
"Hm?" Mendengar ucapannya, semua orang langsung mengamati dengan saksama. Benar saja, raut wajah Lufita yang tadinya telah merona, kini malah menjadi semakin pucat. Bahkan alisnya juga kembali muncul lapisan es. Dilihat dari situasinya ini, kondisi Lufita bukannya membaik, tapi malah menjadi semakin parah."Kenapa bisa begitu, Dokter Bastian?" tanya Richard dengan wajah serius."Aneh, seharusnya setelah hawa dinginnya menghilang, dia akan bisa pulih." Bastian juga merasa heran. Bukankah tadi pasien masih baik-baik saja, kenapa dalam sekejap jadi kambuh lagi?"Dokter Bastian, bagaimana sekarang ini?" tanya Richard."Jangan khawatir, biar kucoba lagi." Bastian tidak menyerah, dia menggunakan cara yang sama untuk mengeluarkan hawa dingin Lufita. Namun, hasilnya tetap sama. Dalam waktu kurang dari tiga menit, keadaan Lufita kembali kambuh. Hawa dingin dalam tubuhnya seakan-akan tidak bisa habis. Ini benar-benar aneh."Kenapa bisa begini?" gumam Bastian kebingungan. Pada saat ini, dia akhir
Semua orang membelalakkan mata mereka dan diam-diam menyaksikan aksi Luther. Setelah ulat api masuk ke dalam tubuh Lufita, hawa dinginnya mulai berkurang drastis. Dalam waktu kurang dari tiga menit, tubuhnya yang semula dingin sudah pulih kembali.Warna wajahnya berubah menjadi merah merona, napasnya juga menjadi lebih stabil. Kemudian, di hadapan sekumpulan orang yang merasa takjub, Lufita tiba-tiba tersadar."Sudah sadar?" Melihat adegan ini, semua orang langsung kaget. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa penyakit aneh yang tidak bisa disembuhkan oleh Dokter Sakti, malah berhasil diobati oleh seorang pemuda biasa. Sungguh sulit dipercaya!"Ba ... bagaimana mungkin?" Calvin membelalakkan matanya dengan kaget. Seorang dokter dari desa punya kemampuan sehebat ini?"Bagaimana dia bisa berhasil?" Pada saat ini, wajah Valen tampak terkejut dan penuh kekaguman. Ilmu sihir yang selama ini dianggapnya jahat, ternyata benar-benar bisa digunakan untuk mengobati penyakit?"Tak kusangka ternyat
Setelah berkata demikian, Richard memberikan isyarat dengan tangannya. Kepala pelayan yang berdiri di sampingnya langsung mengerti dengan maksud majikannya itu. "Tuan Luther, silakan ikut saya.""Baik," jawab Luther seraya mengangguk. Kemudian, dia berjalan mengikuti kepala pelayan tersebut ke ruang tamu.Luther menunggu cukup lama di tempat itu. Hingga setelah dia meminum habis tiga cangkir teh, Richard baru muncul dengan membawa sekelompok orang. "Anak Muda, terima kasih atas bantuanmu hari ini. Di sini ada cek senilai 20 miliar, ini adalah imbalanmu."Richard langsung duduk dan memberi instruksi pada bawahannya untuk menyerahkan cek tersebut."Hm?" Melihat cek tersebut, Luther merasa heran. "Tuan Richard, terima kasih atas niat baikmu. Tapi, bukan ini benda yang kuinginkan.""Tidak penting kamu menginginkannya atau tidak, ini adalah imbalan yang kuberikan padamu." Richard mengambil cangkir dan menyesap tehnya."Apa maksud perkataanmu ini?" Luther memicingkan matanya."Apa kamu masih
"Hehehe ...." Melihat sekelompok pengawal yang masuk, kemarahan dalam diri Luther berubah menjadi senyuman. Sebelumnya, dia berpikir bahwa keluarga bangsawan setidaknya akan cukup kredibel. Namun, siapa sangka orang-orang ini benar-benar tidak punya malu.Mereka bukan hanya tidak menepati janji, tetapi juga melupakan bantuan yang diberikan padanya. Bahkan setelah tidak bisa mencapai kesepakatan, mereka mengancam untuk menggunakan kekerasan.Sungguh licik dan tak tahu malu!"Richard, melihat sikapmu ini, kalian berniat untuk membalas kebaikanku dengan kejahatan?"Setelah tertawa, sorot mata Luther tiba-tiba menjadi kejam dan menakutkan."Anak Muda, orang bijak akan menghargai peluang yang diberikan padanya. Uang 20 miliar sudah cukup untuk memastikan kesejahteraan hidupmu. Lebih baik jangan terlalu serakah!" Wajah Richard tampak dingin.Berada di posisi setinggi ini, hal terpenting bagi Richard adalah keuntungan. Mana mungkin seorang pemuda desa bisa dibandingkan dengan Keluarga Anggara
Ketika Luther kembali ke Klinik Damai, dia melihat sebuah mobil Bentley berwarna perak yang diparkirkan di depan pintu. Setelah memasuki pintu, tampak sebuah wajah cantik yang sangat familier. Tubuhnya yang menawan dan auranya yang elegan, ditambah dengan senyumannya yang memikat. Wanita ini benar-benar memesona."Nona Bianca, kenapa kamu datang?" Luther tertegun sejenak, terlintas kekagetan di sorot matanya. Meskipun kenal dengan Bianca, Luther tetap merasa kaget ketika setiap kali bertemu dengannya."Aku datang untuk melihatmu." Bianca berkata dengan agak sedih, "Orang sibuk sepertimu nggak pernah datang mengunjungiku. Masa aku tidak boleh datang melihatmu?""Bukan begitu maksudku." Luther merasa canggung dan mengalihkan topiknya, "Oh ya, bagaimana dengan Pil Dua Warna? Apakah hasilnya sesuai ekspektasi?""Bahkan jauh lebih bagus daripada yang dibayangkan!" Bianca tersenyum tipis dan berkata, "Kali ini aku sengaja datang untuk berterima kasih padamu. Dibandingkan dengan Pil Mujarab,
Luther terdiam. Dia mengelus bibirnya yang masih tersisa aroma Bianca dengan wajahnya yang memerah. Hari masih pagi, apa pantas melakukan hal seperti ini?"Huh!"Tiba-tiba terdengar suara mendengus di depan pintu. Luther mengangkat kepalanya dan melihat sebuah sosok yang berjalan keluar dengan kesal. Setelah orang itu naik ke mobil, mobilnya langsung melaju dengan cepat dan menghilang dari pandangannya."Bukankah ... tadi itu Ariana?" kata Bianca sambil tersenyum sinis."Sepertinya iya," kata Luther sambil menganggukkan kepalanya dengan bingung."Apa kamu nggak mau mengejarnya dan menjelaskan padanya?" kata Bianca sambil mengernyitkan alisnya."Menjelaskan apa? Kita sudah bercerai dan aku nggak melakukan kesalahan apa pun kepadanya," kata Luther dengan tegas."Memang benar," kata Bianca sambil tersenyum.Dalam hatinya, Bianca beranggapan bahwa Luther sudah menjadi prianya. Jadi, untuk apa menjelaskan panjang lebar kepada wanita lain lagi? Saat keduanya sedang berbicara, ada satu mobil
Sudut bibir Bastian berkedut melihat Bianca menerima jarum itu dengan begitu tenang. Apa wanita ini perlu seterus terang ini? Apa dia tidak merasa segan? Apa tidak terpikir untuk menolaknya?"Oh ya, Dokter Bastian. Sepertinya kamu memiliki pandangan yang unik. Aku punya sebuah barang berharga yang ingin kutunjukkan padamu."Setelah menerima jarumnya, Bianca berbicara lagi."Oh? Apa barang berharganya? Ayo tunjukkan padaku," kata Bastian dengan tenang."Silakan lihat."Bianca mengeluarkan sebuah pil berwarna hijau.Bastian menerima pil itu dan melihatnya, lalu menganggukkan kepala dengan puas. "Pil ini terlihat bening, bersinar, dan baunya sangat khas. Dilihat dari kualitasnya, pil ini memang tidak buruk!"Bianca mengacungkan jempolnya. "Penilaian Dokter Bastian memang bagus! Pil ini namanya Pil Dua Warna. Pil ini memiliki efek kecantikan dan perawatan kulit, serta memperpanjang umur. Kalau Dokter Bastian tidak takut pil ini beracun, kamu boleh mencobanya.""Meskipun beracun, apa aku har
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi
"Foniks Terbang!" Di bawah tekanan dahsyat, Mario mengeluarkan seluruh potensinya. Energi astral disalurkan ke dalam pedangnya. Cahaya perak memancar dengan kuat.Saat berikutnya, Mario meloncat dan bersatu dengan pedangnya. Dia menjelma menjadi foniks raksasa yang meraung sambil memelesat ke arah pedang emas.Keseluruhan foniks itu berwarna perak. Foniks itu mengepakkan sayapnya, membuat angin kencang berembus. Tekanan besar ini membuat foniks itu seolah-olah ingin membumbung tinggi ke angkasa.Setelah berjeda, foniks perak tiba-tiba berbalik ke arah pedang emas. Bam! Lagi-lagi terdengar suara yang memekakkan telinga. Energi dahsyat membuat tanah bergetar.Perisai petir biru juga terus berguncang, seperti akan hancur. Di pusat ledakan, pedang emas dan foniks tampak berhadapan.Namun, pedang emas itu seperti gunung besar yang terus menerus menekan foniks raksasa. Pada akhirnya, foniks itu tidak tahan lagi dan terjatuh.Seketika, asap mengepul dan batu beterbangan. Guncangan menjadi mak
Keseluruhan bayangan foniks itu berwarna merah, membuatnya terlihat seperti matahari yang menyilaukan. Sayap foniks pun memancarkan cahaya aneh.Ketika menghadapi pedang emas itu, bayangan foniks meraung dan mengepakkan sayapnya. Saat berikutnya, dia terbang dan membentur pedang emas.Di bawah tatapan semua orang, cahaya merah dan cahaya emas berbenturan. Duar! Terdengar gemuruh. Seluruh arena berguncang.Gelombang energi yang disebabkan oleh ledakan menyapu ke sekeliling. Untung saja, masih ada perisai petir biru dari Nabel yang melindungi para penonton.Cahaya biru memancar dengan kuat. Perisai pun bergetar, seolah-olah akan hancur kapan saja. Saat melihat ini, Nabel tidak berani ragu-ragu. Dia datang ke pusat formasi untuk menyalurkan energi sejatinya supaya perisai tidak hancur."Tekanan ini mengerikan sekali. Seperti ini kekuatan ahli bela diri top? Luar biasa!""Aku tahu Hasta kuat, tapi aku nggak nyangka Mario yang tak terkenal ini juga begitu hebat. Dia memperlihatkan tekanan y
Di arena, Mario berdiri dengan gagah sambil menggenggam pedangnya. Wajahnya dipenuhi senyuman saat menatap Hasta. "Hasta, aku nggak nyangka kita bakal ketemu sekarang. Sepertinya pertarungan ini tak terelakkan."Hasta memang genius yang diakui semua orang, tetapi Mario juga tidak kalah hebatnya. Hanya saja, dia selalu bersikap rendah hati dan tidak mengejar ketenaran. Selama ini, dia hanya fokus pada kultivasinya.Kali ini, Mario berpartisipasi dalam kompetisi pun bukan untuk menjadi terkenal, melainkan untuk menguji kemampuannya. Terus bersembunyi tidak akan membuatnya tumbuh. Dengan melawan lawan yang lebih kuat, dia baru bisa berkembang."Kamu bukan lawanku. Sebaiknya mengaku kalah," ucap Hasta dengan dingin. Dia tidak ingin membunuh saudara seperguruannya."Kita belum bertarung. Gimana bisa kamu tahu aku selemah itu?" Mario masih tersenyum. "Aku bergabung dengan Sekte Pedang lebih awal darimu. Kamu memang genius, tapi aku nggak bodoh. Seharusnya nggak semudah itu untuk menang darik
Ozias memang kalah, tetapi reputasinya tidak menurun. Para penggemar wanita itu masih terus meneriakkan namanya. Ini adalah situasi yang tidak pernah ada sebelumnya. Ternyata, tampan memang menguntungkan."Tuan Ozias, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Yuki dengan penuh perhatian setelah Ozias kembali ke tempat duduknya."Cuma luka kecil, bukan masalah." Ozias menggeleng sambil tersenyum. Meskipun tersenyum, tatapannya justru terlihat agak sedih.Ozias mengikuti kompetisi ini bukan hanya untuk meraih prestasi, tetapi juga untuk membuktikan bahwa dirinya tidak kalah dari orang lain. Masuk delapan besar sudah termasuk hebat, tetapi Ozias masih ingin lebih. Sayangnya, kemampuannya kalah dari orang lain. Hanya saja, dia merasa puas karena lawannya adalah Adam."Kamu sudah sangat hebat. Banyak murid sekte besar kalah darimu. Nggak usah dipikirkan," hibur Elsa."Ya, kamu jauh lebih hebat dariku. Aku saja nggak bisa masuk 16 besar. Lihat dirimu sekarang, kamu menjadi sangat terkenal. Banyak or
Saat berikutnya, cahaya biru berkedip. Perisai petir biru langsung menutupi arena seperti mangkuk terbalik. Gelombang energi yang dihasilkan oleh ledakan itu terus menghantam perisai dengan ganas.Perisai petir biru bergetar tanpa henti. Setelah beberapa saat, situasi baru kembali tenang. Para penonton pun menghela napas lega.Untungnya, reaksi Nabel sangat cepat. Kalau sampai gelombang energi itu mengenai mereka, mereka tidak mungkin bisa menahannya. Bagaimanapun, Adam adalah seorang grandmaster. Satu serangan acaknya saja bisa membunuh mereka.Saat ini, di arena. Setelah semuanya normal kembali, tampak situasi telah berubah. Adam masih berdiri di tempatnya dengan gagah. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang kuat. Bayangan dewa di belakangnya juga tampak penuh wibawa.Sebaliknya, Ozias terpental belasan meter setelah serangannya berbenturan dengan serangan Adam. Wajah tampannya menjadi pucat pasi. Sudut bibirnya berdarah. Kedua lengannya bergetar tanpa kendali."Ternyata kesenjangan
Setelah membulatkan tekadnya, Adam tidak ragu-ragu lagi. Dia mulai mengumpulkan energinya. Energi astral yang kuat menyembur dari berbagai titik akupunktur di tubuhnya.Dalam sekejap, rambut Adam berdiri tegak. Pakaiannya berkibaran. Sekujur tubuhnya memancarkan cahaya. Bayangan Dewa di belakangnya menjadi makin padat. Wajahnya terlihat jelas. Sosok itu penuh wibawa. Ketika melihat ini, ekspresi Ozias menjadi sangat serius. Dia tahu Adam akan mengerahkan jurus yang sangat mematikan.Tanpa ragu sedikit pun, Ozias membentuk segel tangan. Tubuhnya sontak bergetar dan membentuk tiga bayangan. Tidak berhenti sampai sana, ketiga bayangan itu terbagi menjadi sembilan bayangan lagi. Saatnya berikutnya, totalnya menjadi 27 bayangan.Hanya dalam waktu singkat, Ozias berhasil membentuk 27 klona. Begitu klona-klona itu terbentuk, napas Ozias menjadi agak berat. Dia sudah mencapai batasannya."Huh! Cuma trik kecil!" Ketika melihat klona-klona di sekeliling, Adam mendengus. "Hari ini, akan kuperliha
Bum!Di bawah hantaman bayangan dewa bertangan enam, sosok terakhir Ozias hancur berkeping-keping dalam sekejap. Penonton bergemuruh, terutama para wanita pendukung Ozias yang langsung berteriak ketakutan dan beberapa yang begitu terguncang sampai pingsan. Begitu tampan dan kuat, kini hancur seakan jadi debu, sungguh disayangkan!Namun di atas panggung, Adam sama sekali tidak merasa puas. Karena saat bayangan dewa menghantam Ozias, sosok itu bukanlah tubuh asli, melainkan sekumpulan energi yang langsung menghilang. Dengan kata lain, sosok terakhir itu hanyalah bayangan!Jika kesembilan sosok tadi semuanya hanya bayangan, lantas di mana tubuh asli Ozias?Saat Adam mengernyitkan dahi dalam kebingungan, sia tiba-tiba merasakan getaran di kulit kepalanya ... pertanda ada bahaya yang menghampirinya. Tanpa berpikir panjang, dia mendongak dan melihat Ozias sedang meluncur turun dalam posisi terbalik di atasnya.Dengan memegang kipas lipat di tangannya, Ozias menyerbunya bagaikan bintang jatuh
Di saat itu, bukan hanya penonton di bawah panggung yang terkejut, bahkan Adam yang berada di atas panggung juga terpana oleh Teknik Bayangan yang tiba-tiba ditunjukkan oleh Ozias. Sejak kapan Aula Yama menguasai teknik sehebat ini?Yang lebih mengejutkan lagi, Teknik Bayangan yang dilakukan Ozias ini sama sekali tidak kalah dari Ravin. Bahkan dengan penglihatannya yang tajam, Adam pun tidak bisa langsung membedakan mana yang asli dan palsu.Dari sini, bisa dilihat bahwa Teknik Bayangan Ravin sudah sangat matang. Tak heran jika Ozias bisa mengalahkan Ravin. Ternyata dia juga menguasai Teknik Bayangan. Memang, dengan memahami teknik musuhnya, dia bisa menemukan celah dan memanfaatkannya untuk mengalahkan lawan.Meski terkejut, Adam sama sekali tidak gentar. Menurutnya, Teknik Bayangan itu memang sedikit merepotkan, tetapi hanya memerlukan sedikit lebih banyak usaha saja."Cukup hebat, tapi efeknya nggak besar. Karena kamu tetap akan kalah," ucap Adam dengan nada dingin."Menang atau kal