Luther menggeleng sambil tertawa. Dia tidak menjelaskan lebih jauh lagi, melainkan hanya mengeluarkan sebuah kartu bank berwarna merah. Di depan kartu itu terukir seekor naga berwarna emas yang sangat berwibawa. Di belakangnya terukir kata berwarna emas, "Sultan"."Ini adalah Kartu Sultan dari Bank Lontern. Hanya orang yang memiliki aset di atas triliunan yang berhak memilikinya. Hanya dengan sebuah kartu ini, aku bisa mengambil uang tunai 100 miliar dari bank mana pun di Negara Draco ini. Jadi menurut kalian, aku sanggup beli Klinik Svarga nggak? Bisa keluarin 60 miliar nggak?"Luther menunjukkan kartu berwarna merah di tangannya di hadapan semua orang dengan ekspresi menghina."Apa? Kartu Sultan Bank Lontern?"Melihat kejadian ini, semua orang langsung membelalakkan matanya dengan takjub. Bank Lontern adalah bank terbesar di Negara Draco. Anggotanya terdiri dari beberapa tingkatan yang dari mendasar hingga tertinggi. Dimulai dari member biasa, member emas, member platinum, member tit
"Apa? Dipenjara seumur hidup?" Mendengar hal ini, ekspresi Ghufran yang berada di samping langsung berubah drastis dan berkeringat dingin. Dia juga meragukan keabsahan Kartu Sultan milik Luther. Jadi saat mendengar ancaman Julia, dia langsung terperangah. Ghufran tidak ingin membuat Luther terlibat masalah karena dirinya."Luther, cepat simpan kartunya. Kalau nggak, nanti masalahnya jadi repot!" ujar Ghufran sambil menarik lengan baju Luther dan berkata dengan suara pelan. Asalkan bisa menghancurkan kartu palsu ini, mungkin mereka akan bisa lolos dari bahaya."Luther! Besar sekali nyalimu! Kamu bahkan berani memalsukan Kartu Sultan. Sepertinya kamu memang sudah bosan hidup!" seru Yudas dengan tatapan yang tak bersahabat."Luther, sekarang kuberi satu kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Asalkan kamu mengaku bersalah, lalu menghancurkan kartu ini dan pergi dari sini, aku akan menganggap nggak pernah terjadi apa pun," kata Julia sambil sedikit mendongak dengan sombong."Kenapa aku harus
"Julia, jangan terlalu memandang tinggi diri sendiri. Aku nggak butuh kesempatan darimu," ucap Luther dengan dingin. Sejak Julia memanfaatkan dirinya, sejak Giotto dan Flanna membalas air susu dengan air tuba, kedua belah pihak memang sudah bermusuhan."Oke. Karena kamu begitu keras kepala, aku nggak akan peduli pada hubungan kita yang sebelumnya lagi," ujar Julia dengan ekspresi masam."Kalimat ini untukmu juga. Kalau Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman masih memiliki niat jahat, kalian tanggung sendiri akibatnya nanti!" ejek Luther."Dasar nggak tahu diri!" Julia mendengus, lalu berbalik dan pergi. Ketika hendak naik mobil, dia tiba-tiba teringat pada sesuatu sehingga menghentikan langkah kakinya dan menoleh sambil tersenyum sinis.Julia menambahkan, "Oh, aku lupa memberitahumu sesuatu. Mulai hari ini, Keluarga Suratman dan Keluarga Ghanim akan bekerja sama untuk memproduksi Salep Halimun. Aku yakin, Salep Halimun akan menjadi terkenal dalam waktu singkat. Kemudian, Keluarga Ghanim
"Luther, kamu nggak seharusnya segegabah itu tadi. Kamu sudah menyinggung Keluarga Suratman dan Keluarga Ghanim. Takutnya, kamu akan dipersulit mereka di Kota Narata," ujar Ghufran sembari menghela napas. Jelas, dia sangat mencemaskan Luther."Dokter, tenang saja. Aku punya penyokong, mereka nggak mungkin bisa menyerangku semudah itu," timpal Luther yang tersenyum tipis."Penyokong? Siapa?" Ghufran seketika dipenuhi antusiasme. Ternyata, Luther berani menantang kedua keluarga kaya itu karena memiliki penyokong? Benar juga, kalau Luther tidak memiliki latar belakang apa-apa, mana mungkin dia berani selancang itu!"Ini rahasia, kamu akan tahu sendiri nanti," ujar Luther dengan misterius. Baik itu Keluarga Suratman ataupun Keluarga Ghanim, Luther sama sekali tidak takut pada mereka. Akan tetapi, dia tidak ingin memulai perselisihan besar dan mengungkapkan identitasnya. Hal ini bisa saja membuat kelompok lain mengambil tindakan. Itu sebabnya, Luther akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak
"Nona Berry, aku punya tawaran untukmu. Kujamin kamu bisa menghasilkan banyak uang," ujar Luther."Oh? Tawaran apa itu?" Minat Berry seketika terbangkitkan."Bicara di telepon akan kurang jelas. Kita bertemu di Restoran Sultan sejam lagi," ucap Luther."Oke, kutunggu kamu di sana," sahut Berry.Begitu mengakhiri panggilan, Luther langsung mengemudikan mobilnya ke Restoran Sultan. Ada Jordan yang berjaga di vila sehingga Luther tidak perlu khawatir pada tipu muslihat Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman.Jam 12 siang, di Restoran Sultan. Begitu Luther masuk, seorang staf langsung membawanya ke lantai 2 dan memasuki sebuah ruang privat.Di dalam sana, Berry yang mengenakan terusan merah sedang meminum teh dengan santai. Hari ini, Berry tidak memakai riasan yang terlalu tebal. Dia memegang kipas dan rambut hitamnya diikat. Tubuhnya yang seksi terlihat sangat memikat karena terusan yang pas badan itu. Belum lagi kakinya yang putih dan mulus, membuat orang tak kuasa berfantasi.Meskipun pe
Ketika melihat ekspresi tidak tega Berry, Luther sempat tertegun sesaat. Dia seolah-olah melihat Bianca dari sosok Berry.'Bagaimana kabar Bianca sekarang? Apa dia baik-baik saja? Aku sudah lama nggak menghubunginya, dia nggak akan marah, 'kan?' batin Luther.Begitu tersadar dari lamunannya, Luther segera menarik tangannya dan menolak bantuan Berry. Dia menjelaskan, "Nggak apa-apa, ini hanya luka kecil. Asalkan mengoleskan Salep Halimun, lukaku akan pulih dalam waktu singkat."Selesai mengatakan itu, Luther mengeluarkan Salep Halimun yang telah disiapkannya. Kemudian, dia langsung mengoleskannya.Berbeda dengan Salep Halimun yang berwarna hitam, yang Luther keluarkan kali ini berwarna hijau seperti warna giok. Salep ini telah dikembangkan oleh Luther. Bukan hanya tidak punya efek samping, tetapi khasiatnya juga jauh lebih hebat."Tampan, kalaupun mau menguji obat, kamu nggak seharusnya sekejam ini pada diri sendiri. Rasanya pasti sakit sekali," keluh Berry."Dengan cara ini, aku baru b
"Nona Berry, karena ini kerja sama, aku nggak mungkin membiarkanmu berjuang sendirian. Aku akan menanggung sebagian besar tekanannya, kamu hanya perlu memproduksi salep dan melakukan promosi. Gunakan seluruh koneksi Keluarga Chuwardi untuk membuat salep itu terkenal," ujar Luther dengan serius.Mendengar ini, Berry terdiam sesaat. Meskipun Salep Halimun sangat ajaib, apakah pantas bersaing dan menyinggung Keluarga Suratman serta Keluarga Ghanim?"Tentunya, kalau kamu masih punya keraguan, aku nggak bakal memaksa. Selain itu, anggap salep ini sebagai hadiah dariku," lanjut Luther sambil tersenyum. Dia meletakkan botol salep di tangannya dan mendorongnya ke depan.Kekuasaan Keluarga Chuwardi tidaklah kecil. Di Kota Narata ini, mereka menduduki peringkat ketiga. Yang pertama dan kedua sudah pasti adalah Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman. Jika bersaing dengan kedua keluarga ini sekaligus, Keluarga Chuwardi harus menanggung tekanan besar. Sekarang semua tergantung kepada Berry, apakah d
Setelah kembali ke vila, Luther mengambil ponselnya dan ekspresinya terlihat agak ragu-ragu. Saat membahas kerja sama dengan Berry sebelumnya, dia tiba-tiba teringat pada Bianca dan rasa rindu langsung memenuhi pikirannya hingga tak terkendali. Dia tidak bisa menepis gambaran Bianca dari pikirannya.Luther mendengar kabar dari Jordan bahwa Bianca sudah mengikuti kakeknya dan pindah ke Midyar untuk mengembangkan bisnis. Dia hanya perlu menelepon saja, keduanya sudah bisa segera bertemu. Namun, dia merasa agak khawatir. Midyar berbeda dengan Provinsi Narata, di sini penuh dengan ancaman dan sangat berbahaya. Dia tidak ingin melibatkan Bianca karena apa yang harus dia lakukan sekarang sangat berbahaya."Bagaimana kalau hanya bertemu sebentar untuk mengucapkan salam?" gumam Luther pada dirinya sendiri.Setelah mondar-mandir sejenak di balkon, Luther menarik napas dalam-dalam dan akhirnya menelepon sebuah nomor. Setelah berdering sekitar lima detik, telepon itu akhirnya diangkat dan segera
"Untuk menghindari risiko ... mereka semua harus mati," jelas pria berambut cepak itu dengan singkat, jelas, dan padat.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi keempat anggota Pasukan Api Merah berubah drastis. Bahkan, Loland pun mengerutkan keningnya dan wajahnya tampak suram."Omong kosong apa yang kamu bicarakan? Mereka adalah pengawal pribadiku, saudara seperjuanganku yang telah bertarung bersamaku! Mana mungkin mereka berkhianat?""Yang paling sulit ditebak di dunia ini adalah hati manusia. Saudara bisa saling bertikai, keluarga pun bisa saling membunuh. Demi keselamatan Jenderal, kami nggak bisa mengambil risiko," sahut pria berambut cepak itu dengan tegas."Seorang prajurit boleh mati, tapi nggak boleh dihina! Kami telah mengikuti Jenderal selama bertahun-tahun dan melewati berbagai medan perang bersama. Kami lebih baik mati daripada berkhianat!""Benar! Jangan samakan kami dengan pengkhianat rendahan!""Huh! Orang sepertimu mana mungkin mengerti arti persaudaraan sejati?"Keemp
Malam semakin larut.Di tengah status siaga penuh di seluruh kota, jalanan nyaris kosong. Hanya patroli berseragam yang masih bergerak.Kalaupun ada segelintir orang yang melintas, mereka tampak berjalan dengan tergesa-gesa, seolah-olah takut terjerat masalah.Saat ini, sebuah tim patroli beranggotakan sepuluh orang perlahan mendekati rumah persembunyian Loland.Pemimpin patroli adalah seorang pria bertubuh kekar dengan rambut cepak. Dia melirik ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada orang asing di sekitar, lalu mengangkat tangan dan mengetuk pintu halaman.Tok, tok! Tok, tok, tok! Ketukan itu berirama, seperti sebuah sandi rahasia.Setelah ketukan pertama, tidak ada reaksi dari dalam. Dia kembali mengetuk.Setelah tiga kali ketukan, pintu halaman akhirnya terbuka sedikit. Dari dalam, hanya separuh wajah seseorang yang terlihat. Suaranya rendah dan waspada. "Matahari bersinar di langit.""Anggur dituangkan untuk langit." Pria berambut cepak segera menjawab.Itu adalah sandi pertemuan
Malam perlahan menyelimuti kota.Di dalam sebuah rumah sederhana, Loland duduk bersila di atas ranjang, memejamkan mata untuk memulihkan tenaga.Setelah beristirahat sehari, Racun Uzur di tubuhnya hampir sepenuhnya dikeluarkan. Namun, seluruh kota sedang dalam keadaan siaga penuh. Semua gerbang dan jalan utama ditutup, sementara surat perintah penangkapan ditempel di mana-mana.Sekalipun Loland telah memulihkan kekuatannya, keluar dari ibu kota tetap mustahil. Untuk sementara, dia hanya bisa bersembunyi di sini, menunggu badai berlalu. Adapun pemilik rumah ini, sudah menjadi mayat.Tok, tok, tok .... Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Loland langsung membuka matanya, tangannya refleks meraih pedang di sampingnya."Siapa?" Di ruang tamu, beberapa pengawal Pasukan Api Merah segera bersiaga. Dua orang diam-diam mencabut pedang dan berdiri di kedua sisi pintu."Ini aku." Terdengar suara yang familier.Para pengawal langsung bernapas lega. Mereka mengintip dari celah pintu untuk mema
"Tunggu sebentar!"Melihat dirinya akan ditangkap, Rigen benar-benar panik dan segera berteriak, "Nggak ada pemeriksaan menyeluruh dan keputusan dari hakim, apa hakmu menangkapku? Kamu ini jelas-jelas bertindak sewenang-wenang.""Heh .... Saat aku berbicara denganmu menggunakan logika, kamu bermain licik. Sekarang aku yang bermain licik, kamu malah ingin membahas hukum denganku. Kamu pikir ini masuk akal?" sindir Huston."Tuan Rigen, kita bicarakan soal logika ini di dalam penjara saja, kita bisa berbicara lama di sana," kata Wirya sambil tersenyum sinis dan melangkah maju, lalu langsung menekan bahu Rigen."Tunggu! Masih ada yang ingin kukatakan."Rigen menelan ludahnya. Menyadari situasinya tidak bisa diselamatkan lagi, dia akhirnya tidak bersikeras lagi dan mulai memohon, "Huston, kita ini keluarga, kenapa harus seperti ini? Anggap saja semua ini salah Paman Rigen. Dilihat dari hubungan ini, bisakah kamu memaafkanku sekali ini?"Sebelumnya, Rigen masih bisa membalikkan keadaan denga
"Buku catatan?"Melihat buku catatan berwarna merah di bawah kakinya, Rigen menyipitkan matanya dan ekspresinya mulai terlihat panik. Dia benar-benar tidak menyangka buku catatan yang sudah disembunyikannya malah bisa ditemukan oleh Tim Penegak Hukum. Buku catatan ini berisi detail tentang semua transaksi ilegal dan korupsi dengan berbagai pejabat yang dilakukannya selama bertahun-tahun ini.Awalnya, Rigen menyimpan buku catatan ini agar para pejabat yang bekerja sama dengannya tidak berkhianat, tetapi sekarang ini malah menjadi buku kematiannya. Harta bisa disita dan anak-anak bisa diabaikan, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya mengelak dari buku penuh dengan tulisan tangannya sendiri.Rigen mengernyitkan alisnya dan keringat dingin mengalir sampai punggungnya basah kuyup."Tuan Rigen, kenapa kamu berkeringat begitu banyak? Apa cuacanya terlalu panas? Apa perlu aku menyuruh orang untuk mengipasimu?" sindir Wirya sambil tersenyum. Bukti yang sudah terkumpul kali ini cukup untuk mem
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk