"Luther, kamu nggak seharusnya segegabah itu tadi. Kamu sudah menyinggung Keluarga Suratman dan Keluarga Ghanim. Takutnya, kamu akan dipersulit mereka di Kota Narata," ujar Ghufran sembari menghela napas. Jelas, dia sangat mencemaskan Luther."Dokter, tenang saja. Aku punya penyokong, mereka nggak mungkin bisa menyerangku semudah itu," timpal Luther yang tersenyum tipis."Penyokong? Siapa?" Ghufran seketika dipenuhi antusiasme. Ternyata, Luther berani menantang kedua keluarga kaya itu karena memiliki penyokong? Benar juga, kalau Luther tidak memiliki latar belakang apa-apa, mana mungkin dia berani selancang itu!"Ini rahasia, kamu akan tahu sendiri nanti," ujar Luther dengan misterius. Baik itu Keluarga Suratman ataupun Keluarga Ghanim, Luther sama sekali tidak takut pada mereka. Akan tetapi, dia tidak ingin memulai perselisihan besar dan mengungkapkan identitasnya. Hal ini bisa saja membuat kelompok lain mengambil tindakan. Itu sebabnya, Luther akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak
"Nona Berry, aku punya tawaran untukmu. Kujamin kamu bisa menghasilkan banyak uang," ujar Luther."Oh? Tawaran apa itu?" Minat Berry seketika terbangkitkan."Bicara di telepon akan kurang jelas. Kita bertemu di Restoran Sultan sejam lagi," ucap Luther."Oke, kutunggu kamu di sana," sahut Berry.Begitu mengakhiri panggilan, Luther langsung mengemudikan mobilnya ke Restoran Sultan. Ada Jordan yang berjaga di vila sehingga Luther tidak perlu khawatir pada tipu muslihat Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman.Jam 12 siang, di Restoran Sultan. Begitu Luther masuk, seorang staf langsung membawanya ke lantai 2 dan memasuki sebuah ruang privat.Di dalam sana, Berry yang mengenakan terusan merah sedang meminum teh dengan santai. Hari ini, Berry tidak memakai riasan yang terlalu tebal. Dia memegang kipas dan rambut hitamnya diikat. Tubuhnya yang seksi terlihat sangat memikat karena terusan yang pas badan itu. Belum lagi kakinya yang putih dan mulus, membuat orang tak kuasa berfantasi.Meskipun pe
Ketika melihat ekspresi tidak tega Berry, Luther sempat tertegun sesaat. Dia seolah-olah melihat Bianca dari sosok Berry.'Bagaimana kabar Bianca sekarang? Apa dia baik-baik saja? Aku sudah lama nggak menghubunginya, dia nggak akan marah, 'kan?' batin Luther.Begitu tersadar dari lamunannya, Luther segera menarik tangannya dan menolak bantuan Berry. Dia menjelaskan, "Nggak apa-apa, ini hanya luka kecil. Asalkan mengoleskan Salep Halimun, lukaku akan pulih dalam waktu singkat."Selesai mengatakan itu, Luther mengeluarkan Salep Halimun yang telah disiapkannya. Kemudian, dia langsung mengoleskannya.Berbeda dengan Salep Halimun yang berwarna hitam, yang Luther keluarkan kali ini berwarna hijau seperti warna giok. Salep ini telah dikembangkan oleh Luther. Bukan hanya tidak punya efek samping, tetapi khasiatnya juga jauh lebih hebat."Tampan, kalaupun mau menguji obat, kamu nggak seharusnya sekejam ini pada diri sendiri. Rasanya pasti sakit sekali," keluh Berry."Dengan cara ini, aku baru b
"Nona Berry, karena ini kerja sama, aku nggak mungkin membiarkanmu berjuang sendirian. Aku akan menanggung sebagian besar tekanannya, kamu hanya perlu memproduksi salep dan melakukan promosi. Gunakan seluruh koneksi Keluarga Chuwardi untuk membuat salep itu terkenal," ujar Luther dengan serius.Mendengar ini, Berry terdiam sesaat. Meskipun Salep Halimun sangat ajaib, apakah pantas bersaing dan menyinggung Keluarga Suratman serta Keluarga Ghanim?"Tentunya, kalau kamu masih punya keraguan, aku nggak bakal memaksa. Selain itu, anggap salep ini sebagai hadiah dariku," lanjut Luther sambil tersenyum. Dia meletakkan botol salep di tangannya dan mendorongnya ke depan.Kekuasaan Keluarga Chuwardi tidaklah kecil. Di Kota Narata ini, mereka menduduki peringkat ketiga. Yang pertama dan kedua sudah pasti adalah Keluarga Ghanim dan Keluarga Suratman. Jika bersaing dengan kedua keluarga ini sekaligus, Keluarga Chuwardi harus menanggung tekanan besar. Sekarang semua tergantung kepada Berry, apakah d
Setelah kembali ke vila, Luther mengambil ponselnya dan ekspresinya terlihat agak ragu-ragu. Saat membahas kerja sama dengan Berry sebelumnya, dia tiba-tiba teringat pada Bianca dan rasa rindu langsung memenuhi pikirannya hingga tak terkendali. Dia tidak bisa menepis gambaran Bianca dari pikirannya.Luther mendengar kabar dari Jordan bahwa Bianca sudah mengikuti kakeknya dan pindah ke Midyar untuk mengembangkan bisnis. Dia hanya perlu menelepon saja, keduanya sudah bisa segera bertemu. Namun, dia merasa agak khawatir. Midyar berbeda dengan Provinsi Narata, di sini penuh dengan ancaman dan sangat berbahaya. Dia tidak ingin melibatkan Bianca karena apa yang harus dia lakukan sekarang sangat berbahaya."Bagaimana kalau hanya bertemu sebentar untuk mengucapkan salam?" gumam Luther pada dirinya sendiri.Setelah mondar-mandir sejenak di balkon, Luther menarik napas dalam-dalam dan akhirnya menelepon sebuah nomor. Setelah berdering sekitar lima detik, telepon itu akhirnya diangkat dan segera
Di Kota Dalam, masih ada Kota Terlarang yang mewakili kekuasaan tertinggi. Itu adalah tempat suci yang diidamkan semua orang yang ambisius dan juga tempat di mana Luther mencari kebenaran dan keadilan. Namun, tentu saja bukan sekarang.Kota Dalam sangat ramai dan kebetulan saat ini adalah jam pulang kerja. Meskipun Luther berangkat satu jam lebih awal, langit sudah gelap saat dia tiba di tujuan. Tempat di mana Bianca mengadakan pesta perayaan ini disebut Hotel Angkasa. Ini adalah sebuah hotel bintang lima. Tempatnya sangat eksklusif dan dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas hiburan. Pelayanan di hotel itu sangat baik dan memiliki reputasi yang cocok untuk menerima tamu-tamu penting.Saat ini, di dalam aula utama di lantai teratas Hotel Angkasa. Sekelompok pemuda dan pemudi yang berpakaian menarik sedang berkumpul untuk minum bersama dan mengobrol. Pertunjukan nyanyian dan tarian yang spektakuler terus berlanjut di atas panggung dan menghibur para tamu di bawah panggung. Bisa dibil
Alarik berkata dengan ekspresi bangga, "Sarisha, sekarang kamu tahu kehebatannya, 'kan? Asalkan Nona Bianca bersedia turun tangan, apa yang bisa dilakukan Keluarga Suratman?""Benar juga ...." Sarisha terus menganggukkan kepala dan ekspresinya terlihat gembira. Dia sudah memutuskan untuk melakukan apa pun demi menyenangkan Bianca. Dengan begitu, dia bukan hanya bisa melindungi diri, tapi juga bisa berkuasa dan masuk ke kalangan elite Midyar."Oh ya. Kak Alarik, kenapa kamu bisa tahu semua ini?" Sarisha tiba-tiba merasa penasaran."Sejujurnya, pamanku bekerja di pemerintahan sebagai salah satu staf militer di bawah pimpinan Adipati Ezra. Koneksinya luas, jadi aku bisa mendapatkan informasi rahasia ini dengan mudah," kata Alarik sambil mengangkat dagunya dengan ekspresi bangga. Sebenarnya, identitas Bianca sudah tersebar di kalangan elite. Hanya saja, orang biasa tidak mengetahui hal ini."Kak Alarik memang hebat!" kata Sarisha sambil mengacungkan ibu jarinya dan matanya berbinar.Ekspre
"Jangan bercanda. Nona Bianca dikelilingi banyak pengagum dan semuanya adalah tokoh terkenal di industri. Apa yang bisa kulakukan?" kata Alarik sambil menggelengkan kepala. Alarik memang tertarik pada Bianca, tetapi dia juga tahu diri. Statusnya dan Bianca terlalu berbeda jauh."Kak Alarik, nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini bagi orang yang berusaha. Bagaimanapun juga, kamu harus mencobanya, siapa tahu Nona Bianca suka tipe sepertimu," kata Sarisha mulai menyemangati Alarik."Benarkah?" Alarik agak ragu.Sarisha terus mendukung Alarik. "Untuk apa aku membohongimu? Lihatlah dirimu. Tampan, postur tubuhmu tinggi, berwibawa, dan menarik. Selain itu, kamu ahli dalam bidang kedokteran, perhatian, dan punya karakter yang baik. Pria sepertimu sangat langka!""Benarkah?" Alarik mengatur rambutnya, merapikan dasinya, dan langsung menjadi sangat percaya diri. Dia memang merasa dirinya sangat unggul, sempurna, dan berpotensi besar, seharusnya tidak berlebihan jika menikahi cucu Adipati Ezr
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru