Setelah tersadar kembali, Alarik menyesali keputusannya dan hampir saja menampar dirinya sendiri. Sialan, seandainya saja tadi dia mendengar saran dari Luther. Sekarang dia bukan hanya gagal menonjolkan kemampuannya, tapi malah mempermalukan dirinya sendiri."Kenapa jawabannya bisa gelap bukan pucat?" gumam Sarisha yang sulit untuk menerima kenyataan."Sarisha si wanita berbakat, gimana? Apa lagi yang mau kamu katakan sekarang?" tanya Berry menantang Sarisha sambil tersenyum.Sarisha kehabisan kata-kata. Dia merasa sangat tidak puas, tetapi kenyataan sudah di depan mata dan dia tidak bisa membantahnya. Setelah mendengar penjelasan tadi, hatinya juga menyadari gelap memang lebih cocok untuk menjadi jawabannya dibandingkan dengan pucat."Selamat kepada Nona Berry yang berhasil menjawab satu pertanyaan."Chandra memberi hormat, lalu berkata sambil tersenyum, "Para tamu sekalian tentu saja jangan berkecil hati, masih ada beberapa pertanyaan selanjutnya. Kalau kalian bisa menjawab semuanya
Sarisha berkata dengan ekspresi dingin, "Huh! Kamu tahu apa? Mana mungkin teka-teki dari Restoran Sultan ini bisa dijelaskan dengan pemahaman biasa? Jangan pikir hanya karena kamu bisa menebak satu pertanyaan tadi, kamu sudah bisa mengajariku. Dilihat dari kemampuan, kamu masih nggak berhak!"Menurut Sarisha, Luther hanya beruntung karena berhasil menebak satu pertanyaan dengan benar. Namun, keberuntungan tidak mungkin selalu berpihak padanya."Benarkah? Sepertinya Nona Sarisha sangat yakin dengan jawabannya sendiri," kata Luther sambil tersenyum.Sarisha berkata sambil mengangkat kepalanya, "Tentu saja! Aku ini berpendidikan dan berbakat. Kalau hanya teka-teki mudah ini saja nggak bisa, mau gimana aku menemui orang nanti?"Mendengar perkataan itu, Luther tertawa. Dia berpikir kepercayaan diri wanita ini memang luar biasa."Luther, bagaimana kalau kamu berbagi pemikiranmu? Kita bisa berdiskusi sama-sama," kata Alarik."Kalau Tuan Alarik bersedia mendengarnya, aku akan menyampaikan sedi
Mendengar perkataan itu, semua orang mulai berbisik-bisik. Beberapa bangsawan yang pura-pura mengerti pun merasa menyesal dan menepuk paha mereka."Hei! Tadi aku mau bilang duka saat berpisah dan suka saat bertemu kembali, nggak disangka sudah direbut orang ini dulu. Benar-benar salah strategi!""Aku juga. Kalau saja aku nggak ragu, mana mungkin anak ini bisa mendapat sorotan seperti ini?""Duka saat berpisah dan suka saat bertemu kembali ini memang sungguh kalimat yang bagus!"Melihat Alarik yang penuh percaya diri dan berbicara dengan lancar, banyak orang yang percaya jawaban itu memang benar."Pak Chandra, bagaimana? Apa tebakanku benar?" kata Alarik sambil tersenyum dan penuh percaya diri."Ini .... Maaf, tebakan Anda salah lagi," kata Chandra dengan sopan.Mendengar perkataan itu, senyuman di wajah Alarik langsung menjadi kaku. "Apa? Salah lagi? Pak Chandra, kamu nggak bercanda, 'kan?""Bagaimana mungkin saya bercanda dengan hal seperti ini? Jawaban Anda memang salah," kata Chandr
"Nona Berry sudah menang dua pertanyaan berturut-turut. Kalau terus begiini, Klinik Svarga bisa dalam bahaya!"Ghufran mengernyitkan alisnya dengan erat dan ekspresinya menjadi serius. Jika tahu hasilnya akan seperti ini, dia tidak akan menyetujui taruhan ini. Jika kalah, hasil kerja kerasnya seumur hidupnya akan menjadi sia-sia."Nona Berry ini jelas sudah melakukan persiapan, kita pasti sudah dijebak.""Wanita ini benar-benar licik!"Beberapa murid dari Klinik Svarga mengomel dengan sangat kesal, tetapi mereka tidak berdaya. Sekarang semua sudah dimulai, mereka tetap harus mengikutinya. Taruhan yang sudah ditetapkan di depan umum tidak bisa diubah, mereka hanya bisa mencari kesempatan untuk menang kembali.Terdengar suara Berry yang menyindir, "Sarisha, kalian kalah lagi. Kalau kalah beberapa pertanyaan lagi, berarti Klinik Svarga kalian akan menjadi milikku.""Huh! Jangan terlalu cepat senang, semuanya baru dimulai!" teriak Sarisha dengan nada muram. Dia sudah mencari tahu bahwa per
Mendengar perkataan itu, Sarisha langsung merasa kesal. "Kak Alarik, apa maksud perkataanmu? Siapa dia sampai dibandingkan denganku? Kamu rela memercayai orang luar daripada aku?"Alarik langsung menoleh dan berteriak, "Tutup mulutmu! Sebelumnya aku sudah percaya padamu dua kali, tapi dua-duanya salah. Bagaimana aku bisa percaya lagi?""Aku ...." Sarisha langsung terdiam dan wajahnya memerah. Di pikirannya, Alarik adalah seorang kakak yang selalu memperlakukannya dengan baik dan tidak pernah kasar seperti ini terhadapnya. Kenapa hari ini Alarik malah bersikap seperti ini?"Sarisha, ini bukan main-main, kamu sudah taruhan dengan Berry. Kalau kalah, taruhannya adalah seluruh Klinik Svarga!"Alarik menurunkan nadanya dan menasihati dengan sungguh-sungguh, "Lagi pula, kamu hanya mahir dalam musik, catur, melukis, dan puisi, nggak pernah mencoba menebak teka-teki. Lebih baik kamu biarkan Luther untuk mencobanya."Baik Klinik Svarga ataupun Lukisan Bahari, Alarik bertekad untuk memenangkan k
"Brak!" Melihat Alarik membanting kertas di mejanya, Chandra pun tercengang. Tebersit kekagetan di matanya. Dia tidak menyangka bahwa Alarik bisa menjawab.Soal ketiga jauh lebih sulit dari dua soal sebelumnya. Kata "kulacino" sangat jarang diketahui orang, apalagi menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan kata ini sebagai teka-teki tentunya adalah tingkat kesulitan yang cukup tinggi.Saat mendapat soal ini tadi, dia mengira tidak akan ada yang bisa menjawabnya dan berencana untuk mengumumkan jawabannya. Tak disangka Alarik yang tidak terlalu terpelajar malah bisa menebak jawabannya. Hal ini memang cukup mengejutkan orang. Tampaknya, Alarik punya seseorang di belakangnya yang mengajarinya."Kenapa masih bengong saja? Cepat beri aku kepastian, apakah jawabanku itu benar?" desak Alarik. Tadinya dia cukup percaya diri, tapi malah jadi gugup setelah melihat ekspresi Chandra yang tampak aneh."Tuan Alarik, kusarankan sebaiknya kamu jangan melawan lagi. Dilihat dari wajah Pak Ch
Bagi Sarisha, Luther hanya kebetulan bisa menebak jawabannya dengan benar. Mungkin juga dia sudah melihat soalnya sebelumnya sehingga bisa menjawab dengan cepat."Luther, teka-teki selanjutnya harus bergantung padamu. Setelah semuanya selesai, aku akan memberimu imbalan besar!" ujar Alarik sambil memberi hormat pada Luther."Demi Dokter Ghufran, aku akan berusaha sebaik mungkin," jawab Luther sambil menguap. Jika bukan karena ingin mempertahankan Klinik Svarga, dia bahkan enggan mencampuri urusan seperti ini."Sarisha, nggak kusangka masih ada orang pintar di antara kalian." Suara Berry kembali terdengar, "Tapi kamu nggak usah senang dulu. Sekarang ini kami masih memimpin. Tujuh soal selanjutnya inilah yang menentukan pemenangnya.""Huh! Siapa takut!" balas Sarisha sambil mendongakkan kepalanya tanpa merasa takut."Pak Chandra, silakan beri pertanyaan lagi!" desak Berry.Chandra mengangguk, lalu mengambil kartu keempat dari kotak. "Dengarkan soal keempat. Terbang di langit, tetapi tida
Pada saat ini, semua orang dikagetkan oleh kecepatan Luther menjawab pertanyaan. Saking cepatnya, semua orang bahkan tidak sempat bereaksi. Semua orang jadi kehilangan semangat untuk bersaing. Situasi yang seharusnya menjadi kompetisi orang banyak, sekarang malah jadi seperti pertunjukan Luther seorang diri. Bahkan Chandra yang memberi pertanyaan pun sampai bermandikan keringat.Soal pertanyaan ini diundi secara acak dan temanya berbeda-beda. Bahkan dengan meneliti secara cermat pun belum tentu bisa menjawab secepat dan akurat itu. Jika bukan karena keamanan di Restoran Sultan dijaga ketat, mereka bahkan curiga apakah Luther sudah melihat pertanyaannya dan menghafalnya sebelumnya."Pertanyaan ... terakhir."Chandra menelan ludah, lalu membacakan pertanyaan sesuai dengan yang tertulis di atas kartu. "Terkadang berwarna kekuningan ataupun hitam, tapi lebih sering berwarna putih, bisa berubah bentuk. Bergerak ribuan mil tidak pernah berhenti, tapi langsung hilang kalau tertiup angin ...."