"Baiklah! Kita sepakat!" ucap Alarik dengan penuh semangat. Keluarga Siregar adalah keluarga medis dan termasuk keluarga terkemuka di sini. Asalkan berusaha, seharusnya mudah bagi mereka untuk menemukan 3 bahan obat langka itu."Sudah waktunya makan, bagaimana kalau kita makan bersama sekaligus menyambut kedatangan Luther?" usul Ghufran tiba-tiba."Tentu saja! Hari ini aku akan mentraktir kalian di Restoran Sultan!" seru Alarik yang penuh dengan semangat."Restoran Sultan?" Begitu perkataan ini dilontarkan, semua orang di Klinik Svarga sontak dipenuhi antusiasme.Restoran Sultan adalah restoran paling terkenal di sini. Mereka hanya menjamu para bangsawan, sehingga orang biasa tidak memenuhi syarat untuk masuk. Yang bisa makan di restoran itu bukan hanya kaya raya, tetapi berstatus tinggi.Yang paling penting adalah cerita tentang Restoran Sultan ini. Cerita inilah yang menyebabkan para bangsawan berbondong-bondong datang.Rumor mengatakan bahwa Kaisar pernah makan di Restoran Sultan. S
"Apa? Makan bersama Kaisar?" Sarisha awalnya termangu, tetapi kemudian mengejek, "Orang kampungan, otakmu bermasalah, ya? Kamu makan bersama Kaisar? Apa pantas? Seniorku saja nggak punya hak seperti itu, mana mungkin kamu punya?"Luther hanya seorang pria dengan pakaian jelek, mana mungkin mengenal Kaisar? Benar-benar tidak tahu malu!"Terserah mau percaya atau nggak," sahut Luther sambil mengedikkan kepalanya dan tidak berbasa-basi lagi. Tidak ada gunanya berbicara dengan wanita yang kerjaannya hanya meremehkan orang."Huh! Sebelumnya aku hanya merasa kamu ini nggak gentle dan nggak tahu diri. Ternyata, kamu juga pintar membual. Entah kenapa kakekku begitu menyukaimu," sindir Sarisha sambil melipat lengan di depan dada.Sebagai orang Midyar, Sarisha merasa dirinya lebih superior daripada Luther yang dianggapnya kampungan."Oke, di sini." Alarik tiba-tiba berhenti dan menunjuk kertas yang tergantung di atas. Kertas ini sangat besar, bahkan dibingkai dengan bingkai emas. Posisi tempatny
"Aku nggak nyangka Gerald yang menulis ini, pantas saja dia bisa menuliskannya untuk Kaisar.""Puisi dari Kaisar, tulisan dari Putra Kirin. Nggak heran kalau Restoran Sultan begitu ramai!""Putra Kirin memang luar biasa. Dia masih remaja saat menulisnya, tapi kemampuannya sudah bisa disetarakan dengan para ahli. Bagus sekali."Semua orang berseru takjub saat melihat puisi tersebut. Kini, mereka juga mengerti alasan Restoran Sultan bisa seramai ini."Dengar-dengar, Putra Kirin berbakat dan tampan. Andai saja aku bisa bertemu sesaat dengannya!" gumam Sarisha sambil menopang dagu dengan tangannya. Tatapannya dipenuhi kekaguman.Meskipun Alarik memang hebat, dia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Gerald, karena dia memang sulit untuk dijangkau. Baik itu latar belakang, kemampuan, ataupun paras, Gerlad tentu saja telah mencapai puncaknya.Pria yang telah mendekati kata sempurna itu adalah kekasih impian para wanita. Dulu, Sarisha sering kali membayangkan dirinya berpacaran dengan Ger
"Aku sudah lama nggak menulis, pasti agak kaku. Lupakan saja hal ini," tolak Luther sembari menggeleng. Tulisannya sangat mudah dikenali oleh para ahli profesional. Meskipun tidak takut identitasnya terbongkar, akan repot kalau orang-orang ini mengenalinya."Kaku? Huh! Aku rasa tulisanmu memang jelek! Kalau nggak punya kemampuan, jangan sok hebat. Menjijikkan sekali!" hina Sarisha."Sudahlah, jangan bertengkar terus. Ada banyak orang yang melihat, masa nggak malu?" Ghufran mencairkan suasana. Menurutnya, Luther memang hebat, tetapi tidak seharusnya mengkritik tulisan Putra Kirin."Huh! Dia sendiri yang ingin malu. Beraninya dia menjelek-jelekkan Putra Kirin, dia kira kami ini takut padanya?" hardik Sarisha sambil memelotot."Sudahlah, hanya tulisan biasa, jangan dilanjutkan lagi. Aku sudah memesan tempat di restoran ini, di sana ada banyak harta karun langka. Aku jamin, kalian akan takjub nanti. Selain itu, Restoran Sultan mengadakan acara khusus malam ini. Kalau beruntung, kita mungki
Meskipun cucunya ini menguasai banyak keterampilan, bukan berarti dia jauh lebih hebat dari orang-orang. Bagaimanapun, ada banyak genius di Midyar."Kakek, aku sangat terkenal akan kecerdasanku di kuliah. Kalau kalah dalam pesta budaya ini, lebih baik aku mati saja," ucap Sarisha dengan penuh percaya diri."Dasar, omong kosong apa yang kamu katakan," balas Ghufran sambil mengernyit."Guru, Sarisha memang berbakat dalam hal ini. Aku yakin dia pasti bisa menang," kata Alarik sambil tersenyum."Dengar itu? Kak Alarik saja merasa aku yang akan menang hari ini," ujar Sarisha yang menjadi makin angkuh.Ghufran pun hanya menggeleng dan merasa tidak berdaya. Cepat atau lambat, orang-orang sombong seperti ini hanya akan menderita kerugian."Sudahlah, ayo kita naik ke lantai atas," instruksi Alarik. Kemudian, dia membawa sekelompok orang itu naik dengan angkuh.Apabila dibandingkan dengan lantai bawah yang tampak megah, desain lantai atas jauh lebih elegan. Setiap sudut dihias dengan teliti, mem
"Nona Berry, sikapmu agak keterlaluan." Alarik akhirnya bersuara, "Sarisha adalah juniorku. Kamu nggak menghargaiku kalau bicara seperti itu.""Oh, ternyata Tuan Alarik di sini. Maaf, maaf," sahut Berry yang pura-pura terkejut. Kemudian, dia berucap sambil tersenyum tipis, "Pantas saja Sarisha bisa masuk ke Restoran Sultan, ternyata karena Tuan Alarik. Hanya saja, Tuan Alarik berasal dari keluarga terkemuka, kenapa seleramu malah begitu buruk? Kamu menyukai wanita biasa begini?""Hei! Siapa yang kamu sebut biasa!" Sarisha sungguh murka mendengarnya. Dia hendak menghajar Berry, tetapi orang-orang segera menahannya.Keluarga Chuwardi tidak kalah dari Keluarga Siregar, bahkan bisa dibilang lebih hebat sedikit. Apabila Sarisha benar-benar memukul Berry, Alarik sekalipun mungkin tidak akan bisa melindunginya."Tentu saja orang yang menyela. Kenapa? Kamu keberatan, ya?" timpal Berry sambil tersenyum sinis. Tatapannya jelas menunjukkan provokasi. Dia paling senang melihat Sarisha marah sepert
Pendapatan Klinik Svarga sebenarnya sangat rendah. Mereka tidak menerima biaya pengobatan dari orang miskin atau hanya menerima sedikit. Reputasi klinik memang bagus, tetapi bisa dibilang mereka cukup susah.Uang 200 miliar tidak mungkin bisa diperoleh Klinik Svarga untuk selamanya. Itu sebabnya, Sarisha memutuskan untuk mempertaruhkannya. Dia juga tidak akan rugi."Nggak ada yang mutlak di dunia ini. Aku nggak akan membiarkanmu mempertaruhkan Klinik Svarga seperti ini!" seru Ghufran yang masih bersikeras."Kakek, kenapa kamu nggak percaya padaku? Ketika preman-preman itu membuat onar, kamu juga melakukan hal yang sama. Kenapa kamu memercayai Luther yang hanya orang luar? Kenapa begini?" pekik Sarisha."Sarisha, aku juga terpaksa sebelumnya. Tapi sekarang berbeda, kamu mempertaruhkan Klinik Svarga karena sifatmu yang kekanak-kanakan. Kamu harus bisa membedakan kedua situasi," jelas Ghufran sambil mengernyit."Aku nggak peduli! Atas dasar apa kamu lebih percaya pada Luther daripada aku?
"Para tamu sekalian, selamat sore." Setelah pesta budaya dimulai, seorang pria paruh baya yang gemuk dan putih naik ke atas panggung sambil tersenyum. Kemudian, dia memberi hormat kepada para tamu di bawah panggung. Pria itu sangat sopan dan tidak ada kelalaian sedikit pun.Pria gemuk itu berkata sambil tersenyum, "Namaku Chandra, penjaga restoran ini. Terima kasih kepada semuanya yang telah mengunjungi Restoran Sultan. Malam ini, kita kembali mengadakan pesta budaya yang diadakan selama tiga bulan sekali. Bos kami sengaja memilih sebuah barang berharga dari gudang harta karun sebagai hadiah malam ini supaya semua orang bersemangat. Tentu saja, tujuan kami adalah membangun persahabatan melalui budaya, bukan bersaing menang dan kalah. Hanya berbagi keindahan budaya.""Pak Chandra, harta karun apa yang disiapkan bos kalian? Tunjukkan pada kami!" sahut seorang pria tiba-tiba."Benar! Kami sengaja datang ke sini untuk acara ini. Jangan buat kami kecewa," seru beberapa orang secara bersamaa