"Pasti ada seseorang yang sudah membuat Ratu Wedani marah. Saat ini, kita cuma bisa berdoa agar dia nggak meluapkan kemarahannya pada Keluarga Sunaryo," ujar Bintara sambil menelan ludah. Keangkuhan yang ditunjukkannya tadi sudah hilang tak berbekas. Kini, hanya ada ketakutan dan kegelisahan di hatinya. Kedatangan Ratu Wedani membuat situasi berubah drastis."Huh! Kalian benar-benar lancang. Kalau Raja ada di sini, kalian sudah pasti akan dipenggal!" ujar Ratu Wedani dengan dingin.Di bawah tatapan semua orang, Ratu Wedani melangkah ke hadapan Luther. Sikap angkuhnya lenyap, lalu dengan senyuman manis di wajahnya, dia bertanya, "Gerald, sudah lama tidak bertemu. Kamu baik-baik saja selama ini?""Terima kasih atas perhatian Yang Mulia Ratu. Kabarku baik," sahut Luther sambil mengangguk pelan. Dia tidak membenci wanita di depannya ini, tetapi dia juga tidak memiliki kesan yang terlalu baik terhadapnya."Sepuluh tahun lewat dengan cepat. Kamu sudah dewasa sekarang, aku hampir saja nggak m
Huston berkacak pinggang. Sambil menginjak-injak dada Mahesa dengan satu kaki, dia menghujani pria itu dengan makian. Setiap kata yang terlontar dari bibirnya laksana petir yang menghantam hati orang-orang di sana.Dalam seketika, suasana berubah menjadi sunyi senyap. Semua orang tampak ternganga tidak percaya. Siapa yang akan mengira bahwa Luther ternyata memiliki status semulia itu? Dia adalah kakak Huston, Putra Kirin yang terkenal di seluruh penjuru dunia, dan Raja masa depan Atlandia. Ketiga kalimat sederhana ini bak gunung raksasa yang seketika membebani semua orang di sana."Aku ... aku tahu siapa dirinya. Dia itu Gerald, monster yang membuat huru-hara di Midyar 10 tahun lalu!""Apa? Gerald? Bukannya dia sudah mati? Ternyata dia masih hidup?""Gerald ... rupanya dia Gerald! Astaga! Bagaimana kita boleh mengganggu monster gila itu?"Bak dijatuhi bom, keheningan tadi dalam sekejap digantikan kegemparan. Pandangan semua orang tertuju pada sosok Luther. Ekspresi di wajah mereka menu
Sekujur tubuh Bintara berkeringat dingin. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Luther ternyata adalah Putra Kirin dari Keluarga Bennett, Raja masa depan Atlandia. Kali ini, Keluarga Sunaryo sudah pasti akan berakhir!"Mampus, mampus ... tamatlah kita semua!" gumam Juno dengan wajah pucat. Dia terduduk lemas tidak berdaya di tempatnya.Para tetua Keluarga Caonata di belakangnya juga terlihat sangat putus asa dan menyesal. Terbongkarnya identitas asli Luther membuat semua orang terguncang ketakutan.Pengaruh dan koneksi Keluarga Sunaryo memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Buktinya, mereka bahkan bisa mengundang Mahesa dan para pejabat lainnya dari Midyar. Di seantero Jiman, Keluarga Sunaryo memang tanpa tandingan.Hanya saja, sekuat dan sekaya apa pun Keluarga Sunaryo, itu tidak berarti di hadapan Keluarga Kerajaan Atlandia. Mereka sama sekali tidak berdaya melawan. Sebab, jurang perbedaan di antara kedua belah pihak terlalu jauh. Sebagai Pangeran Atlandia, Luther
Bintara yang ditampar terhuyung. Dia hampir terjatuh dan bekas tamparan di wajahnya terlihat jelas. Namun, Bintara tidak berani melawan. Dia segera berbalik, lalu berteriak kepada Juno dan lainnya, "Ini semua gara-gara kalian! Kenapa kalian diam saja? Cepat lepaskan mereka!"Sudah jelas Bintara bermaksud melemparkan tanggung jawab kepada Keluarga Caonata. Juno dan lainnya saling berpandangan, mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka memang tahu bahwa Bianca diculik, tetapi mereka tidak tahu Bianca dikurung di mana. Jadi, mereka hanya bisa memohon kepada Zeona."Di ... di ... ruang rahasia," ujar Zeona dengan gugup sambil menunduk."Cepat pergi ke ruang rahasia untuk selamatkan mereka!" seru Mahesa. Dia segera membawa sekelompok pejabat ke ruang rahasia Keluarga Sunaryo. Sekarang adalah kesempatan bagus untuk menebus kesalahan mereka, jadi mereka harus menunjukkan performa yang bagus."Aku harap Bianca baik-baik saja. Kalau nggak, kalian harus menanggung akibatnya," ancam Luther semb
Namun, yang merencanakan semua ini adalah Keluarga Caonata. Mereka menculik Bianca dan membunuh Kevin. Luther tidak bisa menerima perbuatan mereka yang kejam ini!Zeona segera memohon, "Luther, kami memang salah. Kami pasti nggak akan mengulanginya lagi. Tolong ampuni kami. Luther, kami jamin kelak kami nggak akan melawan Bianca lagi."Luther menimpali dengan dingin, "Apa gunanya kamu bicara seperti ini sekarang? Kalian melancarkan trik jahat berulang kali untuk merebut kekuasaan. Dulu kalian memang keterlaluan, tapi setidaknya kalian masih tahu batasan. Sekarang, perbuatan kalian sudah di luar batas kemanusiaan. Atas dasar apa kalian memintaku untuk mengampuni kalian?""Bagaimanapun, kami ini keluarga Bianca. Kalau terjadi sesuatu kepada kami, Bianca pasti akan merasa sedih. Luther, kamu sangat menyukai Bianca. Kamu pasti nggak tega melihat Bianca sedih, 'kan?" ucap Zeona.Luther mendengus, lalu membalas sembari menunjuk jasad Kevin, "Keluarga? Kalian memang nggak tahu diri! Kalian li
Zeona yang disalahkan oleh semua anggota Keluarga Caonata pun berang. Dia membentak, "Hei, kalian jangan bicara sembarangan! Aku nggak melakukan apa pun, ini nggak ada hubungannya denganku! Aku peringatkan kalian, kalau kalian berani memfitnahku, aku akan menghabisi kalian!"Dalam situasi genting seperti ini, Zeona tentu tidak akan mengakui perbuatannya. Jika tidak, dia pasti akan mati. Sementara itu, anggota Keluarga Caonata makin kesal sehingga mereka terus menyudutkan Zeona."Zeona, kamu nggak usah menyangkal lagi! Kalau kamu nggak mengaku, kami semua akan mati!""Benar! Jelas-jelas ini memang perbuatanmu! Kenapa kamu mau mencelakai kami?"Mereka tidak menyangka ternyata Zeona sangat tidak tahu malu, bisa-bisanya Zeona berbohong! Semua orang tahu bahwa sekarang keputusan sudah ditetapkan. Pelaku utamanya tidak mungkin bisa kabur lagi.Jika Zeona mengaku, seluruh anggota Keluarga Caonata bisa diselamatkan. Namun, Zeona tidak mengakui kesalahannya. Dia malah berniat mencelakai seluruh
Tindakan Zeona ini memang sangat keterlaluan dan memalukan. Namun, Zeona tidak memedulikan apa pun lagi. Dia hanya ingin hidup. Sekarang, Zeona sedang bertaruh apakah Juno rela mati demi menyelamatkannya atau tidak. Kemudian, semua anggota Keluarga Caonata mulai mengkritik Zeona."Zeona, kamu ini memang orang yang berperasaan! Bisa-bisanya kamu memfitnah ayahmu demi melepaskan diri dari tanggung jawab! Benar-benar kejam!""Iya! Ayahmu sudah membesarkanmu dengan susah payah. Kamu bukannya berterima kasih kepadanya, tapi malah mencelakainya! Kamu ini memang anak yang nggak tahu diuntung!""Dasar anak durhaka!"Mereka semua sangat geram melihat Zeona yang tidak berbakti kepada Juno. Jelas-jelas, Zeona yang membuat masalah, tetapi dia malah menyuruh Juno yang bertanggung jawab. Zeona memang tidak punya hati nurani."Diam kalian!" bentak Zeona. Kemudian, dia menatap Juno seraya memohon, "Ayah, selama ini kamu sangat menyayangiku. Kamu pasti nggak tega melihatku mati, 'kan? Ayah, kamu sudah
Saat pisau menggores leher Juno, darahnya pun menyembur. Jasad Juno tergeletak di lantai, dia bahkan tampak tersenyum."Ayah?" panggil Zeona yang terdiam di tempat. Darah Juno juga menyembur di wajahnya. Ekspresi Zeona terlihat sangat mengerikan.Sementara itu, para anggota Keluarga Caonata yang merasa sedih dan juga marah memanggil Juno."Pak Juno!""Kak Juno!"Mereka adalah orang kepercayaan Juno yang telah mendampinginya sejak lama. Sekarang, Juno mati karena bunuh diri. Ke depannya, Keluarga Caonata pasti terpuruk.Zeona yang tadinya masih terdiam akhirnya merasa lega. Dia berteriak, "Pelakunya sudah mati! Luther, kamu sudah lihat, 'kan? Ayahku sudah mati! Pelaku utamanya sudah menebus kesalahannya! Ini berarti masalahnya sudah selesai, 'kan?"Zeona memang merasa sedih atas kematian ayahnya, tetapi dia merasa senang karena bisa selamat. Menurut Zeona, asalkan Juno yang menggantikannya untuk menanggung kesalahan, dia pasti aman."Masalahnya selesai? Mana mungkin semudah itu?" sahut
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru