Semua orang sontak tertegun dengan perkembangan situasi ini. Mereka semua menganga dengan ekspresi terkejut. Bagaimana mereka tidak kaget? Begitu datang, Ratu Wedani langsung menampar Mahesa. Tanpa basa-basi, tanpa peringatan, dia langsung main kasar.Yang jadi masalah, Mahesa adalah menteri perang, pejabat tingkat pertama di istana. Ditampar di depan umum begini sungguh-sungguh membuatnya malu.Setelah tertegun sejenak, Mahesa memegangi wajahnya yang berdenyut sakit dan bertanya dengan linglung, "Ra ... Ratu Wedani, kenapa kamu menamparku?" Jika yang memukulnya hanyalah bangsawan biasa, dia sudah pasti akan meledak. Namun, yang melakukan itu adalah Ratu Wedani, Putri Sulung Negara Drago. Meskipun tidak terima, Mahesa hanya bisa menahan amarahnya."Aku menamparmu karena kebodohanmu. Sekarang, berlutut!" ujar Ratu Wedani dengan dingin.Mahesa memberanikan diri untuk bertanya, "Ratu Wedani, aku tidak mengerti, kapan aku pernah menyinggungmu?"Plak! Tanpa basa-basi, Ratu Wedani kembali me
"Pasti ada seseorang yang sudah membuat Ratu Wedani marah. Saat ini, kita cuma bisa berdoa agar dia nggak meluapkan kemarahannya pada Keluarga Sunaryo," ujar Bintara sambil menelan ludah. Keangkuhan yang ditunjukkannya tadi sudah hilang tak berbekas. Kini, hanya ada ketakutan dan kegelisahan di hatinya. Kedatangan Ratu Wedani membuat situasi berubah drastis."Huh! Kalian benar-benar lancang. Kalau Raja ada di sini, kalian sudah pasti akan dipenggal!" ujar Ratu Wedani dengan dingin.Di bawah tatapan semua orang, Ratu Wedani melangkah ke hadapan Luther. Sikap angkuhnya lenyap, lalu dengan senyuman manis di wajahnya, dia bertanya, "Gerald, sudah lama tidak bertemu. Kamu baik-baik saja selama ini?""Terima kasih atas perhatian Yang Mulia Ratu. Kabarku baik," sahut Luther sambil mengangguk pelan. Dia tidak membenci wanita di depannya ini, tetapi dia juga tidak memiliki kesan yang terlalu baik terhadapnya."Sepuluh tahun lewat dengan cepat. Kamu sudah dewasa sekarang, aku hampir saja nggak m
Huston berkacak pinggang. Sambil menginjak-injak dada Mahesa dengan satu kaki, dia menghujani pria itu dengan makian. Setiap kata yang terlontar dari bibirnya laksana petir yang menghantam hati orang-orang di sana.Dalam seketika, suasana berubah menjadi sunyi senyap. Semua orang tampak ternganga tidak percaya. Siapa yang akan mengira bahwa Luther ternyata memiliki status semulia itu? Dia adalah kakak Huston, Putra Kirin yang terkenal di seluruh penjuru dunia, dan Raja masa depan Atlandia. Ketiga kalimat sederhana ini bak gunung raksasa yang seketika membebani semua orang di sana."Aku ... aku tahu siapa dirinya. Dia itu Gerald, monster yang membuat huru-hara di Midyar 10 tahun lalu!""Apa? Gerald? Bukannya dia sudah mati? Ternyata dia masih hidup?""Gerald ... rupanya dia Gerald! Astaga! Bagaimana kita boleh mengganggu monster gila itu?"Bak dijatuhi bom, keheningan tadi dalam sekejap digantikan kegemparan. Pandangan semua orang tertuju pada sosok Luther. Ekspresi di wajah mereka menu
Sekujur tubuh Bintara berkeringat dingin. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Luther ternyata adalah Putra Kirin dari Keluarga Bennett, Raja masa depan Atlandia. Kali ini, Keluarga Sunaryo sudah pasti akan berakhir!"Mampus, mampus ... tamatlah kita semua!" gumam Juno dengan wajah pucat. Dia terduduk lemas tidak berdaya di tempatnya.Para tetua Keluarga Caonata di belakangnya juga terlihat sangat putus asa dan menyesal. Terbongkarnya identitas asli Luther membuat semua orang terguncang ketakutan.Pengaruh dan koneksi Keluarga Sunaryo memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Buktinya, mereka bahkan bisa mengundang Mahesa dan para pejabat lainnya dari Midyar. Di seantero Jiman, Keluarga Sunaryo memang tanpa tandingan.Hanya saja, sekuat dan sekaya apa pun Keluarga Sunaryo, itu tidak berarti di hadapan Keluarga Kerajaan Atlandia. Mereka sama sekali tidak berdaya melawan. Sebab, jurang perbedaan di antara kedua belah pihak terlalu jauh. Sebagai Pangeran Atlandia, Luther
Bintara yang ditampar terhuyung. Dia hampir terjatuh dan bekas tamparan di wajahnya terlihat jelas. Namun, Bintara tidak berani melawan. Dia segera berbalik, lalu berteriak kepada Juno dan lainnya, "Ini semua gara-gara kalian! Kenapa kalian diam saja? Cepat lepaskan mereka!"Sudah jelas Bintara bermaksud melemparkan tanggung jawab kepada Keluarga Caonata. Juno dan lainnya saling berpandangan, mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka memang tahu bahwa Bianca diculik, tetapi mereka tidak tahu Bianca dikurung di mana. Jadi, mereka hanya bisa memohon kepada Zeona."Di ... di ... ruang rahasia," ujar Zeona dengan gugup sambil menunduk."Cepat pergi ke ruang rahasia untuk selamatkan mereka!" seru Mahesa. Dia segera membawa sekelompok pejabat ke ruang rahasia Keluarga Sunaryo. Sekarang adalah kesempatan bagus untuk menebus kesalahan mereka, jadi mereka harus menunjukkan performa yang bagus."Aku harap Bianca baik-baik saja. Kalau nggak, kalian harus menanggung akibatnya," ancam Luther semb
Namun, yang merencanakan semua ini adalah Keluarga Caonata. Mereka menculik Bianca dan membunuh Kevin. Luther tidak bisa menerima perbuatan mereka yang kejam ini!Zeona segera memohon, "Luther, kami memang salah. Kami pasti nggak akan mengulanginya lagi. Tolong ampuni kami. Luther, kami jamin kelak kami nggak akan melawan Bianca lagi."Luther menimpali dengan dingin, "Apa gunanya kamu bicara seperti ini sekarang? Kalian melancarkan trik jahat berulang kali untuk merebut kekuasaan. Dulu kalian memang keterlaluan, tapi setidaknya kalian masih tahu batasan. Sekarang, perbuatan kalian sudah di luar batas kemanusiaan. Atas dasar apa kalian memintaku untuk mengampuni kalian?""Bagaimanapun, kami ini keluarga Bianca. Kalau terjadi sesuatu kepada kami, Bianca pasti akan merasa sedih. Luther, kamu sangat menyukai Bianca. Kamu pasti nggak tega melihat Bianca sedih, 'kan?" ucap Zeona.Luther mendengus, lalu membalas sembari menunjuk jasad Kevin, "Keluarga? Kalian memang nggak tahu diri! Kalian li
Zeona yang disalahkan oleh semua anggota Keluarga Caonata pun berang. Dia membentak, "Hei, kalian jangan bicara sembarangan! Aku nggak melakukan apa pun, ini nggak ada hubungannya denganku! Aku peringatkan kalian, kalau kalian berani memfitnahku, aku akan menghabisi kalian!"Dalam situasi genting seperti ini, Zeona tentu tidak akan mengakui perbuatannya. Jika tidak, dia pasti akan mati. Sementara itu, anggota Keluarga Caonata makin kesal sehingga mereka terus menyudutkan Zeona."Zeona, kamu nggak usah menyangkal lagi! Kalau kamu nggak mengaku, kami semua akan mati!""Benar! Jelas-jelas ini memang perbuatanmu! Kenapa kamu mau mencelakai kami?"Mereka tidak menyangka ternyata Zeona sangat tidak tahu malu, bisa-bisanya Zeona berbohong! Semua orang tahu bahwa sekarang keputusan sudah ditetapkan. Pelaku utamanya tidak mungkin bisa kabur lagi.Jika Zeona mengaku, seluruh anggota Keluarga Caonata bisa diselamatkan. Namun, Zeona tidak mengakui kesalahannya. Dia malah berniat mencelakai seluruh
Tindakan Zeona ini memang sangat keterlaluan dan memalukan. Namun, Zeona tidak memedulikan apa pun lagi. Dia hanya ingin hidup. Sekarang, Zeona sedang bertaruh apakah Juno rela mati demi menyelamatkannya atau tidak. Kemudian, semua anggota Keluarga Caonata mulai mengkritik Zeona."Zeona, kamu ini memang orang yang berperasaan! Bisa-bisanya kamu memfitnah ayahmu demi melepaskan diri dari tanggung jawab! Benar-benar kejam!""Iya! Ayahmu sudah membesarkanmu dengan susah payah. Kamu bukannya berterima kasih kepadanya, tapi malah mencelakainya! Kamu ini memang anak yang nggak tahu diuntung!""Dasar anak durhaka!"Mereka semua sangat geram melihat Zeona yang tidak berbakti kepada Juno. Jelas-jelas, Zeona yang membuat masalah, tetapi dia malah menyuruh Juno yang bertanggung jawab. Zeona memang tidak punya hati nurani."Diam kalian!" bentak Zeona. Kemudian, dia menatap Juno seraya memohon, "Ayah, selama ini kamu sangat menyayangiku. Kamu pasti nggak tega melihatku mati, 'kan? Ayah, kamu sudah