Ketika Yogi dan Hani muncul, mereka mengira Keluarga Sunaryo akan hancur dan siap diperlakukan sebagai kambing hitam. Namun, kedatangan Mahesa bagaikan secercah cahaya di dalam kegelapan. Mereka menjadi mempunyai harapan untuk bertahan hidup.Apa hebatnya Yudi dan Dennis? Kalaupun ditambah Yogi dan Hani, mereka juga tidak dapat mengancam kedudukan Keluarga Sunaryo di hadapan menteri perang dan pejabat lainnya."Harry, hari ini hari pertunanganmu. Hadiah dariku mungkin nggak seberapa. Liontin giok ini sudah bersamaku selama bertahun-tahun. Sekarang, aku akan memberikannya kepadamu. Semoga kamu terus berusaha dan bisa mencapai tingkat tertinggi," ujar Mahesa sambil tersenyum. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok sederhana, lalu menyerahkannya kepada Harry."Terima kasih," kata Harry. Dia mengulurkan kedua tangannya dan menerima liontin tersebut dengan hormat."Tuan Bintara, sepertinya ada yang nggak beres di sini? Kenapa kamu terlihat begitu tegang?" tanya Mahesa yang merasakan ada sesua
"Kalian mau keroyokan? Aku ingin lihat seberapa cerdas kalian!" balas Hani. Dia tidak tahan mendengar teriakan orang-orang itu. Tanpa berbasa-basi, dia langsung mengangkat pedangnya dengan marah.Namun, sebelum pedangnya diayunkan, Luther menghalanginya sembari membujuk, "Hani, jangan gegabah."Berdasarkan karakternya, Hani tentu tidak takut untuk membunuh. Akan tetapi, jika dia benar-benar melakukannya, akibatnya akan sangat serius. Orang-orang di hadapannya ini adalah pejabat tinggi dan bangsawan Midyar. Mereka memiliki status yang luar biasa. Apabila mereka terluka, Hani pasti akan dimintai pertanggungjawaban, bahkan diberhentikan.Keluarga Devano sangat terkenal dan memiliki banyak musuh. Jika ada yang mengetahui hal ini, pasti akan menimbulkan keributan besar. Contohnya adalah kejadian terakhir kali saat mereka difitnah melakukan pemberontakan. Luther tidak ingin Hani mendapat masalah besar karena dirinya."Kak Luther, orang-orang ini hanya pengecut. Mereka menindas yang lemah dan
Semua orang sontak memandang ke sumber suara. Di depan gerbang, sekelompok prajurit bersenjata lengkap mengelilingi beberapa bangsawan yang berjalan masuk dengan aura mengagumkan.Orang yang memimpin paling depan adalah seorang wanita cantik yang terlihat seperti baru berusia 30-an. Penampilannya terawat dan auranya memancarkan kesan anggun serta mulia. Setiap gerak-geriknya gemulai, bak bangsawan yang penuh kuasa.Ada seorang pemuda berparas tampan di sebelah wanita cantik itu. Saat berjalan masuk, dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan menebarkan pandangan ke sekeliling. Pemuda itu terkesan sedikit bandel."Astaga! Dia benar-benar Ratu Wedani! Kenapa dia datang kemari?""Ratu Wedani? Maksudnya Ratu Wedani dari Atlandia?""Bodoh! Selain dia, siapa lagi yang berani menyandang gelar Ratu Wedani?"Begitu melihat kedatangan wanita cantik itu, semua orang di sana kembali gempar. Sekelompok pejabat dari Midyar bahkan memasang ekspresi penuh hormat. Jika yang datang hanya ratu bias
Semua orang sontak tertegun dengan perkembangan situasi ini. Mereka semua menganga dengan ekspresi terkejut. Bagaimana mereka tidak kaget? Begitu datang, Ratu Wedani langsung menampar Mahesa. Tanpa basa-basi, tanpa peringatan, dia langsung main kasar.Yang jadi masalah, Mahesa adalah menteri perang, pejabat tingkat pertama di istana. Ditampar di depan umum begini sungguh-sungguh membuatnya malu.Setelah tertegun sejenak, Mahesa memegangi wajahnya yang berdenyut sakit dan bertanya dengan linglung, "Ra ... Ratu Wedani, kenapa kamu menamparku?" Jika yang memukulnya hanyalah bangsawan biasa, dia sudah pasti akan meledak. Namun, yang melakukan itu adalah Ratu Wedani, Putri Sulung Negara Drago. Meskipun tidak terima, Mahesa hanya bisa menahan amarahnya."Aku menamparmu karena kebodohanmu. Sekarang, berlutut!" ujar Ratu Wedani dengan dingin.Mahesa memberanikan diri untuk bertanya, "Ratu Wedani, aku tidak mengerti, kapan aku pernah menyinggungmu?"Plak! Tanpa basa-basi, Ratu Wedani kembali me
"Pasti ada seseorang yang sudah membuat Ratu Wedani marah. Saat ini, kita cuma bisa berdoa agar dia nggak meluapkan kemarahannya pada Keluarga Sunaryo," ujar Bintara sambil menelan ludah. Keangkuhan yang ditunjukkannya tadi sudah hilang tak berbekas. Kini, hanya ada ketakutan dan kegelisahan di hatinya. Kedatangan Ratu Wedani membuat situasi berubah drastis."Huh! Kalian benar-benar lancang. Kalau Raja ada di sini, kalian sudah pasti akan dipenggal!" ujar Ratu Wedani dengan dingin.Di bawah tatapan semua orang, Ratu Wedani melangkah ke hadapan Luther. Sikap angkuhnya lenyap, lalu dengan senyuman manis di wajahnya, dia bertanya, "Gerald, sudah lama tidak bertemu. Kamu baik-baik saja selama ini?""Terima kasih atas perhatian Yang Mulia Ratu. Kabarku baik," sahut Luther sambil mengangguk pelan. Dia tidak membenci wanita di depannya ini, tetapi dia juga tidak memiliki kesan yang terlalu baik terhadapnya."Sepuluh tahun lewat dengan cepat. Kamu sudah dewasa sekarang, aku hampir saja nggak m
Huston berkacak pinggang. Sambil menginjak-injak dada Mahesa dengan satu kaki, dia menghujani pria itu dengan makian. Setiap kata yang terlontar dari bibirnya laksana petir yang menghantam hati orang-orang di sana.Dalam seketika, suasana berubah menjadi sunyi senyap. Semua orang tampak ternganga tidak percaya. Siapa yang akan mengira bahwa Luther ternyata memiliki status semulia itu? Dia adalah kakak Huston, Putra Kirin yang terkenal di seluruh penjuru dunia, dan Raja masa depan Atlandia. Ketiga kalimat sederhana ini bak gunung raksasa yang seketika membebani semua orang di sana."Aku ... aku tahu siapa dirinya. Dia itu Gerald, monster yang membuat huru-hara di Midyar 10 tahun lalu!""Apa? Gerald? Bukannya dia sudah mati? Ternyata dia masih hidup?""Gerald ... rupanya dia Gerald! Astaga! Bagaimana kita boleh mengganggu monster gila itu?"Bak dijatuhi bom, keheningan tadi dalam sekejap digantikan kegemparan. Pandangan semua orang tertuju pada sosok Luther. Ekspresi di wajah mereka menu
Sekujur tubuh Bintara berkeringat dingin. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Luther ternyata adalah Putra Kirin dari Keluarga Bennett, Raja masa depan Atlandia. Kali ini, Keluarga Sunaryo sudah pasti akan berakhir!"Mampus, mampus ... tamatlah kita semua!" gumam Juno dengan wajah pucat. Dia terduduk lemas tidak berdaya di tempatnya.Para tetua Keluarga Caonata di belakangnya juga terlihat sangat putus asa dan menyesal. Terbongkarnya identitas asli Luther membuat semua orang terguncang ketakutan.Pengaruh dan koneksi Keluarga Sunaryo memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Buktinya, mereka bahkan bisa mengundang Mahesa dan para pejabat lainnya dari Midyar. Di seantero Jiman, Keluarga Sunaryo memang tanpa tandingan.Hanya saja, sekuat dan sekaya apa pun Keluarga Sunaryo, itu tidak berarti di hadapan Keluarga Kerajaan Atlandia. Mereka sama sekali tidak berdaya melawan. Sebab, jurang perbedaan di antara kedua belah pihak terlalu jauh. Sebagai Pangeran Atlandia, Luther
Bintara yang ditampar terhuyung. Dia hampir terjatuh dan bekas tamparan di wajahnya terlihat jelas. Namun, Bintara tidak berani melawan. Dia segera berbalik, lalu berteriak kepada Juno dan lainnya, "Ini semua gara-gara kalian! Kenapa kalian diam saja? Cepat lepaskan mereka!"Sudah jelas Bintara bermaksud melemparkan tanggung jawab kepada Keluarga Caonata. Juno dan lainnya saling berpandangan, mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka memang tahu bahwa Bianca diculik, tetapi mereka tidak tahu Bianca dikurung di mana. Jadi, mereka hanya bisa memohon kepada Zeona."Di ... di ... ruang rahasia," ujar Zeona dengan gugup sambil menunduk."Cepat pergi ke ruang rahasia untuk selamatkan mereka!" seru Mahesa. Dia segera membawa sekelompok pejabat ke ruang rahasia Keluarga Sunaryo. Sekarang adalah kesempatan bagus untuk menebus kesalahan mereka, jadi mereka harus menunjukkan performa yang bagus."Aku harap Bianca baik-baik saja. Kalau nggak, kalian harus menanggung akibatnya," ancam Luther semb