Setelah mendengar penjelasannya, Luther menganggukkan kepala dengan penuh pertimbangan, "Ternyata begitu. Jadi, sesuai perkataanmu ini, siapa pun di antara kamu dan Darwin yang terlebih dulu berhasil mengembangkan Pil Mujarab, dia yang akan menguasai pasar obat Jiloam!"Bianca menjawab, "Bisa dibilang begitu. Tapi, anggota penelitianku dan data terkait sudah dicuri. Sekarang kita harus memulai dari awal, ini adalah sebuah hal yang sangat sulit.""Huh! Si Darwin itu benar-benar licik! Dia terus-menerus menggunakan trik kotornya!" keluh Belinda dengan kesal."Pil Mujarab itu jenis obat apa?" tanya Luther lagi."Pil Mujarab adalah jenis obat untuk meningkatkan kesehatan. Bukan hanya bisa memperpanjang umur, tapi juga memiliki efek kecantikan dan perawatan kulit. Konon, ini adalah resep rahasia dari istana di zaman kuno. Tapi karena sudah begitu lama, sebagian besar informasinya juga sudah hilang. Jadi, kami hanya bisa berusaha untuk meneliti resep awalnya," jelas Bianca.Luther mengelus d
"Hehe ... apa Bibi tidak mengerti? Status Nona Marie begitu mulia, sama sekali tidak kekurangan perhiasan. Jadi, kita harus memberikan hadiah yang lebih unik. Jamur ganoderma ini memiliki efek kecantikan dan perawatan kulit, tidak ada wanita yang sanggup menolaknya. Aku yakin, Nona Marie pasti akan menyukainya!" kata Roselyn dengan sangat percaya diri."Meskipun begitu, bukankah jamur ganoderma seratus tahun ini sangat mahal?" tanya Helen."Tentu saja! Jamur ini sangat langka, kalau tidak membayar 6 atau 10 miliar, pasti tidak akan bisa mendapatkannya!" Roselyn menganggukkan kepalanya.Helen terkejut. "Hah? Semahal itu? Roselyn, apa kamu membawa uang sebanyak itu?""Tentu saja tidak, tapi Bibi pasti punya! Pinjamkan aku beberapa miliar dulu, nanti aku kembalikan," kata Roselyn dengan yakin.Perkataan ini membuat Helen tertegun sejenak. Ariana dan Keenan juga diam-diam mengernyitkan alisnya. Kerabat mereka ini selalu saja menipu uang ibu mereka setiap kali datang.Tahun lalu, mereka mem
"Roselyn! Jangan marah!" Helen segera menarik Roselyn dan tersenyum getir, "Hanya beberapa miliar saja, bukan? Aku pinjamkan kamu saja. Kita ini sekeluarga, nggak perlu membuat suasana jadi secanggung ini.""Ibu! Kenapa kamu selalu memanjakannya?" Keenan mengerutkan alisnya."Keponakanku hanya Roselyn seorang dan sekarang dia berada dalam masalah. Kalau bukan aku yang membantunya, siapa lagi?" kata Helen."Mau membantunya juga bukan begitu caranya, 'kan?" Keenan mulai tidak senang."Diam kamu!" Helen memelototinya dan berkata, "Aku nggak menggunakan yang kalian untuk membantunya. Aku pakai uangku sendiri saja!""Kamu ...." Keenan kehabisan kata-kata. Kenapa Helen malah memperlakukan kerabat mereka lebih baik daripada anak kandungnya sendiri?"Aku tahu Bibi paling sayang denganku!" Seketika, senyum cerah menghiasi wajah Roselyn. Dia sudah berkali-kali menggunakan cara seperti ini dan car aini selalu berhasil setiap kalinya."Tentu saja, mau sayang sama siapa lagi kalau bukan sama kamu?
"Kenapa kamu bisa ada di sini?" Melihat kehadiran Luther, Ariana merasa sangat terkejut. Namun, ketika melihat wanita cantik yang berada di sampingnya itu, Ariana langsung mengernyitkan alisnya dan merasa cemburu.Apa Luther masih belum merasa cukup dengan Bianca? Haruskah dia merayu wanita lain lagi? Ternyata sifat pria memang cepat bosan!"Luther, kalian kenal?" Belinda melihat ke sekelilingnya dengan bingung."Kenal, dia adalah Presdir Grup Pesona, Ariana," ucap Luther berterus terang."Ternyata dia ya!" Terlintas kebencian dalam tatapan Belinda. Ternyata, wanita di hadapannya ini adalah rival kakaknya. Belinda harus mengawasi wanita ini dengan saksama. Dia tidak boleh membiarkan hubungan kedua orang ini menjadi dekat kembali!"Huh! Kenapa selalu saja ketemu denganmu di mana-mana? Benar-benar sial!" ucap Helen dengan ekspresi jijik."Luther, kamu hebat sekali. Sudah berganti pacar lagi ya? Benar-benar pecundang yang mengandalkan wanita!" sindir Keenan sambil mencibir.Pada saat bers
Melihat ekspresi Roselyn yang sombong, Belinda hanya bisa menggertakkan giginya dan menahan diri."Cantik, aku benar-benar butuh jamur ganoderma ini. Apa kamu bisa menjualnya padaku? Aku akan membayar 40 miliar!" kata Belinda sambil menahan emosinya."Punya sedikit uang saja sudah sesombong itu! Kamu menginginkan jamurku ini? Mimpi saja sana!" balas Roselyn dengan angkuh sambil memeluk kotak kayu tersebut."Kamu ...." Belinda kesal setengah mati. Sejak kecil hingga dewasa, belum pernah sekali pun dia diperlakukan seperti ini.Pada akhirnya, Belinda tidak bisa bersabar lagi dan berkata, "Luther, aku nggak peduli lagi. Kamu urus saja sendiri!"Mendengar perkataannya, Luther terpaksa buka suara, "Roselyn, apa yang ingin kamu lakukan dengan jamur ganoderma seratus tahun ini?""Bukan urusanmu!" Roselyn memelototinya dan berkata, "Asal tahu saja, apa pun yang kalian katakan hari ini, jamur ini nggak akan aku jual!""Jamur ganoderma sebesar ini tidak akan mungkin habis kalau hanya digunakan u
"Nona-nona sekalian, dalam bisnis ini, kedua belah pihak tidak ada hubungannya lagi kalau transaksi sudah selesai. Kalian sendiri yang ingin membeli barangnya, aku sama sekali tidak memaksa kalian," balas bos gemuk itu dengan nada dingin."Jangan banyak omong kosong! Aku nggak mau jamur ini lagi, cepat kembalikan uangnya!" teriak Roselyn sambil mencengkeram kerah baju bos tersebut dengan kasar."Kamu mau bertindak kasar di sini?" Dengan ekspresi yang tetap tenang, bos itu langsung menepuk tangannya memberi isyarat.Tidak lama kemudian, sekelompok pria besar keluar dari dalam ruangan. Wajah mereka yang ganas dan menakutkan membuat Roselyn dan yang lainnya terdiam."Berani sekali kalian berbuat onar di sini, kalian sudah bosan hidup ya?""Sepertinya mereka ini orang-orang bodoh yang nggak mengerti peraturan di sini.""Benar sekali! Masa mereka tidak memeriksa barangnya terlebih dahulu sebelum memberi penawaran harga. Bukankah itu tindakan orang bodoh?"Semua orang yang mengerumuni mereka
"Aku akan membelinya dengan harga 10 miliar." Pada saat ini, Luther tiba-tiba bersuara. Semua orang menatap ke arah datangnya suara dengan ekspresi heran. Jelas sekali, jamur ganoderma ini adalah benda cacat. Apakah orang ini tidak waras sehingga mau membeli jamur itu sekarang?"Luther, kamu sudah gila ya? Menghabiskan 10 miliar untuk membeli barang sampah seperti ini?" tanya Belinda terkejut. Meskipun 10 miliar ini bukan nominal yang besar baginya, tetap saja tindakan ini adalah tindakan yang sangat bodoh."Kamu ... benar-benar mau membelinya?" tanya Helen dengan tak percaya."Kenapa? Kamu nggak mau menjualnya?" Luther balik bertanya."Tentu saja mau!" Helen mengangguk sambil tersenyum semringah. Dia memang rugi besar menjual jamur ini dengan harga 10 miliar, tetapi lebih baik dijual murah daripada tidak menghasilkan sama sekali."Luther, jamur ganoderma ini sudah nggak berguna. Kamu yakin mau membelinya?" tanya Ariana tiba-tiba."Gadis sialan! Jangan bicara sembarangan, jamur ganoder
"Kamu benar-benar nggak tertolong lagi." Keenan memandang Luther dengan tatapan seperti melihat orang bodoh."Apa yang sebenarnya sedang dilakukannya?" gumam Ariana seraya mengerutkan dahi. Dia benar-benar tidak bisa memahami perilaku Luther yang tidak masuk akal ini.Tanpa memedulikan pandangan orang lain, Luther berjongkok dan mulai mencari-cari sesuatu di antara tumpukan serbuk jamur ganoderma tersebut. Beberapa saat kemudian, dia menemukan sebuah jamur ganoderma seukuran telapak tangan yang berwarna merah cerah.Jamur ini berukuran kecil dan berwarna merah darah, serta mengeluarkan sebuah aroma yang khas. Jelas sekali, jamur ini bukanlah barang biasa."Aneh sekali, kenapa bisa ada jamur kecil di dalam jamur besar itu?" tanya Belinda yang kebingungan. Tidak mungkin jamur ganoderma bisa beranak, bukan? Pada saat ini, seolah-olah telah menyadari situasinya, bos gemuk tadi langsung terperanjat."Mustahil ... jangan-jangan itu Ganoderma Darah yang ada dalam legenda?"Begitu ucapan itu d
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung
"Adipati Ezra, perjodohan di antara dua keluarga ini bukan hanya kehendakku, tapi juga kehendak ayah angkatku dan seluruh Keluarga Luandi," ujar Roman dengan tersenyum."Menurut aturan yang sudah diterima, pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih berkerabat langsung nggak diperbolehkan. Apa kalian sudah lupa akan hal ini?" tanya Ezra dengan tenang."Berpegang pada aturan yang kaku nggak akan berguna untuk perkembangan," jawab Roman sambil menggeleng dan tersenyum. "Sekarang, Negara Drago sedang dalam masa kacau. Selain itu, aku dengar kesehatan Kaisar kurang baik dan ada kemungkinan dia akan menunjuk pewaris lebih awal dan mundur dari takhta.""Aku yakin Midyar akan mengalami kerusuhan dalam waktu dekat ini. Pada saat itu, baik Empat Keluarga Kerajaan, Delapan Keluarga Kaya, maupun kekuatan lainnya, semua akan terseret dalam pusaran ini. Makanya sebelum itu terjadi, aku harap Keluarga Luandi dan Keluarga Paliama bisa beraliansi melalui pernikahan untuk mengatasi kesulitan bersama
"Ayah, bagaimana menurutmu?" tanya Gusdur sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ezra."Ada tamu yang datang, kita tentu saja nggak boleh nggak sopan. Suruh mereka masuk ke ruang tamu untuk berbicara," kata Ezra dengan tenang. Roman mewakili Keluarga Luandi, dia tentu saja tidak bisa mengusir tidak peduli apa pun niat kedatangan Roman ini. Mengenai hubungan pernikahan ini, tentu harus dipertimbangkan dengan matang."Baik," jawab pengurus rumah, lalu segera pergi."Kalian lanjutkan saja makannya, aku akan menemui orang-orang dari Keluarga Luandi ini," kata Ezra, lalu bangkit dan pergi.Setelah saling memandang sebentar, ketiga putra dari Ezra juga akhirnya mengikuti Ezra. Mereka ingin melihat apa yang sedang direncanakan Keluarga Luandi kali ini."Sudahlah, biarkan mereka yang mengurusnya. Kita makan saja," kata nenek Bianca sambil tersenyum agar semuanya melanjutkan makan malamnya.Tiga menit kemudian, di ruang tamu Keluarga Paliama. Ezra duduk di kursi utama dan langsung menghadap ke